Belajar Dari Yohanes Pembaptis

Dok. : Istimewa

title

Yohanes Pembaptis, lahir (± 7 sM) dari satu keluarga yang sudah lanjut usia, yaitu ayahnya, imam Zakharia dan ibunya, Elisabet. Yohanes dewasa tinggal dan hidup di padang gurun Yudea (Lukas 1:80), dan di situlah ia menerima panggilan menjadi nabi pada ± tahun 27 M (Lukas 3:2). Yohanes Pembaptis adalah seorang pendoa, dia juga mengajarkan tentang berdoa kepada murid-muridnya (Matius 3:4). Yohanes adalah pria yang tegas dan sederhana, saat hidup di padang gurun Yudea dia hanya memakai jubah bulu unta, ikat pinggang kulit, makanannya "belalang" dan madu hutan (Markus 1:6). Namun, di situlah ia menerima panggilan menjadi nabi (kira-kira tahun 27 M). Sesudah Roh kenabian menghinggapi dia, dia menjadi pengkhotbah yang sangat berani menyuarakan berita pertobatan dan pengampunan dosa kepada banyak orang. Berbondong-bondong orang datang mendengar dia, dan banyak dari antara mereka yang dia baptiskan di Sungai Yordan, sesudah mereka mengakui dosa-dosa mereka.

Sikapnya terhadap para pemimpin Israel merupakan kutukan yang sangat berat. 'Kapak sudah tersedia pada akar pohon' demikian ia mengingatkan mereka (Matius 3:10; Lukas 3:9). Ia menyebut para pemimpin agama bangsa itu keturunan ular beludak (Matius 3:7), dan dengan gamblang ia menyatakan sama sekali tidak ada artinya kalau hanya tinggal nama saja keturunan Abraham. Hidup yang baru harus mulai; waktunya sudah tiba untuk memanggil keluar dari segenap bangsa itu suatu sisa yang taat, yang bersedia menerima kedatangan Kristus yang sudah sangat dekat, dan menghadapi penghakiman yang hendak diadakan-Nya. Nabi Yohanes menganggap dan juga mengatakan, bahwa dia hanyalah perintis jalan bagi Kristus yang sedang datang, dan - sejauh bertalian dengan Kristus - dia juga berkata tidak layak bahkan untuk melakukan pekerjaan yang paling hina pun. Jika pelayanan Yohanes dicirikan oleh baptisan dengan air, maka pelayanan Kristus dicirikan oleh baptisan dengan Roh Kudus dan api.

Di antara orang yg datang kepada Yohanes untuk dibaptiskan ialah Yesus. Ia disambut oleh Yohanes sebagai Yang Akan Datang itu, bahwa pelayanan Yesus tepat seperti nubuat para nabi, yaitu ciri-ciri dari zaman pemulihan. Lokasi asli dimana Yesus dibaptis di sungai Yordan terletak 8 km arah timur dari kota Yerikho, dimana sesuai dengan kisah di Injil, disanalah Yohanes Pembaptis membaptis orang-orang. "Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan. Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di Sungai Yordan" (Matius 3: 5-6). Yesus pun datang ke tempat tersebut untuk dipermandikan oleh Yohanes (Matius 3 : 3-17; Markus 1 : 9-11; Lukas 3 : 21-22; Yohanes 1:32-34). Menurut tradisi, tempat kejadian peristiwa ini letaknya dekat biara Santo Yohanes dari Gereja Ortodoks Yunani.

Konon sejak abad-abad pertama sesudah Kristus sampai tahun 1967, saat pecah Perang Enam Hari, jutaan peziarah telah mengunjungi tempat itu untuk mandi dalam pakaian putih di Sungai Yordan. Akan tetapi sangat sulit saat ini untuk mengunjungi lokasi asli dimana Yesus dibaptis, karena tempat ini tepat berada di daerah perbatasan antara Israel dan negara Yordania, dan menjadi daerah militer sampai saat ini. Untuk mengatasi kerinduan peziarah yang datang ke Tanah Perjanjian dan ingin dibaptis di Sungai Yordan, maka pemerintah Israel membuat tempat pembaptisan lainnya di dekat daerah Degania, dekat kota Tiberias, tidak jauh dari tempat keluarnya air Sungai Yordan dari Danau Galilea. Di tempat inilah jutaan peziarah dari seluruh dunia datang untuk dibaptis ataupun memperbaharui janji baptis mereka di Sungai Yordan, sungai yang sama dimana Yesus sendiri dahulu dibaptis. Walaupun lokasi tidak tepat sama, akan tetapi sungainya masih tetap sungai yang sama, yang mengalirkan air yang sama pula.

Pelayanan Yohanes tidak terbatas hanya di lembah Yordan. Berita dalam Yohanes 3:23, bahwa ia melaksanakan pembaptisan (barangkali tidak begitu lama) 'di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air', mudah terlupakan. Agaknya W.F Albright (The Archaeology of Palestine, 1956, hlm 247) benar dalam menentukan letak lokasi ini di sebelah tenggara Nabius, dekat mata air Wadi Far'ah. Artinya, di daerah yg pada waktu itu termasuk kawasan Samaria atau di daerah Skitopolis (salah satu kota dari Dekapolis). Ini dapat menerangkan sedikit tentang ciri-ciri agama Samaria pada zaman permulaan Kristen, juga ucapan Yesus kepada murid-murid-Nya dalam Yohanes 4:35-38, mengenai orang yg tinggal di daerah ini, yg diakhiri dengan kata-kata, 'Orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka.' Hasil yg mereka tuai (Yohanes 4:39, 41) adalah yang ditaburkan oleh Yohanes Pembaptis.

