Bekerja Sama Mewujudkan Alkitab Untuk Semua

HUT 65 LAI

Tahun 2019 adalah Tahun Yubelium (peringatan ulang tahun yang khusus) bagi umat Kristen di Indonesia dan secara khusus bagi Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). Pada tahun 2019 LAI akan merayakan ulang tahun yang ke 65. LAI akan merayakan semua peringatan di atas sambil mengucap syukur untuk kemitraan yang terus terbina dengan gereja-gereja dan lembaga-lembaga Kristiani. Kemitraan dalam bidang penerjemahan Alkitab, produksi-penerbitan, penyebaran Alkitab, maupun keterbacaan Alkitab melalui program Pembaca Baru Alkitab, Seminar-seminar, serta Paket Wisata alkitab.

Semua perayaan tersebut akan dilaksanakan LAI bersama dan di tengah-tengah Gereja di Indonesia. Hal ini merupakan bentuk kesinambungan dan komitmen dari kemitraan yang bertujuan agar LAI dan Gereja-gereja dapat melangkah bersama ke masa depan.

Perayaan pada tahun 2019 tersebut sekaligus menjadi momen untuk mengingat setiap hari yang telah dilalui dalam kemitraan dan kebersamaan antara LAI dan gereja-gereja selaku anugerah dari Tuhan semata. Hari-hari tersebut tak jarang menjadi waktu-waktu yang tidak mudah untuk dilewati, pun tidak ringan untuk dijalani. Tetapi, kini semuanya menjadi bagian dari momen untuk berefleksi dalam rangka mengucap syukur atas masa lalu, merayakan masa kini, sembari menatap dengan sungguh semua yang baru yang terbentang di masa depan. Dengan demikian, merayakan kelahiran dan peringatan menjadi momen untuk juga meletakkan dan menguatkan harapan akan keberlanjutan.

Adapun keberlanjutan hampir selalu identik dengan generasi muda, karena itu pada tahun perayaan kali ini LAI menetapkan sasaran utama perayaan dan peringatan ini adalah bagi mereka yang berusia < 35 tahun dan para adiyuswa. Sejumlah kegiatan akan diadakan di Jakarta dan di 4 wilayah perwakilan LAI dalam kebersamaan dengan umat Kristiani di Indonesia. Seluruh kegiatan akan dilaksanakan selama Februari–Desember 2019,  dengan penyelenggara oleh panitia maupun melalui kegiatan-kegiatan departemen dalam kemitraan bersama gereja dan lembaga-lembaga Kristiani.

 

TEMA

“Bekerja Sama Mewujudkan Alkitab Untuk Semua” (Efesus 4:16).

SUBTEMA

“Meningkatkan Kecintaan Umat Kristiani Terhadap Lembaga Alkitab Indonesia”

KEGIATAN

Adapun kegiatan utama HUT 65 LAI diselenggarakan melalui lima bentuk aktivitas, yaitu:

  1. Praise & Worship di Jakarta, Sabtu, 25 Mei 2019
  2. Penyusunan & Penerbitan Buku: Buku Inspirasi Generasi (9 Februari 2019 ) & Buku Mewujudkan Alkitab Untuk Semua (Mei 2019)
  3. Seminar Alkitab : Seminar Alkitab & Pameran Budaya Dayak (GPA LAI & Grha Oikumene PGI, Jumat-Sabtu, 22-23 Februari 2019), Revisi Alkitab TB 2
  4. Ibadah dan Perayaan
    • Ibadah Syukur HUT 65 dan Apresiasi Mitra LAI, Britama Arena, Mahaka Square, Jakarta Utara, Sabtu, 9 Februari 2019
  5. Bible Engagement/Perjumpaan dan Pertautan dengan Alkitab
    • Jambore Alkitab Nasional Anak & Remaja, Batu Tapak, Cidahu, Sukabumi, 4-7 Juli 2019
    • Pekan Alkitab (Balikpapan, Tarakan, Tanjung Selor & Berau, September 2019 dan Kediri, Malang, Tulung Agung, & Magelang, November 2019)

Selain semua kegiatan di atas, terdapat kegiatan-kegiatan lain yang juga menjadi bagian dari rangkaian perayaan tetapi yang penyelenggaraannya dilakukan oleh departemen teknis terkait, misalnya: perayaan Hari Doa UBS (9 Mei 2019), Hari Doa Alkitab (9 September 2019), peluncuran terbitan, seminar dan diskusi.[]

“Hidup Memuji dan Memuliakan Allah”

Selamat NATAL

title

Lukas 2:8-20
“Sekarang aku tahu bahwa Allah mengasihiku, dan melalui Yesus, Tuhanku, Allah menyelamatkanku dari jerat dosa dan maut. Selanjutnya, aku mau mempersembahkan hidupku menjadi puji-pujian dan kemuliaan bagi nama Allah, sebab telah kulihat keselamatan itu”

Setelah mendengar berita yang penuh sukacita dan mereka nanti-nantikan akan datang-Nya Juruselamat, dengan segera dan dengan cepat-cepat mereka meningalkan padang rumput dan juga domba gembalaan mereka agar dapat segera bertemu bayi Yesus yang dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan. Setelah mereka melihat bayi itu dan menceritakan segala hal yang telah mereka lihat dan dengar dari malaikat Tuhan, mereka pulang dengan sukacita sehingga tidak ada lain yang mereka lakukan selain memuji dan memuliakan Allah. Telinga mereka telah mendengar, dan mata mereka sendiri telah melihat keselamatan yang dari Allah.

