
Bukannya berkorban, justru kita lebih senang mengorbankan orang lain demi kepentingan kita. Itu bukan ciri murid Kristus.
Setelah melewati malam yang begitu menakutkan dan tragis, wanita itu kembali ke rumah tempat suaminya menginap. Namun nyawanya tidak dapat tertolong, ia meregang nyawa tepat di depan pintu rumah itu tanpa seorang pun yang menolong, memedulikan, bahkan mengingatnya. Ia dikorbankan dengan paksa demi keselamatan suaminya dan seisi rumah itu.
Sahabat Alkitab, entah apa yang ada dalam pikiran orang Lewi itu hingga ia dengan tanpa perasaan mengorbankan selirnya untuk diperkosa oleh orang-orang Gilead. Begitu juga dengan tuan rumah itu yang sebelumnya bahkan ingin mengorbankan anak perempuannya sendiri. Dari kisah ini kita tahu watak manusia: pertama, cinta yang dimilikinya sangat terbatas dan cenderung egois. Kedua, dalam kondisi yang terdesak dan genting di mana nyawa menjadi taruhannya, ia dapat mengorbankan apa saja bahkan sekalipun orang terdekat dan yang dicintainya. Juga untuk kesenangannya manusia akan melakukan hal yang sama. Bukan begitu yang Alkitab ajarkan kepada kita, yang kuat haruslah menaggung mereka yang lemah. Tuhan adalah teladannya, Dia sendiri dengan penuh kerelaan menerima segala sengsara dan kematian demi membebaskan kita dari perbudakan dan kutuk dosa. Dia yang kuat menanggung kita yang lemah. Dia menderita demi memberikan damai dan sukacita bagi kita. Agar Bapa di surga dimuliakan.
Selamat Pagi. Janganlah lagi mengorbankan waktu, tenaga, harta, dan hidup orang lain demi kesenangan, karir, pencapaian, dan kepuasan diri kita. Lakukanlah yang sebaliknya.
Salam Alkitab Untuk Semua