Manusia bisa berencana dan berusaha, Tuhanlah yang menentukan semuanya terlaksana atau tidak. Terpujilah Tuhan.
Paulus mungkin berencana dengan “menjadi seperti” orang Yahudi, melaksanakan ibadat dan adat istiadat Yahudi, agar ia dapat memenangkan orang-orang Yahudi. Para pemimpin jemaat yang lain mungkin juga berpikir dengan meminta Paulus melakukan permintaan mereka, maka Paulus dapat diterima kembali oleh orang-orang Yahudi, untuk menyelamatkan nyawanya. Namun apa yang tidak pernah diduga terjadi, rupanya beberapa orang Yahudi dari Asia yang tidak suka dengan pelayanan Paulus selama ini menggagalkan semuanya. Mereka menghasut orang-orang untuk menangkap Paulus. Kesan yang dibangun oleh Paulus dengan melakukan ibadah penyucian selama tujuh hari ini berakhir dengan anti-klimaks.
Sahabat Alkitab, apa yang hendak dilakukan oleh Paulus adalah hal yang sangat baik, tujuannya untuk memenangkan sebanyak mungkin orang bagi Kristus juga adalah hal yang dikehendaki oleh Allah. Tapi mengapa apa yang baik itu gagal? Dan apa yang dikehendaki oleh Allah tidak terlaksana? Terkadang bukan hasil yang menjadi tujuan utama dari sebuah rencana, tetapi pembelajaran lewat proses yang terjadi di dalamnyalah yang Allah mau kita alami, yaitu bertemu dan mengalami Dia di situ. Rencana baik dan benar yang telah tersusun dengan sempurna pun jika Allah berkehandak lain maka tidak akan terjadi. Dalam hal ini Yesus telah mengajarkan kita dalam doanya, “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” (Mat. 26:39, TB).
Selamat Beribadah. Marilah kita belajar untuk menyerahkan diri kepada Tuhan dalam segala rencana dan kerja yang kita lakukan, sehingga ketika itu terlaksana kita memuji Dia, dan jika tidak terlaksana kita tidak menjadi kecewa, namun tetap memuji dan menyembah Dia. Inilah bentuk penyembahan kita yang terdalam
Salam Alkitab Untuk Semua