Hari ini seluruh dunia memperingati dan merayakan natal, menaikkan pujian dan syukur kepada Allah yang mengasihi manusia, yang telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal untuk memberikan keselamatan kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya.

Memuji dan memuliakan Allah adalah respon yang paling wajar dan yang seharusnya ditunjukkan oleh kita semua yang telah menerima anugerah keselamatan, sama seperti para gembala yang bersukacita memuji Allah karena telah melihat bayi Yesus, Juruselamat yang telah dijanjikan. Kelahiran Yesus tidak mengubahkan pekerjaan para gembala itu, tetapi telah mengubahkan jati diri mereka, hati mereka, dan bagaimana mereka menjalani kehidupan dan pekerjaan sebagai gembala yang memuliakan Allah.

Demikianlah Allah menganugerahkan keselamatan kepada kita bukan untuk disimpan bagi diri sendiri melainkan agar kita kembali ke tempat di mana kita hidup, tinggal, bermasyarakat, beraktivitas, dan bekerja, dengan membawa keselamatan itu, memberitakannya, dan menunjukkannya kepada semua orang agar mereka yang melihat beroleh keselamatan lalu memuji dan memuliakan Allah.[]

“… telah lahir bagimu Juruselamat”

Gembala & Malaikat

title

“... telah lahir bagimu Juruselamat”

Lukas 2:1-14
“Mengapa? Mengapa kepada orang seperti aku ini Yesus mau datang ke dalam dunia? Mengapa bukan kepada mereka yang hidupnya jauh lebih baik, lebih suci, dan lebih berguna? Sungguhkah Dia lahir bagiku?”

Setelah sekian lama, akhirnya tiba bagi Maria untuk bersalin. Dalam perjalan yang jauh, Maria dan Yusuf, tunangannya, pergi ke Bethlehem memenuhi panggilan dari Kaisar Agustus untuk mendaftarkan diri mereka dalam sebuah sensus penduduk. Di situlah, di kota kecil Bethlehem Yesus dilahirkan. Berita kelahiran Sang Juruselamat ini untuk pertama kalinya disampaikan malam itu kepada sekawanan gembala domba yang tengah menjaga domba domba gembalaannya di padang. Malaikat Tuhan hadir di tengah pekatnya malam dalam cahaya kemuliaan Tuhan dan berkata kepada mereka, “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud…”

Bagi siapakah berita yang mulia itu seharusnya datang? Kelahiran seorang raja sudah selayaknya diberitakan kepada orang-orang yang terpandang, para pembesar dan pejabat negeri, kepada bangsawan dan orang-orang terhormat lainnya. Namun Allah memilih memberitakan berita kelahiran Yesus Kristus, Tuhan, kepada orang-orang kecil yang menarik diri mereka dari lingkungan sosial oleh karena pekerjaan yang mereka jalani. Mereka bukanlah kaum terpandang dan terhormat. Mereka bukan orang kaya apalagi bangsawan. Mereka adalah gembala domba yang hidup bebas di alam terbuka karena menjaga domba gembalaannya. Mereka mungkin orang-orang yang tidak diperhitungkan, dan merekapun merasa begitu, untuk masuk dalam sensus penduduk yang tengah diadakan.

Berita kelahiran Juruselamat yang menjadi kesukaan besar bagi seluruh bangsa datang kepada mereka yang merasa kecil, merasa hina, merasa tidak layak dan berdosa, serta merasa tidak berguna di hadapan manusia. Karena merekalah orang-orang yang paling membutuhkan Juruselamat, Tuhan, dan Penolong yang membuat hidup mereka berarti, melayakkan, menguduskan, dan membuat kehidupan mereka berguna bagi kemuliaan-Nya. Sebab di dunia ini tidak ada seorangpun yang baik, suci, dan berguna jika bukan kemurahan Allah yang menjadikannya demikian. Dan memang, tidak pernah ada tempat penginapan yang layak bagi bayi Yesus, selain dari kandang domba dan palungan yang hina.

