“Hidup Memuji dan Memuliakan Allah”

Selamat NATAL

title

Lukas 2:8-20
“Sekarang aku tahu bahwa Allah mengasihiku, dan melalui Yesus, Tuhanku, Allah menyelamatkanku dari jerat dosa dan maut. Selanjutnya, aku mau mempersembahkan hidupku menjadi puji-pujian dan kemuliaan bagi nama Allah, sebab telah kulihat keselamatan itu”

Setelah mendengar berita yang penuh sukacita dan mereka nanti-nantikan akan datang-Nya Juruselamat, dengan segera dan dengan cepat-cepat mereka meningalkan padang rumput dan juga domba gembalaan mereka agar dapat segera bertemu bayi Yesus yang dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan. Setelah mereka melihat bayi itu dan menceritakan segala hal yang telah mereka lihat dan dengar dari malaikat Tuhan, mereka pulang dengan sukacita sehingga tidak ada lain yang mereka lakukan selain memuji dan memuliakan Allah. Telinga mereka telah mendengar, dan mata mereka sendiri telah melihat keselamatan yang dari Allah.

Hari ini seluruh dunia memperingati dan merayakan natal, menaikkan pujian dan syukur kepada Allah yang mengasihi manusia, yang telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal untuk memberikan keselamatan kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya.

Memuji dan memuliakan Allah adalah respon yang paling wajar dan yang seharusnya ditunjukkan oleh kita semua yang telah menerima anugerah keselamatan, sama seperti para gembala yang bersukacita memuji Allah karena telah melihat bayi Yesus, Juruselamat yang telah dijanjikan. Kelahiran Yesus tidak mengubahkan pekerjaan para gembala itu, tetapi telah mengubahkan jati diri mereka, hati mereka, dan bagaimana mereka menjalani kehidupan dan pekerjaan sebagai gembala yang memuliakan Allah.

Demikianlah Allah menganugerahkan keselamatan kepada kita bukan untuk disimpan bagi diri sendiri melainkan agar kita kembali ke tempat di mana kita hidup, tinggal, bermasyarakat, beraktivitas, dan bekerja, dengan membawa keselamatan itu, memberitakannya, dan menunjukkannya kepada semua orang agar mereka yang melihat beroleh keselamatan lalu memuji dan memuliakan Allah.[]

“… telah lahir bagimu Juruselamat”

Gembala & Malaikat

title

“... telah lahir bagimu Juruselamat”

Lukas 2:1-14
“Mengapa? Mengapa kepada orang seperti aku ini Yesus mau datang ke dalam dunia? Mengapa bukan kepada mereka yang hidupnya jauh lebih baik, lebih suci, dan lebih berguna? Sungguhkah Dia lahir bagiku?”

Setelah sekian lama, akhirnya tiba bagi Maria untuk bersalin. Dalam perjalan yang jauh, Maria dan Yusuf, tunangannya, pergi ke Bethlehem memenuhi panggilan dari Kaisar Agustus untuk mendaftarkan diri mereka dalam sebuah sensus penduduk. Di situlah, di kota kecil Bethlehem Yesus dilahirkan. Berita kelahiran Sang Juruselamat ini untuk pertama kalinya disampaikan malam itu kepada sekawanan gembala domba yang tengah menjaga domba domba gembalaannya di padang. Malaikat Tuhan hadir di tengah pekatnya malam dalam cahaya kemuliaan Tuhan dan berkata kepada mereka, “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud…”

Bagi siapakah berita yang mulia itu seharusnya datang? Kelahiran seorang raja sudah selayaknya diberitakan kepada orang-orang yang terpandang, para pembesar dan pejabat negeri, kepada bangsawan dan orang-orang terhormat lainnya. Namun Allah memilih memberitakan berita kelahiran Yesus Kristus, Tuhan, kepada orang-orang kecil yang menarik diri mereka dari lingkungan sosial oleh karena pekerjaan yang mereka jalani. Mereka bukanlah kaum terpandang dan terhormat. Mereka bukan orang kaya apalagi bangsawan. Mereka adalah gembala domba yang hidup bebas di alam terbuka karena menjaga domba gembalaannya. Mereka mungkin orang-orang yang tidak diperhitungkan, dan merekapun merasa begitu, untuk masuk dalam sensus penduduk yang tengah diadakan.

