Antusiasme GPdI Mendukung Pelayanan LAI

 

“Bagaimana kami Hamba-hamba Tuhan dapat terlibat langsung dalam penyebaran Alkitab ke daerah-daerah terpencil? Mengingat GPdI itu ibarat Bank BRI yang tersebar di pelosok negeri,” tanya Pdt Hesra Sembiring, salah seorang peserta Forum Tatap Muka Nasional (FORTAPNAS) Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) di Ungaran hari ini (19/9/2018).

“Kalau LAI sudah melaksanakan mandat layanan di bidang Alkitab (penerjemahan, produksi dan penerbitan, penyebaran dan upaya agar Alkitab menjadi panduan hidup umat) hemat saya GPdI tidak perlu lagi melakukan duplikasi. Kita harus mendukung LAI dengan memperkuat pelayanannya dan kita kerjakan hal-hal yang belum dilakukan LAI,” ungkap Pak Eko Nugroho, pendiri dan CEO Dreamlight World Media, yang juga salah satu narasumber dalam acara FORTAPNAS GPdI yang dihadiri para Pengurus Biro Media Cetak dan Elektronik GPdI 17 Provinsi.

“Apakah LAI dapat menjadi narasumber untuk sessi-sessi yang berhubungan dengan penerjemahan Alkitab di Sekolah Teologi GPdI di Salatiga?,” tanya Pdt G.A. Panjaitan, MTh. Ketua I Sinode GPdI yang juga Penasihat Panitia FORTAPNAS GPdI.

Pertanyaan dan pernyataan di atas menandakan antuasiasme para pengurus GPdI yang tersebar di 32 Provinsi di Indonesia dalam mendukung layanan LAI. Semangat ini membuat Tim LAI yang hadir di Ungaran (saya, Pdt Anwar Tjen, PhD – Kadep Penerjemahan, Pak Saefudin – Kadep Penyebaran, Sdr Indra dan Sdr Arif – staf Penyebaran) merasa semakin bertambah antusias untuk melangkah ke depan.

Apalagi saat LAI (saya dan Pak Anwar) mengakhiri sesi presentasi dengan mengajukan 4 pertanyaan berhadiah (berhubungan dengan Alkitab dan LAI) mampu dijawab dengan sangat lancar oleh banyak peserta. Pertanda mereka memberikan atensi yang sangat baik terhadap presentasi LAI.

LAI yang melayani seluruh Gereja interdenominasi dan interkonfesi di Indonesia sangat membutuhkan dukungan antusiasme dari seluruh hamba-hamba Tuhan dan jemaat Gereja yang dilayani. Antusiasme dalam hal mendoakan, memberi masukan-masukan, mewartakan, mendonasikan berkatNya dan mendukung aspek-aspek teknis layanan LAI. Semua ini mestinya menjadi suatu keniscayaan, mengingat tugas LAI merupakan mandat yang diberikan oleh seluruh Gereja-gereja di Indonesia.

Dengan antusiasme yang sama, maka pertanyaan Pdt Hesra Sembiring di atas saya jawab dengan semangat: “Sangat bisa Pak, dan dengan senang hati LAI menyambut partisipasi dan kontribusi para hamba Tuhan GPdI untuk bersama-sama menyebarkan Alkitab di pelosok negeri. Aspek teknisnya kita bisa diskusikan lebih lanjut.”

Saya juga menyampaikan persetujuan serta apresiasi kepada Bapak Eko Nugroho atas ide dan dukungan yang sangat luar biasa kepada LAI. Kelanjutan MOU yang sudah ditandatangani beberapa bulan lalu antara LAI dengan Dreamlight World Media semakin kongkret dan terukur. Sedang dijalankan bersama berbagai bentuk program di bidang penerbitan buku, pendidikan Alkitab, pengembangan aplikasi-aplikasi dan pembuatan program-program televisi.