Mari sambutlah Yesus dalam kehidupan kita yang menjadikan kita lebih berarti, dan membuat hidup kita lebih hidup. Karena bagi kitalah dan bagi kemuliaan Allah, Juruselamat telah lahir. []

“… engkau beroleh kasih karunia”

Adven 4

title

Lukas 1:26-38

Siapakah aku ini Tuhan?
Aku seperti binatang jalang,
tidak ada kesalehan pada diriku.
Aku kehilangan arah tujuan,
dan tak tahu ke mana ku kan pulang.
Aku mendaki naik ke gunung-Mu namun terjatuh aku,
terhempas hingga ke dasar bumi.
Tidak ada daya, harapan juga lenyap,
Hingga kulihat tangan Yang Kuat itu,
Meraih dan membawaku naik.
Dan kudengar suara-Nya berkata, “Kukasihi engkau.”

“Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Dalam keterkejutan, Maria tidak dapat berkata apa-apa mendengar salam dari malaikat Gabriel. Ia hanya dapat bertanya di dalam hati, “apakah arti salam itu?” Sebab di zaman itu, tidak pernah terdengar lagi malaikat Tuhan berbicara kepada manusia. Ketakutan jelas membayangi Maria, sebab siapakah manusia yang dapat tahan berdiri di hadapan hadirat Allah? Karena itu malaikat Gabriel sekali lagi berkata, “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus…”
Perkataan malaikat melegakan hati Maria, ia tidak akan mati karena kehadiran malaikat itu, sebaliknya ia beroleh kasih karunia dari Allah.
Berita kelahiran Yesus adalah berita kasih karunia Allah yang begitu besar kepada manusia yang berdosa. Maria yang dalam naturnya sebagai manusia yang tidak sempurna menerima kasih karunia Allah untuk menjadi seorang ibu bagi Sang Juruselamat.
Kasih karunia Allah telah datang kepada segala makhluk, secara khusus kepada manusia yang telah tercemar oleh dosa dan tidak dapat menjangkau Allah dengan usaha apa pun. Allah seperti tangan yang kuat menjangkau manusia yang tidak lagi berdaya oleh karena dosanya, dan telah kehilangan harapan, namun kini beroleh pengharapan yang baru dan pasti di dalam Yesus Kristus.
Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi adalah berita kasih karunia Allah kepada manusia yang diberikan bukan karena kelayakan tetapi karena kemurahan hati Allah. []

Pelatihan Dasar Trauma Healing Bagi Korban Bencana Alam di Palu

Trauma Healing Palu

title

Hampir dua bulan setelah gempa bumi dan tsunami meluluhlantakkan Palu dan sekitarnya. Sambil membantu bahan kebutuhan pokok dan Alkitab bagi para warga jemaat yang menjadi pengungsi, Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) merasa perlu menyiapkan para pendeta, pimpinan jemaat, dan para guru sekolah minggu untuk menjadi fasilitator “trauma healing” bagi para jemaat, baik orang dewasa dan anak-anak yang menjadi korban bencana alam tersebut.
Dalam mempersiapkan pelatihan tersebut, LAI, melalui Kantor Perwakilannya di Manado menggandeng para Mitra LAI di Palu untuk menyelenggarakan Pelatihan Dasar Trauma Healing yang digelar di Gereja Palu, 21-24 November 2018. Adapun 4 orang para fasilitatornya berasal dari Jakarta, lulusan pelatihan yang diadakan oleh LAI tahun lalu. Sehari sebelumnya para fasilitator mengunjungi dua daerah yang mengalami bencana. Pertama, Balaroa, terjadi liquifaksi, tanah bergeser, terbelah dan menelan ribuan rumah warga dan masih banyak korban/ jenasah yang tidak dapat dievakuasi. Kedua, Talase, daerah pinggir Pantai Tanjung tempat terjadi tsunami yang menyapu bersih daerah tersebut. Kunjungan ke daerah tersebut membuat fasilitator ikut merasakan yang dialami warga sehingga dalam penyampaian materi lebih mendarat, dan menyentuh.

Keesokan harinya kegiatan pelatihan yang diikuti oleh 38 orang ini dimulai pada pukul 08.30 WITA yang diawali doa bersama para fasilitator (dilakukan setiap hari). Pembukaan dilakukan oleh Wieske Gerung, Staf Kantor Perwakilan LAI Manado. Kemudian dilanjutkan dengan perkenalan dan penjelasan program Pelatihan Dasar Trauma Healing ini. Ada tiga sessi yang dilalui pada hari pertama ini; 1) Jika Allah Mengasihi Kita, Mengapa Kita Menderita?, 2) Menyembuhkan Hati Yang Terluka, 3) Perjalanan Dukacita. Keterbukaan peserta sudah kami rasakan sejak sessi Pertama, Jika Allah Mengasihi Kita. Mengapa kita menderita. Ada beberapa peserta yang sudah mengungkapkan pengalaman terluka yang tidak selalu dikaitkan dengan bencana yang dialami. Demikian juga pada sessi kedua, ketiga dan, kegiatan meratap dan mendengar. Kegiatan ini dilakukan sekaligus membuka ruang bagi peserta untuk memulihkan diri dengan bercerita dan melatih diri untuk dapat menolong rekannya pulih. Kegiatan pelatihan di hari pertama berlangsung sampai dengan pukul 17.00 WITA.