Berita kelahiran Juruselamat yang menjadi kesukaan besar bagi seluruh bangsa datang kepada mereka yang merasa kecil, merasa hina, merasa tidak layak dan berdosa, serta merasa tidak berguna di hadapan manusia. Karena merekalah orang-orang yang paling membutuhkan Juruselamat, Tuhan, dan Penolong yang membuat hidup mereka berarti, melayakkan, menguduskan, dan membuat kehidupan mereka berguna bagi kemuliaan-Nya. Sebab di dunia ini tidak ada seorangpun yang baik, suci, dan berguna jika bukan kemurahan Allah yang menjadikannya demikian. Dan memang, tidak pernah ada tempat penginapan yang layak bagi bayi Yesus, selain dari kandang domba dan palungan yang hina.

Mari sambutlah Yesus dalam kehidupan kita yang menjadikan kita lebih berarti, dan membuat hidup kita lebih hidup. Karena bagi kitalah dan bagi kemuliaan Allah, Juruselamat telah lahir. []

“… engkau beroleh kasih karunia”

Adven 4

title

Lukas 1:26-38

Siapakah aku ini Tuhan?
Aku seperti binatang jalang,
tidak ada kesalehan pada diriku.
Aku kehilangan arah tujuan,
dan tak tahu ke mana ku kan pulang.
Aku mendaki naik ke gunung-Mu namun terjatuh aku,
terhempas hingga ke dasar bumi.
Tidak ada daya, harapan juga lenyap,
Hingga kulihat tangan Yang Kuat itu,
Meraih dan membawaku naik.
Dan kudengar suara-Nya berkata, “Kukasihi engkau.”

“Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Dalam keterkejutan, Maria tidak dapat berkata apa-apa mendengar salam dari malaikat Gabriel. Ia hanya dapat bertanya di dalam hati, “apakah arti salam itu?” Sebab di zaman itu, tidak pernah terdengar lagi malaikat Tuhan berbicara kepada manusia. Ketakutan jelas membayangi Maria, sebab siapakah manusia yang dapat tahan berdiri di hadapan hadirat Allah? Karena itu malaikat Gabriel sekali lagi berkata, “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus…”
Perkataan malaikat melegakan hati Maria, ia tidak akan mati karena kehadiran malaikat itu, sebaliknya ia beroleh kasih karunia dari Allah.
Berita kelahiran Yesus adalah berita kasih karunia Allah yang begitu besar kepada manusia yang berdosa. Maria yang dalam naturnya sebagai manusia yang tidak sempurna menerima kasih karunia Allah untuk menjadi seorang ibu bagi Sang Juruselamat.
Kasih karunia Allah telah datang kepada segala makhluk, secara khusus kepada manusia yang telah tercemar oleh dosa dan tidak dapat menjangkau Allah dengan usaha apa pun. Allah seperti tangan yang kuat menjangkau manusia yang tidak lagi berdaya oleh karena dosanya, dan telah kehilangan harapan, namun kini beroleh pengharapan yang baru dan pasti di dalam Yesus Kristus.
Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi adalah berita kasih karunia Allah kepada manusia yang diberikan bukan karena kelayakan tetapi karena kemurahan hati Allah. []

