Jika melihat seorang terjatuh, hal yang pantas untuk dilakukan adalah menghampirinya, mengangkatnya, dan menuntunnya untuk kembali berjalan, bukan melihat, menceritakan dan menertawakan kejatuhannya, apalagi meninggalkannya.
Dalam penjara, Paulus menulis suratnya dengan menceritakan pengalaman ditinggalkan oleh orang-orang yang ia layani dan yang melayani bersama dengan dia. Dia ditinggalkan oleh mereka yang dianggapnya sebagai sahabat justru saat dimana ia sangat membutuhkan support dari mereka (15). Alasannya mungkin karena malu atau karena takut dipenjara seperti Paulus. Namun ada satu yang tidak meninggalkannya dan tidak malu dengan keadaannya, yaitu Onesiforus dan keluarganya.
Sahabat Alkitab, siapapun tidak ingin mengalami yang dialami oleh Paulus, ditinggalkan oleh orang terdekat dan yang dipercaya saat kehadiran mereka justru paling dibutuhkan. Mengingat kebelakang, mungkin kita pernah mengalaminya juga, entah pada posisi Paulus yang ditinggalkan atau dalam posisi sebagai yang meninggalkan. Dari kisah ini kita diajarkan betapa keberadaan seorang teman atau sahabat adalah keberadaan yang dapat memberikan sukacita dan kekuatan bagi mereka yang lemah. Sudah sepantasnyalah yang kuat menolong yang lemah, yang benar menuntun yang tersesat dan kehilangan arah. Yesus mengajarkan kita untuk tidak meninggalkan seorang pun melalui doa untuk murid-murid-Nya (Yoh. 18:9), sebab meninggalkan mereka yang membutuhkan kita sama dengan menginginkan kebinasaan mereka.
Selamat Beribadah. Marilah kita berlomba-lomba untuk melakukan kebaikan kepada sesama dengan menolong dan menguatkan mereka, agar bersama-sama kita beribadah dan memuliakan Allah.
Salam Alkitab Untuk Semua