Hari kedua pelatihan dimulai pukul 08.00 dan ada empat sessi yang diberikan; 1) Melayani Anak-anak, 2) Pelayanan Bagi Hamba Tuhan, 3)Pengampunan, 4) Membawa Luka Pada Salib Yesus. Pada akhir kegiatan peserta diberi kesempatan untuk meratap dan berbagi pengalaman (latihan mendengarkan). Hari kedua pelatihan ini diakhiri sessi sekaligus kebaktian , dengan tema Membawa Luka pada Salib. Peserta diajak untuk mengingat kembali perjalanan luka mereka dan mengingat bahwa Yesus, yang di salib itu ikut menanggung luka, derita, dan dosa manusia. Kegiatan berakhir pada pk 16.30. Ada pengalaman fasilitator untuk mendampingi seorang ibu yang datang ke gereja usai kegiatan dan mencurahkan pengalaman kehilangan suami dan dua orang anak serta orangtuanya. Kesempatan mendengar dan mendoakan menjadi hal yang menggetarkan.

Hari Ketiga Pelatihan Dasar Trauma Healing dimulai pukul 08.00 dan diisi dengan satu sessi, Persiapan Menghadapi Bencana/ Merespon Krisis. Selebihnya diisi dengan Evaluasi, Umpan Balik dan penutup. Pada bagian evaluasi dapat dilihat bahwa peserta memahami apa yang mereka terima mulai dari sessi pertama sampai terakhir. Umpan balik ada beberapa harapan peserta untuk dapat menerapkan apa yang mereka terima, sekaligus harapan untuk dilaksanakan kegiatan lanjutan (lihat lampiran umpan balik). RTL, ada kelompok yang siap melakukan kelompok pemulihan di daerah pelayanannya. Ada juga yang harus menunggu hasil rapat dengan majelis. Para fasilitator mendorong peserta untuk melanjutkan apa yang mereka dapatkan mulai dari lingkup keluarga atau tetangga terdekat, menjadi sahabat yang sama-sama bangkit memulihkan trauma.
Kiranya apa yang dilakukan selama 3 hari ini dapat bermanfaat bagi saudara-saudara kita, khususnya mereka yang menjadi korban bencana alam di Palu dan sekitarnya ini. [Tim TH]

Cerita Dari Tenda Pengungsi

LAI Peduli Palu

title

Masih dalam gerakan LAI Peduli Palu, pada tahap II ini, 11-15 Desember 2018 ada 4,100 eksemplar Alkitab dan 10.700 eksemplar buku bacaan anak yang akan dibagikan ke tengah-tengah para pengungsi korban gempa bumi dan tsunami di Palu, Donggala, dan Sigi. Fokus pendistribusian bantuan pada tahap II ini dikonsentrasikan untuk para korban gempa bumi dan likuifaksi yang ada di kecamatan Kulawi.
Tanggal 11 Desember 2018, setiba di Bandara Mutiara, Palu, tim LAI, yang dipimpin oleh Bp. Sigit Triyono (Sekretaris Umum LAI) ke tenda-tenda pengungsi yang ada di desa Jono, Wisolo, dan Rogo, Kecamatan Sigi untuk mendistribusikan bantuan Alkitab dan Bagian-bagiannya kepada para pengungsi yang berasal dari berbagai denominasi gereja. Sejatinya bantuan akan langsung diserahkan kepada para pengungsi yang ada di ketiga desa di atas, namun karena keterbatasan waktu, tim LAI hanya dapat mendatangi desa Jono saja. Bantuan 140 eksemplar Alkitab untuk para pengungsi diserahkan untuk jemaat Bala Keselamatan (BK) dan diterima langsung oleh Pimpinan Jemaat Bala Keselamatan Jonojindi, Letnan Ferdinand dan 180 eksemplar bacaan untuk anak-anak diserahkan langsung kepada anak-anak pengungsi. Sedangkan bantuan 200 eksemplar Alkitab dan 250 eksemplar buku bacaan anak-anak untuk pengungsi di desa Rogo dan Wisolo diterima secara simbolis oleh Mayor Bambang.
Mengingat terbatasnya waktu (12-15 Desember 2018) bagi Tim LAI untuk mendistribusikan bantuan Alkitab dan bagian-bagian ke seluruh wilayah berdampak bencana yang tersebar di Palu, Dongala, dan Sigi, maka Tim LAI membagi diri menjadi 2 rombongan. Rombongan pertama terdiri dari Alpha Martyanta (LAI), Wati Runtuwene dan Jean Tacoh (KKPD LAI Mitra Palu), Pdt. Merry (Sinode Gereja Protestan Injili di Donggala/GPID) berfokus di wilayah Kabupaten Kulawi, dengan 3 titik lokasi pembagian, yaitu: para pengungsi d desa Salutome, desa Makuhi dan desa Buladangko. Rombongan kedua terdiri dari Ansye Wattimury (LAI Manado), Mayor Santy White (Pimpinan Koprs 1 Bala Keselamatan, Palu) difokuskan untuk membantu para pengungsi yang ada di wilayah Salua dan Siroa.

