LAI & 15 Destinasi Wisata Danau Toba

title

Ada desa di pinggir Danau Toba yang bernama Tongging di Kecamatan Merek Kabupaten Karo Sumatera Utara. Sebuah desa yang tenang, sejuk, damai dengan pemandangan pinggir danau yang sangat indah. Seumur-umur saya baru satu kali ini sampai ke Tongging (28-31 Okt 2018) karena ada tugas menindaklanjuti kemitraan yang saling memberdayakan antara LAI dengan GBKP. Suasana desa Tongging sungguh tidak kalah dengan suasana pinggir Danau Victoria di Tanzania Afrika yang juga pernah saya singgahi karena tugas pelayanan Gereja beberapa tahun lalu.

Di satu pagi yang cerah 29/10/2018 saat saya berolah raga jalan kaki menyusuri pinggir danau Toba, saya meilhat papan pengumuman dengan judul “Visitor Information”. Terpampang disana sebuah peta yang dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Karo yang menerangkan tentang “Lake Toba Geopark” dengan 4 “Geoarea” dan 15 “Geosite” yang menghasilkan “Lake Toba Spectacular View”. Begitu luasnya wilayah “Geopark” ini, sehingga keseluruhan wilayahnya bernaung di bawah 7 Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, yaitu: (1) Kabupaten Tapanuli Utara, (2) Kabupaten Karo, (3) Kabupaten Simalungun, (4) Kabupaten Toba Samosir, (5) Kabupaten Humbang Hasundutan, (6) Kabupaten Samosir, dan (7) Kabupaten Pakpak Dairi.

Dalam hati saya bergumam: “pantaslah Pemerintah Pusat mengalokasikan dana trilyunan rupiah untuk pengembangan wisata di kawasan Danau Toba, ini karena begitu luasnya wilayah ini yang empat tahun lalu masih banyak infrastruktur belum tersedia.” Saat inipun saya lihat pembangunan infrastruktur masih giat dibangun di sana-sini.

Di dalam peta di atas Desa Tongging adalah “Geosite” nomor satu dari 15 “Geosite” yang ada. “Geosite adalah situs sejarah alam yang berhubungan dengan sejarah semesta, bumi dan manusia. Situs ini terbuka untuk kegiatan periwisata. Setiap situs geologi atau situs bentangan alam yang mengandung unsur keragaman geologi penting adalah ‘Geosite’. ‘Geosite’ dapat dijabarkan sebagai singkapan batuan atau bentangan yang menunjukkan nilai tingi sebagai warisan bumi. Situs itu mungkin ditemukan di tempat lain, tetapi secara umum sulit ditemui.” Demikian bunyi keterangan tentang “Geosite” di papan “Visitor Information” desa Tongging.

Saat saya berbincang dengan Pak Dermando Purba pemilik “Anugerah Tongging Hotel” dimana saya dan rombongan GBKP menginap, saya bertanya secara khusus: “Mengapa di kamar hotel ini tidak tersedia Alkitab Pak? Padahal standar internasional setiap hotel mestinya menyediakan Kitab Suci agama apapun sebagai kelengkapan pelayanannya.” Sambil tersennyum Pak Purba yang sudah sepuluh tahun mengelola hotelnya berujar: ”Saya pernah mendengar ada pembagian Alkitab gratis dari Gideon Internasional, tapi katanya diprioritaskan ke Sekolah-sekolah, jadi kami tidak dapat jatah itu.”

Lalu saya tawarkan bantuan untuk menghubungi Gideon International agar dikirim Alkitab cuma-cuma untuk semua kamar hotelnya. Pak Purba dengan semangat mengatakan: “Terima kasih Pak, saya tunggu bantuan Bapak.” Dan tidak lama sesudah saya bincang-bincang dengan Pak Purba, saya langsung Whatshap Pak Ridwan Naftali Koordinator Gideon International. Saya memberitahu tentang kebutuhan Alkitab di “Anugerah Tongging Hotel” lengkap dengan alamat dan peta lokasinya. Alhasil Pak Ridwan akan segera menindaklanjutinya agar segera ada yang mengirim Alkitab kesana.

Dengan akan dibangunnya hotel-hotel dan bertambahnya kunjungan wisatawan di Kawasan Danau Toba yang terdiri atas empat “Geoarea” dan limabelas “Geosite”, maka kebutuhan “supplay” Alkitab untuk diletakkan di setiap kamar Hotel menjadi sangat besar. Ini peluang tak terbantahkan, terutama bagi The Gideon International.

Lembaga Alkitab Indonesia selalu siap mendukung segala upaya distribusi Alkitab di pelosok negeri. Dengan harapan semakin banyak umat akan bertemu dan berinteraksi dengan Allah serta mengalami hidup baru di dalam Kristus. Salam Alkitab Untuk Semua.

Sigit Triyono (Sekum LAI)