“… telah lahir bagimu Juruselamat”

Gembala & Malaikat

title

“... telah lahir bagimu Juruselamat”

Lukas 2:1-14
“Mengapa? Mengapa kepada orang seperti aku ini Yesus mau datang ke dalam dunia? Mengapa bukan kepada mereka yang hidupnya jauh lebih baik, lebih suci, dan lebih berguna? Sungguhkah Dia lahir bagiku?”

Setelah sekian lama, akhirnya tiba bagi Maria untuk bersalin. Dalam perjalan yang jauh, Maria dan Yusuf, tunangannya, pergi ke Bethlehem memenuhi panggilan dari Kaisar Agustus untuk mendaftarkan diri mereka dalam sebuah sensus penduduk. Di situlah, di kota kecil Bethlehem Yesus dilahirkan. Berita kelahiran Sang Juruselamat ini untuk pertama kalinya disampaikan malam itu kepada sekawanan gembala domba yang tengah menjaga domba domba gembalaannya di padang. Malaikat Tuhan hadir di tengah pekatnya malam dalam cahaya kemuliaan Tuhan dan berkata kepada mereka, “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud…”

Bagi siapakah berita yang mulia itu seharusnya datang? Kelahiran seorang raja sudah selayaknya diberitakan kepada orang-orang yang terpandang, para pembesar dan pejabat negeri, kepada bangsawan dan orang-orang terhormat lainnya. Namun Allah memilih memberitakan berita kelahiran Yesus Kristus, Tuhan, kepada orang-orang kecil yang menarik diri mereka dari lingkungan sosial oleh karena pekerjaan yang mereka jalani. Mereka bukanlah kaum terpandang dan terhormat. Mereka bukan orang kaya apalagi bangsawan. Mereka adalah gembala domba yang hidup bebas di alam terbuka karena menjaga domba gembalaannya. Mereka mungkin orang-orang yang tidak diperhitungkan, dan merekapun merasa begitu, untuk masuk dalam sensus penduduk yang tengah diadakan.

Berita kelahiran Juruselamat yang menjadi kesukaan besar bagi seluruh bangsa datang kepada mereka yang merasa kecil, merasa hina, merasa tidak layak dan berdosa, serta merasa tidak berguna di hadapan manusia. Karena merekalah orang-orang yang paling membutuhkan Juruselamat, Tuhan, dan Penolong yang membuat hidup mereka berarti, melayakkan, menguduskan, dan membuat kehidupan mereka berguna bagi kemuliaan-Nya. Sebab di dunia ini tidak ada seorangpun yang baik, suci, dan berguna jika bukan kemurahan Allah yang menjadikannya demikian. Dan memang, tidak pernah ada tempat penginapan yang layak bagi bayi Yesus, selain dari kandang domba dan palungan yang hina.

Mari sambutlah Yesus dalam kehidupan kita yang menjadikan kita lebih berarti, dan membuat hidup kita lebih hidup. Karena bagi kitalah dan bagi kemuliaan Allah, Juruselamat telah lahir. []

Tuhan, Banyak Hal Dalam Kehidupan Yang Membuat Marah, Geram, dan Kehilangan Kesabaran. Tolong Kami Membiarkan Emosi Itu Hanya Pada Hal Yang Pantas Mendapatkannya.

Yohanes 9: 24-28

title

Marah adalah salah satu emosi jiwa manusia yang berasal dari Allah. Kebijaksanaan dalam menggunakannya membuatnya menjadi begitu bernilai.

Berulang kali memberi jawaban yang sama atas pertanyaan yang sama pula, membuat mantan orang buta ini begitu kesal kepada para pemimpin Yahudi. Sehingga jawaban-jawabannya kali ini mendapatkan penegasan khusus dan mungkin sedikit ketus. Kedegilan hati para pemimpin itu mendapatkan respon yang serius dan kegeraman.