Yang direncanakan tidak sesuai dengan pelaksanaannya, rombongan Bp. Alpha dan kawan-kawan tidak dapat menuju ke wilayah Kulawi karena jalur menuju desa Salua diterjang banjir bandang, sehingga kendaraan harus antri berjam-jam. Akhirnya diputuskan kembali ke Palu dan pembagian untuk Kulawi akan dilaksanakan tanggal 15 Desember 2018.

Agar dapat tiba di Kulawi sebelum tengah hari, Tim LAI sejak subuh-subuh menyiapkan diri, mengingat ada proyek pengerjaan jalan yang menerapkan sistim buka-tutup jalan. Saat melewati desa Salua, yang beberapa hari lalu terjadi banjir bandang, masih terdapat material bebatuan dan bongkahan kayu-kayu yang terbawa arus di sisi kanan-kiri jalan. Akhirnya Tim LAI tiba di Kulawi pukul 09.00 pagi, dan langsung menuju ke desa Buladangko, di sini LAI menyerahkan 100 eksemplar Alkitab dan 350 bacaan anak-anak. Karena tim harus mengejar waktu sebelum jam 12.00 harus melewati lokasi buka-tutup jalan, maka tim LAI tidak dapat membagikan secara langsung Alkitab dan bacaan anak-anak kepada jemaat di desa Salutome dan desa Makuhi. Tim LAI menitipkan bantuan tersebut kepada jemaat GPID di desa Tangkolowi yang akan mengantarkan bantuan kepada jemaat di kedua desa tersebut.

Di samping itu tim LAI menyerahkan 300 eksemplar Alkitab dan 1.000 eksemplar bacaan anak-anak kepada para pengungsi yang berasal dari gereja Toraja, dan bantuan tersebut diserahkan secara simbolis dan diterima langsung oleh Pdt. Sila Pasili di kantor BPS Gereja Toraja wilayah VI. Tim LAI juga menyerahkan bantuan Alkitab dan bagian-bagiannya kepada pengungsi yang berasal dari GSJA, GMPU dan GPSI.

Perjalanan pendistribusian bantuan Alkitab Untuk Palu pada tahap II ini, memberi penegasan bahwa di samping kebutuhan jasmani berupa makanan, minuman, dan tempat tinggal, kebutuhan rohani pun perlu mendapat perhatian agar iman mereka dikuatkan dan pengharapannya ditumbuhkan, khususnya pada tahap pemulihan setelah bencana.

Sebelum bantuan tahap II ini dilaksanakan, bertempat di GPID Koinonia, Palu, LAI bekerjasama dengan The Trauma Healing Institute mengadakan pelatihan Trauma Healing kepada 35 relawan yang berasal dari berbagai denominasi gereja yang ada di Palu pada 22-24 November 2018.
“Kami sangat terpukul dengan keadaan yang ada, dalam waktu singkat kami kehilangan keluarga, rumah, gedung gereja dan saudara-saudara. Dengan kejadian ini kami juga dapat melihat bagaimana saudara seiman di luar Palu, bahu-membahu membantu kami, baik dalam bentuk bantuan Jasmani (dana, makanan, sandang dll) maupun dalam bentuk Rohani (Alkitab dan buku bacaan rohani). Ini sungguh menjadi kekuatan bagi kami untuk bangkit dan membangun kembali.” ungkap Pnt. Herda dari GPID Baludangko, Kulawi.
Rencana pada bulan Januari 2019 yang akan datang, LAI bersama-sama dengan mitra pendukung akan kembali mendistribusikan 3.000 eks Alkitab dan 2.000 eks Alkitab untuk Anak untuk para pengungsi yang ada di wilayah yang belum dapat dijangkau selama ini. Kami sangat mengharapkan dukungan dan doa dari Anda semua. Semoga Tuhan memberkati rencana ini. Salam Alkitab Untuk Semua.[AM]

Belajar Dari Yohanes Pembaptis

Dok. : Istimewa

title

Yohanes Pembaptis, lahir (± 7 sM) dari satu keluarga yang sudah lanjut usia, yaitu ayahnya, imam Zakharia dan ibunya, Elisabet. Yohanes dewasa tinggal dan hidup di padang gurun Yudea (Lukas 1:80), dan di situlah ia menerima panggilan menjadi nabi pada ± tahun 27 M (Lukas 3:2). Yohanes Pembaptis adalah seorang pendoa, dia juga mengajarkan tentang berdoa kepada murid-muridnya (Matius 3:4). Yohanes adalah pria yang tegas dan sederhana, saat hidup di padang gurun Yudea dia hanya memakai jubah bulu unta, ikat pinggang kulit, makanannya "belalang" dan madu hutan (Markus 1:6). Namun, di situlah ia menerima panggilan menjadi nabi (kira-kira tahun 27 M). Sesudah Roh kenabian menghinggapi dia, dia menjadi pengkhotbah yang sangat berani menyuarakan berita pertobatan dan pengampunan dosa kepada banyak orang. Berbondong-bondong orang datang mendengar dia, dan banyak dari antara mereka yang dia baptiskan di Sungai Yordan, sesudah mereka mengakui dosa-dosa mereka.

