Pelatihan Dasar Trauma Healing Bagi Korban Bencana Alam di Palu

Trauma Healing Palu

title

Hampir dua bulan setelah gempa bumi dan tsunami meluluhlantakkan Palu dan sekitarnya. Sambil membantu bahan kebutuhan pokok dan Alkitab bagi para warga jemaat yang menjadi pengungsi, Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) merasa perlu menyiapkan para pendeta, pimpinan jemaat, dan para guru sekolah minggu untuk menjadi fasilitator “trauma healing” bagi para jemaat, baik orang dewasa dan anak-anak yang menjadi korban bencana alam tersebut.
Dalam mempersiapkan pelatihan tersebut, LAI, melalui Kantor Perwakilannya di Manado menggandeng para Mitra LAI di Palu untuk menyelenggarakan Pelatihan Dasar Trauma Healing yang digelar di Gereja Palu, 21-24 November 2018. Adapun 4 orang para fasilitatornya berasal dari Jakarta, lulusan pelatihan yang diadakan oleh LAI tahun lalu. Sehari sebelumnya para fasilitator mengunjungi dua daerah yang mengalami bencana. Pertama, Balaroa, terjadi liquifaksi, tanah bergeser, terbelah dan menelan ribuan rumah warga dan masih banyak korban/ jenasah yang tidak dapat dievakuasi. Kedua, Talase, daerah pinggir Pantai Tanjung tempat terjadi tsunami yang menyapu bersih daerah tersebut. Kunjungan ke daerah tersebut membuat fasilitator ikut merasakan yang dialami warga sehingga dalam penyampaian materi lebih mendarat, dan menyentuh.

Keesokan harinya kegiatan pelatihan yang diikuti oleh 38 orang ini dimulai pada pukul 08.30 WITA yang diawali doa bersama para fasilitator (dilakukan setiap hari). Pembukaan dilakukan oleh Wieske Gerung, Staf Kantor Perwakilan LAI Manado. Kemudian dilanjutkan dengan perkenalan dan penjelasan program Pelatihan Dasar Trauma Healing ini. Ada tiga sessi yang dilalui pada hari pertama ini; 1) Jika Allah Mengasihi Kita, Mengapa Kita Menderita?, 2) Menyembuhkan Hati Yang Terluka, 3) Perjalanan Dukacita. Keterbukaan peserta sudah kami rasakan sejak sessi Pertama, Jika Allah Mengasihi Kita. Mengapa kita menderita. Ada beberapa peserta yang sudah mengungkapkan pengalaman terluka yang tidak selalu dikaitkan dengan bencana yang dialami. Demikian juga pada sessi kedua, ketiga dan, kegiatan meratap dan mendengar. Kegiatan ini dilakukan sekaligus membuka ruang bagi peserta untuk memulihkan diri dengan bercerita dan melatih diri untuk dapat menolong rekannya pulih. Kegiatan pelatihan di hari pertama berlangsung sampai dengan pukul 17.00 WITA.

Hari kedua pelatihan dimulai pukul 08.00 dan ada empat sessi yang diberikan; 1) Melayani Anak-anak, 2) Pelayanan Bagi Hamba Tuhan, 3)Pengampunan, 4) Membawa Luka Pada Salib Yesus. Pada akhir kegiatan peserta diberi kesempatan untuk meratap dan berbagi pengalaman (latihan mendengarkan). Hari kedua pelatihan ini diakhiri sessi sekaligus kebaktian , dengan tema Membawa Luka pada Salib. Peserta diajak untuk mengingat kembali perjalanan luka mereka dan mengingat bahwa Yesus, yang di salib itu ikut menanggung luka, derita, dan dosa manusia. Kegiatan berakhir pada pk 16.30. Ada pengalaman fasilitator untuk mendampingi seorang ibu yang datang ke gereja usai kegiatan dan mencurahkan pengalaman kehilangan suami dan dua orang anak serta orangtuanya. Kesempatan mendengar dan mendoakan menjadi hal yang menggetarkan.

Hari Ketiga Pelatihan Dasar Trauma Healing dimulai pukul 08.00 dan diisi dengan satu sessi, Persiapan Menghadapi Bencana/ Merespon Krisis. Selebihnya diisi dengan Evaluasi, Umpan Balik dan penutup. Pada bagian evaluasi dapat dilihat bahwa peserta memahami apa yang mereka terima mulai dari sessi pertama sampai terakhir. Umpan balik ada beberapa harapan peserta untuk dapat menerapkan apa yang mereka terima, sekaligus harapan untuk dilaksanakan kegiatan lanjutan (lihat lampiran umpan balik). RTL, ada kelompok yang siap melakukan kelompok pemulihan di daerah pelayanannya. Ada juga yang harus menunggu hasil rapat dengan majelis. Para fasilitator mendorong peserta untuk melanjutkan apa yang mereka dapatkan mulai dari lingkup keluarga atau tetangga terdekat, menjadi sahabat yang sama-sama bangkit memulihkan trauma.
Kiranya apa yang dilakukan selama 3 hari ini dapat bermanfaat bagi saudara-saudara kita, khususnya mereka yang menjadi korban bencana alam di Palu dan sekitarnya ini. [Tim TH]