(Matius 25:31-46)
“Syukur kepada Allah, hari ini adalah hari yang baru, sebuah awal yang baru di tahun yang baru. Aku mau bangkit dan bercahaya bagi Kristus, aku mau memancarkan cahaya dan memberi kehangatan bagi sekelilingku. Aku mau melakukannya karena Kristus telah mengasihiku dan aku mengasihi-Nya.
Yesus menyampaikan pesan secara khusus kepada para murid-Nya (lih. 24:1), tentang penghakiman terakhir yang akan memperhadapkan semua orang dan membagi mereka ke dalam dua bagian di hadapan takhta kemuliaan-Nya, sama seperti gembala memisahkan antara domba di sebelah kanannya dengan kambing di sebelah kirinya (31-33). Anak Manusia (31) yang Yesus maksudkan adalah diri-Nya sendiri, Dialah yang akan menghakimi manusia pada masa penghakiman nanti.
Kepada mereka yang di sebelah kanan, Yesus akan membawa mereka masuk ke dalam kerajaan-Nya yang telah disediakan bagi mereka sejak dunia dijadikan. Kepada yang disebelah kiri-Nya, Yesus berkata, “Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya…” Mengapa? Karena mereka yang di sebelah kanan-Nya melakukan apa yang benar dan dikehendaki oleh-Nya, tetapi yang yang di sebelah kiri-Nya tidak. Pesan ini disampaikan kepada orang-orang yang telah mengenal dan mengikuti Dia, yaitu para murid.
Kepercayaan kita kepada Kristus terlihat dari buah yang kita hasilkan, yaitu apa yang kita lakukan kepada sesama kita manusia. Pengikut Kristus yang sejati akan melakukan kebaikan kepada sesama manusia sebagai bentuk kasih-Nya kepada Allah, tetapi para murid yang palsu tidak melakukannya. Dalam Matius 22:34-40 Yesus meyatukan antara hukum mengasihi Allah dan hukum mengasihi sesama manusia. Rasul Yohanes dalam 1 Yohanes 4:20 menyimpulkannya demikian, Jikalau seorang berkata: “Aku megnasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya…” Karena itu yang membuat perbedaan di antara keduanya adalah perlakuan mereka kepada sesama manusia dalam hal memberi makan, memberi minum, memberi tumpangan, memberi pakaian, melawat yang sakit, mengunjungi yang terpenjara.
Kita hidup pada zaman di mana sifat egois manusia semakin kuat, manusia menjadi kurang peka dengan keadaan sekitar, dan tangannya berat untuk terulur menolong sesamanya. Siapakah manusia itu? Manusia itu adalah kita, orang-orang Kristen, orang-orang yang mengatakan, “Aku mengasihi Kristus”, kita yang ada di dalam gereja, kita yang duduk di lembaga-lembaga Kristen, kita yang setiap hari disibukkan dengan aktivitas pelayanan dan gereja, kita yang melompat-lompat menyanyikan pujian dan berlinang air mata ketika menyanyikan lagu “penyembahan” di gereja, kita yang menjadi Kristen sejak dalam kandungan, dan kita yang telah berpuluh-puluh tahun mengenal Yesus.
Ketika kita berkata bahwa kita adalah murid Kristus dan mengasihi Allah, maka kita juga harus mengasihi manusia yang ada di sekeliling kita. Apakah yang harus kita lakukan?
Pertama, memberi makan dan minum. Kasih kita hadir untuk memenuhi kebutuhan paling dasar dan pokok dari tubuh manusia. Di sekitar, kita menjumpai orang-orang yang karena keterbatasan ekonomi sehingga untuk makan dan minum pun mereka tidak sanggup. Mereka bisa jadi tetangga kita, keluarga kita, dan orang-orang yang kita jumpai di sudut-sudut kota. Mereka semua membutuhkan kasih dan perbuatan baik dari kita.
Kedua, memberi tumpangan. Ada begitu banyak orang yang tertolak oleh lingkungannya, oleh pergaulan, tertolak dalam lingkungan kerja bahkan gereja, tertolak oleh keluarganya, lebih parahnya mereka menolak keberadaan dirinya sendiri. Mereka itu membutuhkan “tumpangan” yaitu orang-orang yang mau merangkul dan menerima mereka apa adanya. Juga kepada orang yang benar-benar tidak memiliki tempat tinggal, homeless, dan menggelandang di jalan-jalan. Masyarakat Israel kuno begitu gemar dan merasa terhormat jika ada orang yang mau menumpang di rumah mereka, sayangnya itu telah hilang di zaman Yesus, dan Yesus melihat serta mengkritisi itu. Bagaimana dengan kita? Mari membuka diri untuk mereka yang membutuhkan tumpangan.
Ketiga, memberi pakaian. Pakaian memberikan manusia kehangatan dan menutupi dari ketelanjangan serta rasa malu. Saat kasih telah kehilangan kehangatannya maka yang tersisa adalah dunia yang begitu dingin. Marilah kita hadir memberikan kehangatan di rumah kita, di tempat bekerja, bahkan di gereja, sebab mungkin dari sanalah kasih itu mulai menjadi dingin. Pakaian juga berarti identitas diri. Orang-orang tidak tahu siapa lagi diri mereka dan untuk apa mereka hadir di dunia. Mereka tidak dapat lagi melihat tujuan Allah atas diri mereka. Marilah kita hadir untuk menolong mereka menemukan kembali siapa diri mereka di hadapan Allah dan apa yang harus mereka kerjakan bagi-Nya.
Keempat, hadir untuk melawat. Ketika kasih telah menjadi begitu dingin maka yang ada adalah orang-orang saling melukai satu sama lain. Kita tengah dikelilingi oleh orang-orang yang tampak sehat dari luarnya, namun di dalam hatinya dipenuhi dengan luka-luka batin yang semakin hari semakin membusuk. Ada begitu banyak orang yang mengalami gangguan kejiwaan karena disakiti oleh orang-orang yang mereka kasihi. Kepada merekalah Allah mau kita hadir dan melawat.
Kelima, hadir kepada mereka yang terpenjara. Dosa adalah penjara bagi jiwa manusia. Terlalu banyak orang yang diikat dan dibelengu olehnya. Mereka ingin keluar tapi tidak bisa, sebab ikatan itu begitu kuat. Tidak ada seorangpun yang sanggup untuk membebaskan diri mereka sendiri. Mereka membutuhkan Kristus, dan Kristus “membutuhkan” kita untuk membawa mereka kepada-Nya. Orang-orang tidak dapat keluar dari dosa karena kita mengumbar dosa mereka menjadi bahan cerita dan obrolan kita, itu hanya akan menutup mata mereka dari kasih Kristus. Kepada merekalah Yesus mau kita hadir dan membawa kasih-Nya yang membebaskan.
Jika Tuhan berkenan, ada tiga ratus enam puluh lima hari yang akan kita lalui ke depan, dan itu adalah waktu yang singkat. Selagi masih ada waktu dan kesempatan bagi kita, lakukanlah itu semua itu bagi Kristus, karena kita tidak akan pernah tahu kapan waktu kita akan berakhir. Dan kita mau ketika waktu itu tiba, Dia berkata kepada kita: “Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.
TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera. Amin. (Bilangan 6:24-26)
Selamat Menjalani tahun yang baru, rahmat Allah beserta kita sekalian.