Usai pelayanan di Samaria, Yohanes kembali ke daerah Herodes Antipas, agaknya ke Perea. Kehadirannya membuat Antipas curiga kalau-kalau dia adalah pemimpin gerakan massa, yang mungkin menimbulkan sesuatu di luar dugaan. Antipas memusuhi Yohanes, lebih-lebih lagi Herodias, istri kedua Antipas, karena Yohanes mencela perkawinan mereka tidak sah. Karena itulah dia dipenjarakan di benteng Makhaerus, dan beberapa bulan kemudian dipancung di sana.

Dalam Perjanjian Baru, Yohanes digambarkan terutama sebagai perintis jalan bagi Yesus. Dijebloskannya dia ke dalam penjara menjadi tanda bagi awal pelayanan Yesus di Galilea (Markus 1:14 dab). Dan aktivitasnya membaptiskan merupakan titik permulaan bagi pemberitaan rasuli (Kisah 10:37; 13:24 dab; bnd 1:22 dan Markus 11:1-4). Yesus menilai Yohanes ialah Elia yang dijanjikan dalam Matius 4:5 dan, yang harus datang dan menggenapi pelayanannya untuk memulihkan Israel menjelang datangnya 'hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu' (Markus 9: 13; Matius 11:14; bnd Lukas 1: 17). Yesus juga menganggap Yohanes sebagai orang yang terakhir dan yang terbesar dalam urutan nabi: "Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan" (Lukas 16:16). Kendati demikian dan kendati tidak ada yang melebihinya perihal citra pribadi, toh dia lebih kecil dari yang terkecil dalam Kerajaan Allah. Ia berada di ambang pintu orde baru sebagai perintisnya (seperti Musa memandang tanah perjanjian dari Pisga), tanpa ia sendiri masuk ke dalamnya. Murid-murid Yohanes tetap mempertahankan keberadaan mereka, agak lama sesudah ia mati.

Sumber: http://www.sarapanpagi.org/yohanes-pembabtis-nabi-yahya-vt36.html

“….dan Allah akan mengampuni dosamu”

Adven 2, Yohanes Pembaptis

title

“Yesus datang ke dalam dunia untuk menebus manusia yang berdosa, yaitu mereka yang percaya kepada-Nya. Sungguh menyenangkan menjadi seorang Kristen, hanya dengan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan maka surga sudah pasti menjadi milik kita, yah ditambah dengan ke gereja dan mengikuti semua hari raya gerejawi, sukacita surga terasa sudah begitu lengkap kita miliki. Cukup dengan percaya saja, dan dosapun hilanglah, selanjutnya terserah Anda.”

“Missing Truth”, kata ini begitu tepat menggambarkan pemahaman dan keyakinan kita akan apa yang kita percayai sebagai kebenaran. Apakah yang hilang dari berita kebenaran yang ada pada kita saat ini?

Di tengah sunyi dan tandusnya padang gurun, firman Allah datang kepada Yohanes. Mengapa kepada Yohanes? Mengapa bukan kepada Imam Hanas dan Kayafas sebagai Imam Besar saat itu?

“Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu…” itulah firman yang Yohanes terima dan yang disampaikannya kepada umat Israel di daerah Yordan. Firman Tuhan datang kepada Yohanes secara utuh, namun kita sering melompati beberapa bagian sehingga langsung sampai kepada kalimat “… dan Allah akan mengampuni dosamu”. Bagian yang hilang itu adalah “Bertobatlah” dan “Berilah dirimu dibaptis”.

Orang-orang di zaman itu telah kehilangan bagian terpenting dari ibadat mereka, tidak terkecuali para imam. Mereka begitu sibuk untuk menghias diri mereka dengan apa yang tampak membanggakan dan indah di mata manusia (bnd. Mat. 23:27). Tidak berbeda jauh dengan kehidupan kita saat ini. Dalam masa menyambut natal, kita telah kehilangan tentang makna natal itu sendiri, yang ada hanyalah hiruk-pikuk kemeriahan natal. Kita begitu menyibukkan diri dengan pesta dan perayaan, dengan tampilan ibadah yang kelihatan lebih “wah” dari biasanya, dan juga dengan penampilan fisik kita yang terlihat lebih indah. Kita terlalu yakin dengan “kepercayaan” yang kita miliki bahwa percaya kepada Yesus pasti akan diselamatkan, padahal kita lupa akan maksud sebenarnya dari “percaya” itu. Kepercayaan kita hanya ada pada pikiran kita saja dan hanya sekedar terucap di bibir. Kita lupa akan pertobatan yang sejati.

Bertobat berarti berubah sikap, berpaling dari dosa-dosa, dan kembali kepada hal-hal yang menyenangkan Allah”. Dibaptis menunjuk kepada suatu upacara keagamaan di mana air dipergunakan sebagai sarana. Yohanes melakukan pembaptisan terhadap orang-orang yang mendengarkan khotbahnya, dan ini dilakukan atas dasar pertobatan dari orang-orang yang dibaptis itu (Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, hal. 95). Baptisan adalah sebuah tanda lahiriah yang menunjukkan bahwa orang yang dibaptis telah mengalami pertobatan di dalam dirinya. Inilah bagian yang dikehendaki oleh Allah terjadi dalam hidup kita yang pada akhirnya akan mendatangkan pengampunan dosa.

Di Minggu Adven yang kedua ini, marilah kita kembali kepada pesan kebenaran yang utuh, sehingga ketika Tuhan datang kembali, Ia akan mendapati kita dengan kehidupan yang penuh dengan pertobatan yang mengikuti pengakuan percaya kita kepada-Nya, dan Allah akan mengampuni dosa-dosa kita.[]