Permintaan Pdt G.A. Panjaitan di atas, langsung kami jadwalkan di awal November 2018 dimana Pdt Anwar Tjen akan memberikan seminar setengah hari tentang penerjemahan Alkitab di STT Salatiga. Respon yang cepat, dan kongkret dalam semangat saling memberdayakan.

Bila antusiasme dalam level yang sama juga melanda Gereja-gereja lain di Indonesia dalam kemitraan dengan LAI, maka dahsyatlah dampak yang akan dituai bagi perwujudan Alkitab Untuk Semua di negeri ini. Salam Alkitab Untuk Semua.

Sigit Triyono (Sekum LAI)

LAI dan Pendeta Tugas Khusus GBKP

LAI  (Lembaga Alkitab Indonesia) dan GBKP (Gereja Batak Karo Protestan) telah menandatangani Kesepakatan Kerjasama (MOU) pada bulan Mei 2018 lalu. Dalam Pasal 1, ayat 4.a. tertulis: “LAI dan GBKP sepakat untuk melanjutkan dan mengembangkan kerjasama yang telah terjalin berlandaskan kemitraan yang saling memberdayakan.”

Sebagai tindak lanjut dari MOU di atas, LAI diminta untuk terlibat aktif dalam program pemberdayaan para pendeta di lingkungan GBKP. Pada 3-4 September 2018 Moderamen GBKP menyelenggarakan lokakarya “Kepemimpinan Strategis Kristiani” untuk para Pendeta Tugas Khusus GBKP. Sesuai kompetensi dan pengalaman yang dimiliki, Sekum LAI dipercaya untuk menjadi fasilitator dan narasumber lokakarya yang diselenggarakan di kesejukan kota Kabanjahe tersebut. Bersamaan dengan lokakarya ini, LAI sedang memroses pengiriman 10.000 Alkitab Pesanan Khusus Moderamen GBKP untuk didistribusikan ke jemaat-jemaat GBKP. Sungguh suatu kemitraan yang indah dan sangat sinergis antara LAI dan GBKP.

GBKP memiliki 18 (delapanbelas) Pendeta Tugas Khusus yang diberi tanggung jawab mengelola unit-unit pelayanan GBKP di luar Klasis dan Jemaat (Runggun). Indikator keberhasilan dari masing-masing unit layanan ini sangat berbeda dengan indikator keberhasilan Klasis dan Jemaat. Klasis dan Jemaat lebih menekankan aspek kerohanian warga jemaat GBKP, sedangkan unit Abdi Karya (Percetakan dan Toko Buku) misalnya, indikator keberhasilannya tidak secara langsung berhubungan dengan aspek kerohanian warga jemaat. Begitu juga dengan unit-unit lain seperti unit layanan ODHA HIV/AIDS, unit layanan Lansia, Bank Perkreditan Rakyat, Credit Union, Pusat Pembinaan Warga Gereja, Retreat Center, dll. yang memiliki indikator-indikator keberhasilan yang khas. Disinilah perlunya pengembangan kemampuan menetapkan indikator keberhasilan lembaga dan upaya mencapainya dengan kepemimpinan yang strategis berbasis iman Kristen.

Di awal lokakarya saya mengajak peserta untuk berefleksi tentang ciri-ciri pemimpin yang efektif. Seluruh peserta sepakat bahwa “setiap pemimpin harus memiliki pengaruh positif terhadap lembaga yang dipimpinnya”. Untuk dapat “berpengaruh” maka pemimpin harus: (1) Memiliki visi besar yang mampu menjawab Beban Utama pemangku kepentingan lembaganya, dan harus selalu berorientasi ke masa depan. Pemimpin tidak boleh sekadar menjalankan hal-hal rutin tanpa menghadirkan perubahan positif bagi lembaganya. (2) Mampu mendemostrasikan karakter pribadi yang positif (kebiasaan positif, integritas, dapat dipercaya dan berpikir analitis), (3) Mampu memobilisasi komitmen individu (berbagi peran, optimalisasi potensi), serta (4) Mengembangkan kapasitas organisasi (membangun tim dan mengelola perubahan).

