
Allah menarik kita dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib, lalu mengutus kita kembali kepada kegelapan dunia, memancarkan terang untuk menuntun jalan bukan untuk menyilaukan, dan memberi kehangatan bukan untuk membakar.
Dalam Pembelaannya, Paulus memulai dengan menguatkan posisinya dengan mengungkapkan identitas keyahudiannya. “Saya orang Yahudi. Saya lahir di Tarsus, Kilikia. Saya dibesarkan di Yerusalem. Saya dididik dengan ketat dalam hukum Musa oleh Gamaliel. Saya sangat giat melayani Allah. Saya menangkap, memenjarakan, dan menganiaya pengikut Yesus bahkan sampai mati.” Paulus ingin menunjukkan bahwa ia berada pada posisi yang sama dengan mereka, agar ia dapat diterima mengingat sifat ekslusif dari orang Yahudi. Mereka begitu bangga dengan status sebagai umat pilihan Tuhan, dan merasa yang paling superioritas. Paulus sangat memahami itu, karenanya ia menarik diri ke dalam posisi itu. Sampai di sini, usaha Paulus untuk merebut perhatian mereka cukup berhasil.
Sahabat Alkitab, benar bahwa Allah memilih kita untuk menjadi umat tebusannya. Kita dipilih dari begitu banyak orang di dalam dunia untuk mengenal Allah dan menerima anugerah keselamatan. Namun jika status itu lantas membuat kita merasa superioritas dan merendahkan orang lain berarti ada yang salah dengan pemahaman kita tentang arti dan tujuan diselamatkan. Keadaan sebagai orang yang telah diselamatkan harusnya memampukan kita untuk memahami mereka yang belum menerimanya, karena kita sendiri pun pernah ada dalam posisi itu, lalu memohonlah kepada Tuhan untuk menjadi alat dalam menjangkau mereka.
Selamat Pagi. Jika kita telah diselamatkan maka tugas kita selanjutnya adalah menjadi alat berita Injil dalam buah keselamatan yang kita hasilkan.
Salam Alkitab Untuk Semua