
Kita hanya dapat melihat sejauh mata dapat memandang, namun ke dalam hati manusia sama sekali gelap bagi kita. Hanya Tuhan yang bisa menyelaminya.
Kemenangan Yefta dan Gilead atas Amon ternyata tidak mendapat respon positif dari seluruh suku Israel. Suku Efraim keberatan karena mereka merasa tidak diikutsertakan ketika Yefta berperang melawan Amon. Namun protes ini dijawab oleh Yefta (2-3) dengan pembelaan. Pembelaan itu menyiratkan beberapa hal; pertama, perselisihan itu hebat berarti keadaan itu harusnya telah terdengar oleh seluruh suku Israel. Kedua, karena itu perselisihan hebat dan terdengar luas harusnya tanpa dimintai bantuan, Efraim berinisiatif membantu saudaranya itu. Ketiga, Yefta ternyata telah memanggil Efraim dengan mendatangi mereka langsung, tetapi tidak mendapatkan respon positif. Keempat, Yefta masih berharap ada bantuan dari mereka namun setelah menunggu dan yakin tidak ada, maka ia nekad pergi berperang. Lalu apakah alasan Efraim marah dalam hal ini?
Sahabat Alkitab, jika kita melihat mundur pada pasal 8:1-3 maka kita akan mendapati apa alasan sebenarnya dibalik protes dari orang-orang Efraim itu. Di sekitar kita akan selalu kita jumpai orang-orang yang bersifat anani (egois). Kecenderungan mereka hanya ingin mencari panggung, popularitas, dan pujian bagi dirinya sendiri, sekalipun itu di atas penderitaan orang lain. Inilah yang tidak dilihat oleh Yefta pada orang Efraim, berbeda dengan Gideon. Akhirnya terjadilah perang saudara yang menewaskan 42.000 orang Efraim. Menghadapi orang-orang yang seperti itu diperlukan hikmat dari Tuhan, kita perlu melihat motivasi-motivasi yang tersembunyi di balik setiap tindakan manusia sehingga kita tidak perlu meresponinya secara berlebihan apalagi jika meresponi secara negatif.
Selamat Beribadah. Kiranya Tuhan menolong kita dalam berkomunikasi dan berelasi dengan sesama.
Salam Alkitab Untuk Semua