Empat hal di atas dapat diibaratkan seperti keutuhan manusia: (1) Kepalanya, (2) Badannya, (3) Kaki kanannya, dan (4) Kaki kirinya. Keempatnya harus dalam kondisi prima agar dapat menghasilkan dampak bagi lingkungannya.

Dalam diskusi yang sangat dinamis di kelas, peserta mengungkapkan banyak sekali kendala dan hambatan yang menyebabkan kurang dapat mengoptimalkan kepemimpinannya. Setelah dideteksi, mayoritas kendala-kendalanya berada pada “lingkaran keprihatinan”, dimana disitu terdapat faktor-faktor yang tidak dapat dipengaruhi, melainkan hanya sekadar dapat berprihatin saja. Mengacu pada teori yang dikembangkan Stephen R Covey, saya mengajak semua peserta untuk konsentrasi pada “lingkaran pengaruh”, yaitu faktor-faktor yang dapat dipengaruhi oleh kehadiran kita.

Semua peserta terinspirasi untuk mengembangkan terus “lingkaran pengaruh” ketimbang terbenam dalam “lingkaran keprihatinan” saja. Misalnya dengan mengoptimalkan kewenangan yang diberikan (ketimbang menuntut kewenangan lebih besar), merumuskan Visi besar lembaga (ketimbang menunggu adanya visi dari pihak lain), memanfaatkan peluang-peluang yang ada (ketimbang mengeluhkan banyaknya kendala), membangun kultur kerja yang positif (ketimbang mengeluhkan banyak orang tidak serius bekerja), memberikan perhatian kepada bawahan secara tulus (ketimbang menuntut agar dirinya diperhatikan), memberikan teladan positif (ketimbang menuntut orang lain menjadi teladan), memberikan arahan-arahan solusi berbasis data yang jelas (ketimbang berputar-putar dengan opini tanpa data), dan fokus kepada kinerja (ketimbang fokus kepada kendala).

Dalam diskusi mengembangkan kemampuan menjadi pemimpin yang strategis, disepakatilah agar: (1) selalu berorientasi kepada Visi besar, (2) selalu mampu merumuskan strategi-strategi yang tepat, dan (3) harus menjalankan nilai-nilai bersama yang dapat mendukung keberhasilan lembaga. Visi, Strategi, dan Nilai-nilai adalah tiga kata kunci yang tidak dapat ditawar-tawar dan harus terus ada di benak para pemimpin yang efektif.

Kelas yang sangat dinamis dengan peserta (para Pendeta Tugas Khusus) yang setara dalam kemampuan, pengalaman, dan komitmen membuat hasil pembelajaran sungguh menjadi sangat bermakna. Waktu dua hari bukan sebagai “kronos”, tapi sungguh menjadi “kairos” bagi seluruh peserta dan fasilitator lokakarya. Sinergitas LAI dan GBKP yang saling memberdayakan sudah terwujud dalam lokakarya ini. Puji nama Tuhan. Salam Alkitab Untuk Semua.

Sigit Triyono (Sekum LAI)

Pelantikan KKPD Banjarmasin & KKPD Banjar Baru

Pdt Dr. I.P. Lambe (Ketua Umum Yayasan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) melantik Kelompok Kerja Penggalangan Dukungan (KKPD) LAI Mitra Banjarmasin dan KKPD LAI Mitra Banjar Baru bertempat di Gereja Isa Almasih Hope Banjarmasin, 1 Juni 2018

Tepat dihari lahirnya Pancasila 1 Juni 2018, Pengurus Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) melantik sekaligus dua kepengurusan KKPD yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan, yakni KKPD Banjarmasin dan KKPD Banjar Baru untuk periode kepengurusan 2018 – 2023.