Sikapnya terhadap para pemimpin Israel merupakan kutukan yang sangat berat. 'Kapak sudah tersedia pada akar pohon' demikian ia mengingatkan mereka (Matius 3:10; Lukas 3:9). Ia menyebut para pemimpin agama bangsa itu keturunan ular beludak (Matius 3:7), dan dengan gamblang ia menyatakan sama sekali tidak ada artinya kalau hanya tinggal nama saja keturunan Abraham. Hidup yang baru harus mulai; waktunya sudah tiba untuk memanggil keluar dari segenap bangsa itu suatu sisa yang taat, yang bersedia menerima kedatangan Kristus yang sudah sangat dekat, dan menghadapi penghakiman yang hendak diadakan-Nya. Nabi Yohanes menganggap dan juga mengatakan, bahwa dia hanyalah perintis jalan bagi Kristus yang sedang datang, dan - sejauh bertalian dengan Kristus - dia juga berkata tidak layak bahkan untuk melakukan pekerjaan yang paling hina pun. Jika pelayanan Yohanes dicirikan oleh baptisan dengan air, maka pelayanan Kristus dicirikan oleh baptisan dengan Roh Kudus dan api.

Di antara orang yg datang kepada Yohanes untuk dibaptiskan ialah Yesus. Ia disambut oleh Yohanes sebagai Yang Akan Datang itu, bahwa pelayanan Yesus tepat seperti nubuat para nabi, yaitu ciri-ciri dari zaman pemulihan. Lokasi asli dimana Yesus dibaptis di sungai Yordan terletak 8 km arah timur dari kota Yerikho, dimana sesuai dengan kisah di Injil, disanalah Yohanes Pembaptis membaptis orang-orang. "Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan. Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di Sungai Yordan" (Matius 3: 5-6). Yesus pun datang ke tempat tersebut untuk dipermandikan oleh Yohanes (Matius 3 : 3-17; Markus 1 : 9-11; Lukas 3 : 21-22; Yohanes 1:32-34). Menurut tradisi, tempat kejadian peristiwa ini letaknya dekat biara Santo Yohanes dari Gereja Ortodoks Yunani.

Konon sejak abad-abad pertama sesudah Kristus sampai tahun 1967, saat pecah Perang Enam Hari, jutaan peziarah telah mengunjungi tempat itu untuk mandi dalam pakaian putih di Sungai Yordan. Akan tetapi sangat sulit saat ini untuk mengunjungi lokasi asli dimana Yesus dibaptis, karena tempat ini tepat berada di daerah perbatasan antara Israel dan negara Yordania, dan menjadi daerah militer sampai saat ini. Untuk mengatasi kerinduan peziarah yang datang ke Tanah Perjanjian dan ingin dibaptis di Sungai Yordan, maka pemerintah Israel membuat tempat pembaptisan lainnya di dekat daerah Degania, dekat kota Tiberias, tidak jauh dari tempat keluarnya air Sungai Yordan dari Danau Galilea. Di tempat inilah jutaan peziarah dari seluruh dunia datang untuk dibaptis ataupun memperbaharui janji baptis mereka di Sungai Yordan, sungai yang sama dimana Yesus sendiri dahulu dibaptis. Walaupun lokasi tidak tepat sama, akan tetapi sungainya masih tetap sungai yang sama, yang mengalirkan air yang sama pula.

Pelayanan Yohanes tidak terbatas hanya di lembah Yordan. Berita dalam Yohanes 3:23, bahwa ia melaksanakan pembaptisan (barangkali tidak begitu lama) 'di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air', mudah terlupakan. Agaknya W.F Albright (The Archaeology of Palestine, 1956, hlm 247) benar dalam menentukan letak lokasi ini di sebelah tenggara Nabius, dekat mata air Wadi Far'ah. Artinya, di daerah yg pada waktu itu termasuk kawasan Samaria atau di daerah Skitopolis (salah satu kota dari Dekapolis). Ini dapat menerangkan sedikit tentang ciri-ciri agama Samaria pada zaman permulaan Kristen, juga ucapan Yesus kepada murid-murid-Nya dalam Yohanes 4:35-38, mengenai orang yg tinggal di daerah ini, yg diakhiri dengan kata-kata, 'Orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka.' Hasil yg mereka tuai (Yohanes 4:39, 41) adalah yang ditaburkan oleh Yohanes Pembaptis.