Belajar Dari Yohanes Pembaptis

Dok. : Istimewa

title

Yohanes Pembaptis, lahir (± 7 sM) dari satu keluarga yang sudah lanjut usia, yaitu ayahnya, imam Zakharia dan ibunya, Elisabet. Yohanes dewasa tinggal dan hidup di padang gurun Yudea (Lukas 1:80), dan di situlah ia menerima panggilan menjadi nabi pada ± tahun 27 M (Lukas 3:2). Yohanes Pembaptis adalah seorang pendoa, dia juga mengajarkan tentang berdoa kepada murid-muridnya (Matius 3:4). Yohanes adalah pria yang tegas dan sederhana, saat hidup di padang gurun Yudea dia hanya memakai jubah bulu unta, ikat pinggang kulit, makanannya "belalang" dan madu hutan (Markus 1:6). Namun, di situlah ia menerima panggilan menjadi nabi (kira-kira tahun 27 M). Sesudah Roh kenabian menghinggapi dia, dia menjadi pengkhotbah yang sangat berani menyuarakan berita pertobatan dan pengampunan dosa kepada banyak orang. Berbondong-bondong orang datang mendengar dia, dan banyak dari antara mereka yang dia baptiskan di Sungai Yordan, sesudah mereka mengakui dosa-dosa mereka.

Sikapnya terhadap para pemimpin Israel merupakan kutukan yang sangat berat. 'Kapak sudah tersedia pada akar pohon' demikian ia mengingatkan mereka (Matius 3:10; Lukas 3:9). Ia menyebut para pemimpin agama bangsa itu keturunan ular beludak (Matius 3:7), dan dengan gamblang ia menyatakan sama sekali tidak ada artinya kalau hanya tinggal nama saja keturunan Abraham. Hidup yang baru harus mulai; waktunya sudah tiba untuk memanggil keluar dari segenap bangsa itu suatu sisa yang taat, yang bersedia menerima kedatangan Kristus yang sudah sangat dekat, dan menghadapi penghakiman yang hendak diadakan-Nya. Nabi Yohanes menganggap dan juga mengatakan, bahwa dia hanyalah perintis jalan bagi Kristus yang sedang datang, dan - sejauh bertalian dengan Kristus - dia juga berkata tidak layak bahkan untuk melakukan pekerjaan yang paling hina pun. Jika pelayanan Yohanes dicirikan oleh baptisan dengan air, maka pelayanan Kristus dicirikan oleh baptisan dengan Roh Kudus dan api.

Di antara orang yg datang kepada Yohanes untuk dibaptiskan ialah Yesus. Ia disambut oleh Yohanes sebagai Yang Akan Datang itu, bahwa pelayanan Yesus tepat seperti nubuat para nabi, yaitu ciri-ciri dari zaman pemulihan. Lokasi asli dimana Yesus dibaptis di sungai Yordan terletak 8 km arah timur dari kota Yerikho, dimana sesuai dengan kisah di Injil, disanalah Yohanes Pembaptis membaptis orang-orang. "Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan. Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di Sungai Yordan" (Matius 3: 5-6). Yesus pun datang ke tempat tersebut untuk dipermandikan oleh Yohanes (Matius 3 : 3-17; Markus 1 : 9-11; Lukas 3 : 21-22; Yohanes 1:32-34). Menurut tradisi, tempat kejadian peristiwa ini letaknya dekat biara Santo Yohanes dari Gereja Ortodoks Yunani.

Konon sejak abad-abad pertama sesudah Kristus sampai tahun 1967, saat pecah Perang Enam Hari, jutaan peziarah telah mengunjungi tempat itu untuk mandi dalam pakaian putih di Sungai Yordan. Akan tetapi sangat sulit saat ini untuk mengunjungi lokasi asli dimana Yesus dibaptis, karena tempat ini tepat berada di daerah perbatasan antara Israel dan negara Yordania, dan menjadi daerah militer sampai saat ini. Untuk mengatasi kerinduan peziarah yang datang ke Tanah Perjanjian dan ingin dibaptis di Sungai Yordan, maka pemerintah Israel membuat tempat pembaptisan lainnya di dekat daerah Degania, dekat kota Tiberias, tidak jauh dari tempat keluarnya air Sungai Yordan dari Danau Galilea. Di tempat inilah jutaan peziarah dari seluruh dunia datang untuk dibaptis ataupun memperbaharui janji baptis mereka di Sungai Yordan, sungai yang sama dimana Yesus sendiri dahulu dibaptis. Walaupun lokasi tidak tepat sama, akan tetapi sungainya masih tetap sungai yang sama, yang mengalirkan air yang sama pula.