Sahabat Alkitab, kemarahan dalam diri kita dapat timbul karena ada sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang kita pikirkan, bayangkan, harapkan, atau dapatkan. Ini adalah hal yang wajar karena Allah sendiri menyatakan amarah-Nya ketika manusia tidak hidup seturut dengan kehendak-Nya, hanya Ia tidak berdosa dalam kemarahan-Nya. Kita boleh marah untuk sebagai respon atas pelanggaran terhadap kebenaran dengan tujuan untuk memperbaiki. Namun emosi yang Allah berikan itu harus dipergunakan dengan sangat bijak dan penuh hikmat, agar kita sendiri tidak jatuh dalam dosa karenanya, dan agar kemarahan itu membawa perubahan yang baik atau meluruskan jalan yang bengkok. Kemarahan itu harus murni dalam tujuannya, dilakukan pada tempat dan waktu yang tepat, serta dengan porsi yang tepat pula.

Selamat Pagi, disaat kita memang pantas untuk marah mintalah kepada Allah untuk menjaga hati kita agar tidak berdosa dengan melewati batas yang seharusnya.

Salam Alkitab Untuk Semua

Ahok & Alkitab

title

Gara-gara status facebook seorang Pendeta yang menceriterakan film "A Man Called Ahok" saya jadi teringat PR yang belum selesai. Hasil wawancara saya dengan Pak Ahok bulan lalu di Mako Brimob belum final saya olah menjadi salah satu artikel sebuah buku kesaksian. Saya jadi ingin menonton film tersebut untuk mendapat tambahan informasi tentang Pak Ahok.

Saya berkenalan dengan Pak Ahok sejak 2010 dimana saat itu dia masih sebagai anggota DPR-RI. Saat itu saya dan kawan-kawan di GKI Kwitang Jakarta sedang menyiapkan buku "Berpihak kepada yang tersisih dan terpinggirkan - Mengenang Pdt Dr Daud Palilu" dan menetapkan Pak Ahok sebagai salah satu kontributor tulisan, karena kepedulian dan konsistensinya berjuang untuk rakyat.

Dalam acara peluncuran buku di atas pada 2011 Pak Ahok bilang: "Saya tidak mau basis pemilih saya sebagai politisi hanya mengandalkan anggota Gereja. Saya mau melayani semua, jadi saya harus didukung oleh semua." Buat saya pernyataan itu suatu ekspresi kejujuran dan keberanian. Betapa tidak, biasanya kebanyakan politisi Kristen justru bicara yang menekankan aspek primordialisme untuk mendongkrak popularitasnya.

Kemarin sore (20/11/2018) mumpung sedang libur, saya mencari bioskop yang memutar film "A Man Called Ahok" dan dapat giliran nonton pukul 21.15 WIB. Bagi saya, sesudah menonton film tersebut, manfaat yang didapat adalah bisa menjadi penguat atas banyak informasi yang saya dapat langsung dari Pak Ahok maupun dari tulisannya.

Saya semakin paham bahwa "obsesi" dia masuk ke dunia politik adalah sebuah "panggilan jiwa" yang tak tertahankan demi rakyat. Idiomnya "BTP - Bersih, Transparan dan Profesional" adalah suatu tekad perjuangan demi keadilan dan kesejahteraan bersama.

Dalam film di atas tidak ada sama sekali disinggung soal Alkitab. Bahkan tak tampak simbol-simbol keKristenan sama sekali. Tapi nilai-nilai yang tersurat dalam dialog maupun yang tersirat dalam visual sungguh sangat Alkitabiah, khususnya tentang kasih yang tulus kepada orang kecil.

Saat saya jumpa bulan lalu, secara mendalam Pak Ahok mengungkapkan intensitas dia membaca Alkitab. Sebelum di penjara, dia setidaknya sudah 25 kali selesai membaca Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu. Tiap lima tahun dia ganti Alkitab baru karena yang lama sudah habis dicorat-coret.

Terlepas dari ketidaksempurnaan Pak Ahok sebagai manusia biasa, namun dia sudah terbukti berjuang secara total untuk kebaikan negeri ini. Pelajaran dan didikan dari Papanya sangat mendominasi semangat perjuangannya. Kekuatan utamanya diakui datang dari Tuhan yang diungkapkan melalui pembacaan Alkitab secara konsisten.

