Upah

title

Upah
Imamat 19:13

Temukan:
Ada banyak cara untuk mencuri dari orang lain. Ayat ini berbicara mulai dari larangan-larangan umum kemudian bergerak kepada jenis pencurian yang lebih khusus.

“Jangan memeras sesamamu manusia dan jangan merampas.”
Ok, tidak ada masalah di sini. Namun, lihat selanjutnya, “Jangan kau tahan upah pekerja harian sampai besok harinya.” Nah, bagaimana dengan yang ini?
Banyak pekerja upahan, dari zaman Perjanjian Lama sampai zaman Yesus, dibayar secara harian (Mat. 20:1-8).

Mereka ini membutuhkan pendapatan harian mereka untuk hidup. Menahan upah mereka sama saja dengan memaksa mereka jatuh ke dalam hutang. Mereka tidak mempunyai uang untuk membeli makanan bagi keluarga mereka, sehingga mau tidak mau mereka pun harus meminjam uang (Ul.24:14-15; Yer. 22:13-14).

Di sini, dalam pasal yang mungkin ditulis 3.000 tahun yang lalu, kita membaca sebuah kesewenang-wenangan yang terdengar sangat actual hingga saat ini. Orang menahan upah untuk beberapa waktu, sampai dia benar-benar harus memberikannya. Akan tetapi, Alkitab menentang semua praktik semacam itu. “Seorang pekerja berhak mendapat apa yang harus mereka terima,” kata Yesus (Luk. 10:7). Apa yang menjadi haknya tidak boleh kita tahan dari mereka.
Prinsipnya? Jangan mencuri; jangan berlaku curang; bayarlah upah dengan benar, dan ingat, pada waktunya.

Impikan:
Bukankah sangat menyenangkan bila Anda mendapat bayaran dengan semestinya? Bagaimana jika kita melakukan hal itu satu terhadap yang lain! Coba lihat daftar potongan gaji Anda yang terakhir. Kira-kira, ke mana uang itu pergi, Bersyukurlah!

Lakukan:
Taruh semua tagihan pembayaran di satu tempat. Selesaikan semua itu sebelum hari berakhir. Anda punya maslaah dengan keuangan? Tanyalah Tuhan untuk nasihat-nasihat yang baik. Diskusikan juga masalah-masalah itu dengan seseorang yang sungguh Anda percaya.

Doa:
Setiap tulang dalam tubuhku berseru, “Tidak ada yang seperti Engkau, Tuhan. Engkau melindungi mereka yang tidak berdaya dari orang-orang berkuasa. Engkau menyelamatkan orang miskin dan berkekurangan dari orang-orang yang hendak menindas mereka.”
Dikutip dari sisipan ALKITAB Hidup Sejahtera Berkeadilan (No.24) oleh : Julian Putera Loen