Pelayanan Yohanes tidak terbatas hanya di lembah Yordan. Berita dalam Yohanes 3:23, bahwa ia melaksanakan pembaptisan (barangkali tidak begitu lama) 'di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air', mudah terlupakan. Agaknya W.F Albright (The Archaeology of Palestine, 1956, hlm 247) benar dalam menentukan letak lokasi ini di sebelah tenggara Nabius, dekat mata air Wadi Far'ah. Artinya, di daerah yg pada waktu itu termasuk kawasan Samaria atau di daerah Skitopolis (salah satu kota dari Dekapolis). Ini dapat menerangkan sedikit tentang ciri-ciri agama Samaria pada zaman permulaan Kristen, juga ucapan Yesus kepada murid-murid-Nya dalam Yohanes 4:35-38, mengenai orang yg tinggal di daerah ini, yg diakhiri dengan kata-kata, 'Orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka.' Hasil yg mereka tuai (Yohanes 4:39, 41) adalah yang ditaburkan oleh Yohanes Pembaptis.

Usai pelayanan di Samaria, Yohanes kembali ke daerah Herodes Antipas, agaknya ke Perea. Kehadirannya membuat Antipas curiga kalau-kalau dia adalah pemimpin gerakan massa, yang mungkin menimbulkan sesuatu di luar dugaan. Antipas memusuhi Yohanes, lebih-lebih lagi Herodias, istri kedua Antipas, karena Yohanes mencela perkawinan mereka tidak sah. Karena itulah dia dipenjarakan di benteng Makhaerus, dan beberapa bulan kemudian dipancung di sana.

Dalam Perjanjian Baru, Yohanes digambarkan terutama sebagai perintis jalan bagi Yesus. Dijebloskannya dia ke dalam penjara menjadi tanda bagi awal pelayanan Yesus di Galilea (Markus 1:14 dab). Dan aktivitasnya membaptiskan merupakan titik permulaan bagi pemberitaan rasuli (Kisah 10:37; 13:24 dab; bnd 1:22 dan Markus 11:1-4). Yesus menilai Yohanes ialah Elia yang dijanjikan dalam Matius 4:5 dan, yang harus datang dan menggenapi pelayanannya untuk memulihkan Israel menjelang datangnya 'hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu' (Markus 9: 13; Matius 11:14; bnd Lukas 1: 17). Yesus juga menganggap Yohanes sebagai orang yang terakhir dan yang terbesar dalam urutan nabi: "Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan" (Lukas 16:16). Kendati demikian dan kendati tidak ada yang melebihinya perihal citra pribadi, toh dia lebih kecil dari yang terkecil dalam Kerajaan Allah. Ia berada di ambang pintu orde baru sebagai perintisnya (seperti Musa memandang tanah perjanjian dari Pisga), tanpa ia sendiri masuk ke dalamnya. Murid-murid Yohanes tetap mempertahankan keberadaan mereka, agak lama sesudah ia mati.

Sumber: http://www.sarapanpagi.org/yohanes-pembabtis-nabi-yahya-vt36.html

“….dan Allah akan mengampuni dosamu”

Adven 2, Yohanes Pembaptis

title

“Yesus datang ke dalam dunia untuk menebus manusia yang berdosa, yaitu mereka yang percaya kepada-Nya. Sungguh menyenangkan menjadi seorang Kristen, hanya dengan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan maka surga sudah pasti menjadi milik kita, yah ditambah dengan ke gereja dan mengikuti semua hari raya gerejawi, sukacita surga terasa sudah begitu lengkap kita miliki. Cukup dengan percaya saja, dan dosapun hilanglah, selanjutnya terserah Anda.”

“Missing Truth”, kata ini begitu tepat menggambarkan pemahaman dan keyakinan kita akan apa yang kita percayai sebagai kebenaran. Apakah yang hilang dari berita kebenaran yang ada pada kita saat ini?