Apabila Alkitab menjadi pedoman hidup bagi umat Tuhan, maka kekuatan itu sungguh nyata dan terus memberi pengharapan. Salam Alkitab Untuk Semua.

Sigit Triyono (Sekum LAI)

Menyampaikan Kabar Baik ke Pedalaman Sintang

title

membagikan Alkitab dukungan Satu Dalam Kasih (SDK) Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) kali ini begitu melelahkan buat saya, dibandingkan perjalanan-perjalanan SDK sebelumnya yang pernah saya ikuti. Rasanya tidak ada waktu yang cukup untuk membagikan Firman Tuhan di wilayah Sintang, Kalimantan Barat yang amat luas ini. Tidak kenal pagi, siang, dan malam, Tim SDK LAI terus bergerak membagikan Kabar Baik kepada Gereja-gereja dan umat Kristiani di wilayah pedalaman Sintang.

Meskipun sudah naik mobil, speed boat, sepeda motor, dan jalan kaki tapi perjalanan ini sangat melelahkan bagi saya. Karena kelelahan dan demam, saya terpaksa istirahat 1,5 hari dan menuntaskan perjalanan SDK ke Sintang sampai hari ini, Jumat, 9 November 2018untuk kembali ke Pontianak. Sementara rekan-rekan Tim SDK LAI masih harus menyerahkan dan menyelesaikan administrasi dan besok 10 November baru kembali ke Jakarta.

Menurut saya sebenarnya perjalanan SDK LAI ini menyenangkan, karena kita ada di tengah-tengah alam ciptaan Tuhan yang ada di Bumi Kalimantan. Kita dapat menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Kita dapat langsung bertemu dan bertatap muka dengan jemaat-jemaat Kristiani di pelosok-pelosok wilayah Sintang. Kita juga dapat bertemu dengan para Pendeta yang mempunyai semangat pelayanan yang tinggi, karena disamping mereka harus membangun dan menguatkan jemaatnya, para Pendeta ini juga terpaksa harus berladang sekedar mencukupi kebutuhan hidupnya. Karena memang jemaat-jemaat ini penuh dengan keterbatan, baik ekonomi jemaat maupun penerimaan gereja dari persembahan.

Bagi saya pribadi, perjalanan SDK LAI ini baik untuk penyegaran dan pertumbuhan Rohani. Karena kita bisa bertemu langsung dengan jemaat penerima bantuan Alkitab program SDK LAI yang telah didukung oleh jemaat perkotaan. Kemarin saat kami berkunjung ke Kayan, di daerah Tebidah, banyak jemaat anak-anak, remaja, dan pemuda yang bersekolah di SMP dan SMA. Mereka membantu mengangkat ratusan dus Alkitab untuk sampai ke Gerejanya. Melihat banyaknya orang muda di Kayan ini, Pendeta Hoseas, berkata: “Kalimantan masih terbuka luas kesempatan untuk memberitakan Kabar Baik. Ladang sudah menguning. Kita masih membutuhkan banyak para pekerjanya. Mereka, orang muda inilah calon pekerja-pekerja di Ladang Tuhan, karena Alkitab yang mereka rindukan kini sudah dapat dipelajari.” Inilah secuil kisah perjalanan SDK LAI ini di Sintang. Semoga dapat menjadi berkat bagi kita semua.[Ernanto]

LAI, Advokasi, dan “Ministry”

Saya pernah ditanya oleh seorang sahabat: “Apakah LAI memiliki program yang dapat membuat Alkitab berada di hati para politisi dan para seniman Kristen? Karena hampir setiap hari mereka terpublikasi sehingga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kehidupan masyarakat.” Pertanyaan ini didorong oleh keprihatinan akan banyaknya politisi yang ditangkap KPK dan tidak sedikit yang terlibat narkoba. Juga aktris dan aktor yang dikabarkan kawin cerai serta gemar pesta sabu.

Ada juga pertanyaan dari sahabat saya yang lain: “Apakah ada upaya dari LAI agar Alkitab diterapkan dalam proses perdamaian dan rekonsiliasi konflik? Saya melihat banyak konflik di lingkungan gereja yang tidak kunjung selesai karena semua pihak yang berkonflik tidak memedomani Alkitab.”