Usai pelayanan di Samaria, Yohanes kembali ke daerah Herodes Antipas, agaknya ke Perea. Kehadirannya membuat Antipas curiga kalau-kalau dia adalah pemimpin gerakan massa, yang mungkin menimbulkan sesuatu di luar dugaan. Antipas memusuhi Yohanes, lebih-lebih lagi Herodias, istri kedua Antipas, karena Yohanes mencela perkawinan mereka tidak sah. Karena itulah dia dipenjarakan di benteng Makhaerus, dan beberapa bulan kemudian dipancung di sana.

Dalam Perjanjian Baru, Yohanes digambarkan terutama sebagai perintis jalan bagi Yesus. Dijebloskannya dia ke dalam penjara menjadi tanda bagi awal pelayanan Yesus di Galilea (Markus 1:14 dab). Dan aktivitasnya membaptiskan merupakan titik permulaan bagi pemberitaan rasuli (Kisah 10:37; 13:24 dab; bnd 1:22 dan Markus 11:1-4). Yesus menilai Yohanes ialah Elia yang dijanjikan dalam Matius 4:5 dan, yang harus datang dan menggenapi pelayanannya untuk memulihkan Israel menjelang datangnya 'hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu' (Markus 9: 13; Matius 11:14; bnd Lukas 1: 17). Yesus juga menganggap Yohanes sebagai orang yang terakhir dan yang terbesar dalam urutan nabi: "Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan" (Lukas 16:16). Kendati demikian dan kendati tidak ada yang melebihinya perihal citra pribadi, toh dia lebih kecil dari yang terkecil dalam Kerajaan Allah. Ia berada di ambang pintu orde baru sebagai perintisnya (seperti Musa memandang tanah perjanjian dari Pisga), tanpa ia sendiri masuk ke dalamnya. Murid-murid Yohanes tetap mempertahankan keberadaan mereka, agak lama sesudah ia mati.

Sumber: http://www.sarapanpagi.org/yohanes-pembabtis-nabi-yahya-vt36.html

“….dan Allah akan mengampuni dosamu”

Adven 2, Yohanes Pembaptis

title

“Yesus datang ke dalam dunia untuk menebus manusia yang berdosa, yaitu mereka yang percaya kepada-Nya. Sungguh menyenangkan menjadi seorang Kristen, hanya dengan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan maka surga sudah pasti menjadi milik kita, yah ditambah dengan ke gereja dan mengikuti semua hari raya gerejawi, sukacita surga terasa sudah begitu lengkap kita miliki. Cukup dengan percaya saja, dan dosapun hilanglah, selanjutnya terserah Anda.”

“Missing Truth”, kata ini begitu tepat menggambarkan pemahaman dan keyakinan kita akan apa yang kita percayai sebagai kebenaran. Apakah yang hilang dari berita kebenaran yang ada pada kita saat ini?

Di tengah sunyi dan tandusnya padang gurun, firman Allah datang kepada Yohanes. Mengapa kepada Yohanes? Mengapa bukan kepada Imam Hanas dan Kayafas sebagai Imam Besar saat itu?

“Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu…” itulah firman yang Yohanes terima dan yang disampaikannya kepada umat Israel di daerah Yordan. Firman Tuhan datang kepada Yohanes secara utuh, namun kita sering melompati beberapa bagian sehingga langsung sampai kepada kalimat “… dan Allah akan mengampuni dosamu”. Bagian yang hilang itu adalah “Bertobatlah” dan “Berilah dirimu dibaptis”.

Orang-orang di zaman itu telah kehilangan bagian terpenting dari ibadat mereka, tidak terkecuali para imam. Mereka begitu sibuk untuk menghias diri mereka dengan apa yang tampak membanggakan dan indah di mata manusia (bnd. Mat. 23:27). Tidak berbeda jauh dengan kehidupan kita saat ini. Dalam masa menyambut natal, kita telah kehilangan tentang makna natal itu sendiri, yang ada hanyalah hiruk-pikuk kemeriahan natal. Kita begitu menyibukkan diri dengan pesta dan perayaan, dengan tampilan ibadah yang kelihatan lebih “wah” dari biasanya, dan juga dengan penampilan fisik kita yang terlihat lebih indah. Kita terlalu yakin dengan “kepercayaan” yang kita miliki bahwa percaya kepada Yesus pasti akan diselamatkan, padahal kita lupa akan maksud sebenarnya dari “percaya” itu. Kepercayaan kita hanya ada pada pikiran kita saja dan hanya sekedar terucap di bibir. Kita lupa akan pertobatan yang sejati.

Bertobat berarti berubah sikap, berpaling dari dosa-dosa, dan kembali kepada hal-hal yang menyenangkan Allah”. Dibaptis menunjuk kepada suatu upacara keagamaan di mana air dipergunakan sebagai sarana. Yohanes melakukan pembaptisan terhadap orang-orang yang mendengarkan khotbahnya, dan ini dilakukan atas dasar pertobatan dari orang-orang yang dibaptis itu (Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, hal. 95). Baptisan adalah sebuah tanda lahiriah yang menunjukkan bahwa orang yang dibaptis telah mengalami pertobatan di dalam dirinya. Inilah bagian yang dikehendaki oleh Allah terjadi dalam hidup kita yang pada akhirnya akan mendatangkan pengampunan dosa.