Di tengah sunyi dan tandusnya padang gurun, firman Allah datang kepada Yohanes. Mengapa kepada Yohanes? Mengapa bukan kepada Imam Hanas dan Kayafas sebagai Imam Besar saat itu?

“Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu…” itulah firman yang Yohanes terima dan yang disampaikannya kepada umat Israel di daerah Yordan. Firman Tuhan datang kepada Yohanes secara utuh, namun kita sering melompati beberapa bagian sehingga langsung sampai kepada kalimat “… dan Allah akan mengampuni dosamu”. Bagian yang hilang itu adalah “Bertobatlah” dan “Berilah dirimu dibaptis”.

Orang-orang di zaman itu telah kehilangan bagian terpenting dari ibadat mereka, tidak terkecuali para imam. Mereka begitu sibuk untuk menghias diri mereka dengan apa yang tampak membanggakan dan indah di mata manusia (bnd. Mat. 23:27). Tidak berbeda jauh dengan kehidupan kita saat ini. Dalam masa menyambut natal, kita telah kehilangan tentang makna natal itu sendiri, yang ada hanyalah hiruk-pikuk kemeriahan natal. Kita begitu menyibukkan diri dengan pesta dan perayaan, dengan tampilan ibadah yang kelihatan lebih “wah” dari biasanya, dan juga dengan penampilan fisik kita yang terlihat lebih indah. Kita terlalu yakin dengan “kepercayaan” yang kita miliki bahwa percaya kepada Yesus pasti akan diselamatkan, padahal kita lupa akan maksud sebenarnya dari “percaya” itu. Kepercayaan kita hanya ada pada pikiran kita saja dan hanya sekedar terucap di bibir. Kita lupa akan pertobatan yang sejati.

Bertobat berarti berubah sikap, berpaling dari dosa-dosa, dan kembali kepada hal-hal yang menyenangkan Allah”. Dibaptis menunjuk kepada suatu upacara keagamaan di mana air dipergunakan sebagai sarana. Yohanes melakukan pembaptisan terhadap orang-orang yang mendengarkan khotbahnya, dan ini dilakukan atas dasar pertobatan dari orang-orang yang dibaptis itu (Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, hal. 95). Baptisan adalah sebuah tanda lahiriah yang menunjukkan bahwa orang yang dibaptis telah mengalami pertobatan di dalam dirinya. Inilah bagian yang dikehendaki oleh Allah terjadi dalam hidup kita yang pada akhirnya akan mendatangkan pengampunan dosa.

Di Minggu Adven yang kedua ini, marilah kita kembali kepada pesan kebenaran yang utuh, sehingga ketika Tuhan datang kembali, Ia akan mendapati kita dengan kehidupan yang penuh dengan pertobatan yang mengikuti pengakuan percaya kita kepada-Nya, dan Allah akan mengampuni dosa-dosa kita.[]

Bersiaplah karena Tuhan Pasti Datang

Minggu Adven 1

title

(Lukas 21:25-36)

Entah sudah berapa lama aku mendengar kalimat ini: “Tuhan akan segera datang”, rasanya sudah ribuan kali itu diperdengarkan oleh para pendeta yang berkhotbah. Namun hingga di penghujung tahun 2018 ini, Tuhan rasa-rasanya belum juga datang. Mungkin Dia belum mau datang, atau mungkin juga Dia lupa untuk datang. Selagi Dia belum datang, biarlah aku menikmati hidup ini, melakukan semua kesenanganku, toh Dia belum datang. Mungkin Dia tidak datang.

Akankah Natal tahun ini menjadi berbeda dengan natal tahun-tahun yang lalu? Ataukah tetap sama saja. Ya, hanya berada di seputaran makanan, minuman, pesta, liburan, hura-hura, seremonial, perayaan, dekorasi natal, kembang api, dan diskon. Jika saja kita dapat kembali ke masa di mana Yesus dilahirkan lalu bertanya kepada bayi Yesus apakah Dia suka dengan cara kita merayakan kelahirannya seperti sekarang ini atau kita bertanya kepada Maria dan Yusuf apakah mereka menginginkan semuanya itu, Apakah yang akan mereka katakan?