Dua pertanyaan di atas adalah pertanyaan yang sangat mendasar, yang menunjukkan adanya kebutuhan riil di kalangan umat Kristiani dimana Alkitab seharusnya menyatu dalam kehidupan umat dan diekspresikan dalam hidup sehari-hari.  Semuanya demi keteladanan dalam hidup dari orang Kristen yang menjunjung nilai-nilai dengan standar moral etik yang tinggi.

Harapan terhadap LAI untuk berperan lebih aktif dalam tugas “menjemaatkan Alkitab” adalah sesuatu yang sangat wajar. Hal ini disebabkan antara lain oleh produk-produk LAI yang sudah digunakan oleh hampir semua denominasi Gereja Protestan dan Katolik di Indonesia.

Cakupan tugas LAI selama ini harus diakui lebih memprioritaskan kepada pemenuhan kebutuhan penerjemahan, produksi, dan penerbitan, serta penyebaran Alkitab di Indonesia. Tentu tidak melupakan tugas “engagement” atau menyatukan Alkitab dalam kehidupan keseharian umat yang semestinya dijalankan lebih banyak oleh gereja-gereja.

Apabila mengacu kepada Siklus Alkitab (Bible Cycle) yang diciptakan oleh United Bible Society (UBS) dimana LAI sebagai salah satu anggotanya, ada 6 tahapan aktivitas Lembaga Alkitab dalam satu siklus, yaitu: (1) Translation (penerjemahan), (2) Publishing (penerbitan), (3) Distribution (penyebaran), (4) Engagement (keterikatan), (5) Advocacy (advokasi), dan (6) Ministry (pelayanan dan kesaksian).

Enam tahapan aktivitas dalam satu siklus di atas diimplementasikan oleh masing-masing anggota UBS (146 negara termasuk LAI) dengan penyesuaian terhadap situasi dan kondisi negerinya. LAI sudah melaksanakan keenam tahapan siklus di atas dengan meringkas menjadi empat tugas utama: (1) Penerjemahan, (2) Produksi dan Penerbitan, (3) Penyebaran, dan (4) Upaya menjadikan Alkitab sebagai panduan kehidupan umat.

Aspirasi umat Kristen yang berkembang saat ini mengarah kepada tuntutan agar LAI memperluas bidang layanannya yang dapat mencakup keenam aktivitas dalam siklus Alkitab secara eksplisit. Aktivitas “Bible Engagement”, “Bible Advocacy” dan “Bible Ministry” perlu diperbanyak program-program yang sesuai kebutuhan umat.

Secara riil di saat saya bertemu dan berdikusi dengan Pengurus Sinode, Pendeta dan aktivis Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) di Kupang 24-25 Juli 2018 , ada banyak masukan dan pengharapan agar LAI turut aktif dalam: (1) upaya pencegahan kejahatan akibat pornografi melalui internet, (2) pembinaan anak-anak remaja pelaku kejahatan seks akibat pornografi di internet, (3) penanganan korban kejahatan seks di kalangan anak-anak, (4) penerjemahan Alkitab ke dalam “bahasa gaul” remaja dan pemuda di kota-kota, (5) membuat kemasan cerita-cerita Alkitab dengan gaya anak muda, (6) memulihkan relasi-relasi antar lembaga pelayanan gereja, dan (7) membantu program-program Pekabaran Injil di jemaat-jemaat.

Kebutuhan gereja secara individu maupun secara lembaga yang berhubungan dengan Alkitab masih sangat terbuka untuk dikerjasamakan dengan LAI. Lagi-lagi semua ini adalah peluang besar bagi LAI, sekaligus menantang LAI agar segera menambah kapasitas, kapabilitas dan profesionalitas yang benar-benar mumpuni.

Memasuki semester dua tahun 2018 LAI sudah ancang-ancang membuat rencana strategis dan program-program tahun 2019. Penguatan layanan LAI berbasis siklus Alkitab (Bible Cycle) akan sangat memperkuat dan memperluas layanan LAI terhadap umat di Indonesia. Salam Alkitab Untuk Semua.

Sigit Triyono (Sekum LAI)