Rasa syukur dan antusiasme para mitra LAI yang tergabung dalam KKPD Banjarmasin dan KKPD Banjar Baru terlihat dalam kehadiran mereka pada ibadah pelatikan di GIA Hope Banjarmasin. Adalah Pdt. Dr. Ishak P. Lambe, Ketua Umum LAI, sendiri yang bertindak selaku pelayan firman dalam ibadah tersebut. Dalam renungannya  beliau mencoba menjelaskan peristiwa Pentakosta sehingga semua orang yang hadir bisa berbicara dalam bahasa ibu mereka masing-masing (Kisah Para Rasul 2: 1-16). Dengan turunnya Roh Kudus sebenarnya para murid dipakai Tuhan sebagai alat perpanjangan tangan Tuhan menyampaikan Kabar Baik ke dalam berbagai bahasa agar semua orang mengerti dan memahami. Ini bertolak belakang dengan maksud didirikannya menara Babel yang hanya ingin membuat manusia hebat dan menyamai kebesaran Tuhan. Oleh karena itu, Tuhan tidak ingin manusia binasa, sehingga Tuhan mengacaukan dengan mengubah seluruh bahasa yang satu menjadi berbeda-beda.

Peristiwa Pentakosta menjadi semangat berdirinya Lembaga Alkitab di muka bumi. Tujuannya agar Firman Tuhan diterjemahkan ke sebanyak mungkin bahasa sehingga setiap orang bisa membaca, mengerti, dan memahami Kabar Baik. Hal itu tertuang dalam visi-misi pelayananan lembaga Alkitab di manapun, termasuk juga visi-misi LAI. Agar Firman Tuhan sampai ke seluruh umat Tuhan LAI perlu bermitra dan bersinergi dengan seluruh Gereja dan umat Tuhan. LAI menyiapkan benih (lewat Alkitab yang diterjemahkan, diproduksi dan disebarkan). Gereja menaburkan benih (pelayanan Penginjilan), dan Tuhan yang menumbuhkan firman (Hidup Baru). Untuk itu LAI dan umat Tuhan harus bekerjasama mempererat pelayanan bersama.

Setelah ibadah pelantikan dilanjutkan dengan sambutan-sambutan berturut-turut oleh Pdt. Dr. Wardinan, Penasehat KKPD Banjarmasin dan Ketua Sinode GKE, mengucapkan terimakasih dipercayakan sebagai penasehat dan akan mengajak seluruh umat Tuhan di Banjarmasin untuk bergabung dalam KKPD agar dapat memberikan dampak besar bagi pekabaran injil ke pelosok Indonesia.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Pdt. Oktapianus, Penasehat KKPD Banjar Baru yang akan  mengajak semua umat untuk bergerak bersama-sama ambil bagian dalam penyebaran Kabar Baik di Indonesia. Demikian juga dengan Gereja Katolik yang juga sudah terlibat dalam pelayanan ini sebagai KKPD LAI mitra Banjarmasin. Dan selanjutnya Pdt. Effendi, Ketua KKPD Banjarmasin dan Pdt. Andi, Ketua KKPD Banjar Baru secara bersamaan berdiri mengucapkan banyak terimakasih untuk dukungan yang diberikan dan akan mulai bergerak aktif mengumpulkan anggota dan akan menggelar rapat perdana untuk memulai pelayanan KKPD Banjarmasin dan KKPD Banjar Baru.

Menutup sambutannya, Pdt. Ishak P. Lambe mengulang kembali visi LAI sambil menceritakan sejarah pelayanan LAI hingga saat ini, termasuk program-program, produk-produk, sampai isu-isu di sekitar penerjemahan Alkitab. Melalui info singkat ini Pengurus LAI dhi. diwakili oleh Ketua Umum LAI berharap kepada semua mitra LAI, termasuk KKPD Banjarmasin dan KKPD Banjar Baru bisa bersinergi mendukung pewartaan Kabar Baik sehingga kehadiran Alkitab bisa dirasakan oleh semua orang di Nusantara. [Selviana]