Kita tidak pernah dapat kembali ke masa lalu, karena kita telah ada di masa kini di hari ini. Maka cobalah kita bertanya kepada Yesus, “Tuhan apakah Engkau menginginkan natal seperti yang kami rayakan selama ini? Maukah nanti Engkau hadir merayakannya bersama dengan kami? Tuhan, jika Engkau benar-benar akan datang kembali, dapatkah kami menyambut-Mu dengan perayaan pesta seperti yang sudah-sudah kami lakukan?”

Atas pertanyaan kita ini, mungkin Tuhan akan menjawab seperti ini (ay. 34-36, BIMK): “Jagalah dirimu, jangan sampai kalian terlalu sibuk berpesta-pesta dan minum minuman keras, atau terlalu memikirkan soal-soal hidupmu, sehingga kalian tidak siap ketika hari itu muncul dengan tiba-tiba. Sebab Hari itu akan datang seperti perangkap pada semua orang di muka bumi ini. Berjaga-jagalah, dan berdoalah selalu supaya kalian kuat mengatasi semua hal yang bakal terjadi dan kalian dapat menghadap Anak Manusia."

Entahkah kita menginginkan kedatangan-Nya atau tidak, entah kita menyambut-Nya atau tidak, Tuhan pasti datang. Ketika Dia datang, bukan hiruk-pikuk pesta yang dicari-Nya, apalagi sekedar makanan dan minuman. Yang dicari-Nya adalah kita. Dia akan datang dalam kemuliaan-Nya, namun sebelum itu deru perang, ketakutan, kecemasan, akan menimpa seluruh bangsa. Karena itu, hendaklah kita berjaga-jaga seperti yang diinginkan-Nya, agar ketika tanda-tanda kedatangan-Nya mulai terjadi kita tidak menjadi takut melainkan dengan penuh semangat dan keberanian kita menghadapinya sebab kita tahu bahwa Penyelamat kita sudah dekat (ay. 28).

Selamat memasuki Minggu Adven pertama.[]

Lilin Adven

Lilin Adven

title

Dalam tradisi kekristenan lilin dan Natal sudah merupakan satu kesatuan yang sukar untuk bisa dipisah lagi. Rasanya kalau kita merayakan Natal tanpa adanya lilin berarti ada sesuatu yang kurang. Sebenarnya tidak ada satu ayat pun dalam Alkitab yang mengkaitkan antara lilin dan Natal. Bagi umat Kristen, lilin itu merupakan simbol dari kelahiran Yesus yang membawakan terang ke dalam dunia ini. Lilin dapat membawa terang untuk melawan kegelapan. Terang selalu menguasai kegelapan dan tidak pernah ditelan oleh kegelapan, betapa pun kecilnya terang itu. Lilin itu ikhlas berkorban membakar dirinya sendiri agar dapat menjadi terang. Tanpa pengorbanan, sulit menjadi terang. Lilin melambangkan keberanian untuk memberikan terang. Mereka yang berada di dalam kegelapan pada suatu saat pasti akan membutuhkan terang.

Umat kristiani sering menyalakan lilin sambil berdoa. Lilin yang menyala melambangkan suatu kurban yang dilakukan sekaligus dengan mempersembahkan doa dan menerima kehendak Tuhan. Lilin dalam dekorasi Lingkaran Adven Krans pada umumnya terdiri dari lima lilin. Setiap minggu yang dilewati dinyalakan satu lilin, selama empat minggu berturut-turut. Simbol warna lilin yang digunakan adalah tiga lilin warna ungu sebagai lambang penyesalan dan pertobatan. Satu lilin merah melambangkan sukacita. Sedangkan lilin besar yang di tengah berwarna putih melambangkan lilin Kristus. Lilin ini baru dinyalakan pada hari Natal.[]

Sumber: Rasid Rachman. Hari Raya Liturgi. (Jakarta: BPK-Gunung Mulia; 2009).