Di Minggu Adven yang kedua ini, marilah kita kembali kepada pesan kebenaran yang utuh, sehingga ketika Tuhan datang kembali, Ia akan mendapati kita dengan kehidupan yang penuh dengan pertobatan yang mengikuti pengakuan percaya kita kepada-Nya, dan Allah akan mengampuni dosa-dosa kita.[]

Tuhan, Banyak Hal Dalam Kehidupan Yang Membuat Marah, Geram, dan Kehilangan Kesabaran. Tolong Kami Membiarkan Emosi Itu Hanya Pada Hal Yang Pantas Mendapatkannya.

Yohanes 9: 24-28

title

Marah adalah salah satu emosi jiwa manusia yang berasal dari Allah. Kebijaksanaan dalam menggunakannya membuatnya menjadi begitu bernilai.

Berulang kali memberi jawaban yang sama atas pertanyaan yang sama pula, membuat mantan orang buta ini begitu kesal kepada para pemimpin Yahudi. Sehingga jawaban-jawabannya kali ini mendapatkan penegasan khusus dan mungkin sedikit ketus. Kedegilan hati para pemimpin itu mendapatkan respon yang serius dan kegeraman.

Sahabat Alkitab, kemarahan dalam diri kita dapat timbul karena ada sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang kita pikirkan, bayangkan, harapkan, atau dapatkan. Ini adalah hal yang wajar karena Allah sendiri menyatakan amarah-Nya ketika manusia tidak hidup seturut dengan kehendak-Nya, hanya Ia tidak berdosa dalam kemarahan-Nya. Kita boleh marah untuk sebagai respon atas pelanggaran terhadap kebenaran dengan tujuan untuk memperbaiki. Namun emosi yang Allah berikan itu harus dipergunakan dengan sangat bijak dan penuh hikmat, agar kita sendiri tidak jatuh dalam dosa karenanya, dan agar kemarahan itu membawa perubahan yang baik atau meluruskan jalan yang bengkok. Kemarahan itu harus murni dalam tujuannya, dilakukan pada tempat dan waktu yang tepat, serta dengan porsi yang tepat pula.

Selamat Pagi, disaat kita memang pantas untuk marah mintalah kepada Allah untuk menjaga hati kita agar tidak berdosa dengan melewati batas yang seharusnya.

Salam Alkitab Untuk Semua

Tuhan, Keterbatasan dan Kelemahan Adalah Tanah Subur Bagi Ketakutan. Tolong Kami Mengatasinya, Sehingga Hidup Kami Melimpah Dengan Damai Sejahtera,

Yohanes 9: 18-23

title

Mengapa takut jika Roh yang ada dalam kita jauh lebih besar daripada roh yang ada dalam dunia, dan kepada kita tidak diberikan roh ketakutan.

Satu orang buta telah dicelikkan matanya oleh Yesus, setelahnya beberapa orang menjadi buta oleh kebodohan dan kedegilan hatinya sehingga tidak dapat melihat pekerjaan Allah yang telah dinyatakan. Mereka adalah para pemimpin agama Yahudi saat itu. Tidak cukup dengan kesaksian dari mantan orang buta itu dan karena kebutaan hati mereka, para pemimpin itu memanggil bapak dan ibunya untuk memastikan apakah anak mereka itu memang buta sejak lahirnya. Karena takut, mereka hanya memberi jawab seadanya lalu melemparkan kembali kepada anak mereka. Mereka memang bukanlah siapa-siapa jika dibandingkan dengan status dan kuasa yang dimiliki oleh para pemimpin agama Yahudi.

Sahabat Alkitab, banyak kali kita takut untuk memberikan suatu pendapat atau melakukan koreksi terhadap sesuatu atau kepada orang tertentu karena keterbatasan kita dari segi usia, tingkat pendidikan, jabatan, atau status sosial. Sekalipun kita jelas melihat sebuah kesalahan dan kekeliruan sementara kita memiliki solusi untuk kita, namun ketakutan membuat kita menyimpan semuanya itu dalam hati. Kita terkurung oleh rasa rendah diri yang kita ciptakan sendiri, padahal Tuhan yang menciptakan kita memandang sama kepada semua orang, dan kepada kita yang telah menerima anugerah Allah, tidak diberikan roh ketakutan, tetapi Roh yang besar yang berani untuk menyatakan dan menyuarakan kebenaran. Roh yang Tuhan berikan mampu untuk membuat kita bekerja dan melakukan sesuatu melewati batas-batas diri kita sendiri. Jika kita menahan sebuah kebenaran dan menyembunyikannya, maka akan menghilangkan damai sejahtera dalam diri kita.

Selamat Pagi. Beranilah menyerukan kebenaran dan kebaikan kepada semua orang, selebihnya biarkan Allah yang bertindak dan menolong kita.

Salam Alkitab Untuk Semua