Tahun 1999 saya datang ke Taipei (Ibukota Taiwan) dalam rangka mengikuti Konferensi SDM tingkat Asia dan ada dua hal yang masih tetap saya ingat. Pertama, Presiden Taiwan saat itu dalam pidato pembukaan konferensi mengatakan bahwa apapun merk komputer di dunia ini, 80% komponennya berasal dari Taiwan. Betapa luar biasanya negeri kecil ini. Kecil-kecil cabe rawit.
Kedua, masyarakat Taiwan sangat bangga dengan Sun Yat Sen, pemimpin Tiongkok yang dianggap juga pendiri negeri dengan penduduk 23.681.713 orang ini. Sun Yat Sen ternyata seorang Kristen yang pada masa mudanya dibaptis di Hong Kong oleh Misionaris Amerika dari Congregational Church of the United States. SunYat Sen terkenal dengan ajarannya San Min Chu I (Tiga Asas Kerakyatan), yakni Min T’sen (kebangsaan atau nasionalisme), Min Tsu (kerakyatan atau demokrasi ), dan Min Sheng (kesejahteraan atau sosialisme). Saya menduga Alkitab turut menginsipirasi ajaran ini.
Sekarang saya datang lagi ke Taiwan (yang nama resminya adalah Republic of China – ROC) dalam rangka mengikuti UBS Digital Academy dan Affinity Alliance Meeting sebagai utusan Lembaga Alkitab Indonesia.
Kondisi Taiwan sungguh sangat berbeda dibanding dengan 19 tahun lalu. Bandaranya sangat modern, full wifi tanpa password, armada taksinya memakai mobil di atas 2000 cc, semua jalan baik tol maupun non tol mulus dan tidak ada kemacetan sama sekali. Rata-rata kecepatan taksi 100-110 km per jam, sehingga jarak antara Bandara ke Hotel tempat saya menginap, sekitar 60 km, terasa sangat dekat.
Penduduk Kristen di Taiwan hanya 5,5% (sekitar 1.277.100 orang) dari total warga Taiwan, namun Lembaga Alkitab Taiwan (The Bible Society in Taiwan) bersedia dan mampu menjadi tuan rumah sebuah forum tingkat Asia. Forum ini dihadiri oleh peserta dari China (RRC), Pakistan, Jepang, Korea, Singapura, Filipina, Hongkong, Nepal, Myanmar, Banglades, Mongolia, Australia, Vietnam, Thailand, Kamboja, Laos, Inggris dan Indonesia.
Kekuatan Alkitab sungguh nyata. Di Indonesia Alkitab mampu menyatukan umat Protestan (ada lebih dari 323 Sinode) dan umat Katolik (yang masih tetap satu). Di Taiwan Alkitab menyatukan berbagai negeri untuk fokus bersama mewujudkan “Alkitab Untuk Semua” di era digital ini.
Bila mengacu pada data resmi yang selalu disebutkan 10% dari penduduk Indonesia adalah Kristen, maka di Indonesia ada sekitar 25 Juta orang Kristen. Lebih banyak dari seluruh penduduk Taiwan yang hanya 23,7 Juta orang. Orang Kristen di Indonesia lebih dari 19 kali orang Kristen di Taiwan. Suatu jumlah yang signifikan.
Bila Alkitab dibaca, dihayati dan dipraktikkan oleh seluruh warga Kristen di Indonesia, maka mestinya dampak yang ditimbulkan akan lebih dahsyat dari Taiwan. Kemakmurannya, kerapihannya, kemodernannya, kesejahteraannya, keadilannya, persatuannya, dan semua yang baik-baik di negeri Taiwan dapat terwujud di Indonesia. Bukankah itu Visio Dei? “Langit baru dan bumi baru.”
Salam Alkitab Untuk Semua.
Sigit Triyono (Sekum LAI)