TUHAN, Adakah Kedatangan-Mu untuk Menghukum atau Memulihkan Kami?

title

Di tengah harapan dan penantian para murid dan orang Israel secara umum akan pembebasan Yerusalem dari tangan penjajah Roma, Yesus justru berkata, “Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat…”

Seketika Yesus meruntuhkan harapan mereka akan pemulihan Israel, bahkan menghancurkannya - Orang Israel memiliki pengharapan eskhatologis yang selalu mereka nantikan yaitu datangnya Sang Mesias dari tunggul Isai yaitu Dia yang diurapi yang akan memimpin mereka untuk menegakkan kembali kerajaan Israel dan yang akan memerintah dengan penuh hikmat, perkasa, dengan roh takut akan TUHAN, dengan kebenaran, dan keadilan (Yes. 11:1-5). Yesus yang mereka kira akan memimpin mereka melawan penjajahan Roma justru menubuatkan penjajahan dan kehancuran kota Yerusalem yang lebih parah. Peristiwa itu akan menjadi peristiwa yang begitu mengerikan bagi semua penduduk negeri, orang-orang akan berlarian untuk mencari perlindungan, banyak orang akan mati dibunuh, sebagian besar menjadi tawanan, tidak ada yang terluput bahkan ibu-ibu hamil dan menyusui sekalipun. Tuhan akan menumpahkan murka-Nya kepada umat-Nya. Namun setelah masa itu genap, Allah akan memulihkan kembali keadaan umat-Nya, Ia sendiri akan melawan bangsa-bangsa yang menindas umat-Nya. Inilah pengharapan baru bagi Israel bahwa di balik hukuman atas dosa dan ketidaktaatan itu, Allah yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia akan mengangkat dan memulihkan mereka kembali.

Sahabat Alkitab, dunia memang tengah dilanda huru-hara, ketakutan, perang, kekacauan, dan semua kondisi yang tidak menentu. Dengan pedang, Allah menghukum dunia karena dosanya. Tetapi kita sekalian memiliki pengharapan yang pasti bahwa setelah masa ini genap, Yesus Kristus akan datang kembali untuk kali yang kedua. Ia akan memulihkan keadaan kita dan mengangkat kita pada kemuliaan-Nya.

Marilah kita memasuki minggu Adven dengan terus menaruh pengharapan kita pada Kristus, amin.

Advent Kranz atau Lingkaran Adven

title

Lingkaran Adven merupakan dekorasi yang terdiri lingkaran jerami yang dipadatkan dan kemudian dihiasi dengan daun-daun cemara hijau dan beberapa buah berry serta dihiasi oleh 5 batang lilin, dimana 3 batang lilin berwarna ungu dan 1 batang lilin berwarna merah muda, dan 1 batang lilin berwarna putih.

Adapun maksud dari lingkaran Adven merupakan suatu lingkaran, tanpa awal dan akhir: jadi kita diajak untuk merenungkan bagaimana kehidupan kita, di sini dan sekarang ini, ikut ambil bagian dalam rencana keselamatan Allah yang kekal dan bagaimana kita berharap dapat ikut ambil bagian dalam kehidupan kekal di Kerajaan Surga. Lingkaran Adven terbuat dari tumbuh-tumbuhan segar, sebab Kristus datang guna memberi kita hidup baru melalui sengsara, kematian, dan kebangkitan-Nya. Tiga batang lilin berwarna ungu melambangkan tobat, persiapan dan kurban; sebatang lilin berwarna merah muda melambangkan hal yang sama, tetapi dengan menekankan Minggu Adven Ketiga, Minggu Gaudate, saat kita bersukacita karena persiapan kita sekarang sudah mendekati akhir. Terang itu sendiri melambangkan Kristus, yang datang ke dalam dunia untuk menghalau kuasa gelap kejahatan dan menunjukkan kepada kita jalan kebenaran. Gerak maju penyalaan lilin setiap hari menunjukkan semakin bertambahnya kesiapan kita untuk berjumpa dengan Kristus.