Ada satu kelakar yang saya dapatkan hari ini (7/10/2018) di Hong Kong. Keluarga Pendeta Gereja Indonesian Christian Fellowship (ICF) Sektor Yuen Long setiap malam tidur di atas uang ribuan dolar. Betapa tidak, karena rumah Pastori yang ditinggali keluarga Pendeta tersebut berada di lantai 7 sebuah hunian yang persis di bawahnya ada Kantor “China Bank”. Layaknya hunian di Hong Kong adalah hunian beton yang 3-5 lantai di bawah dipergunakan untuk usaha (toko, kantor, dan area komersil) sedangkan di lantai atasnya adalah hunian yang ukurannya “mungil-mungil” sekira dua kali apartemen tipe studio di Jakarta. “Tidur di atas uang” hanya sekadar imajinasi.
Saya sempat diajak mampir ke Pastori Gereja ICF di atas bersama dengan beberapa jemaat yang semua pekerja Migran Indonesia yang berasal dari berbagai daerah. Mereka bertugas beres-beres Pastori sehabis masak-masak, karena setiap habis kebaktian ada acara fellowship dan makan malam bersama. Persaudaraan yang sangat indah, sukacita, dan kompak dalam kesederhanaan.
Hari ini saya diberi kesempatan untuk presentasi dan memperkenalkan Pelayanan LAI di tengah kebaktian minggu di dua jemaat ICF Pusat di Tin Hau, dan ICF Sektor di Yuen Long. Di ICF Pusat yang hadir sekira 140 orang, dan di Sektor Yuen Long sekira 60 orang. Jemaat yang hampir semuanya para perempuan Pekerja Mingran Indonesia, sangat sukacita karena sudah mendapatkan informasi tentang layanan LAI sampai ke pelosok negeri. “Seumur-umur saya, baik di Indonesia maupun lima tahun bekerja di Hong Kong, baru kali ini saya mendapatkan informasi tentang LAI,” kata seorang pekerja yang berasal dari Manado. “Dan saya sangat bersukacita,” sambungnya.
Pada saat jemaat mendapatkan brosur Satu Dalam Kasih dan Sejuta Mitra, banyak sekali yang ingin mendapatkan penjelasan lebih detail. Mereka sangat antusias ingin berpartisipasi dalam layanan LAI. Saya mengatakan bagi siapa saja yang ingin menjadi Mitra LAI, silakan dikumpul datanya ke Bapak Pdt Danny yang ada di Pusat, dan ke Ibu Ev. Olvi yang ada di sektor Yuen Long.
Saya menegaskan tugas Mitra LAI adalah DWD – Doakan, Wartakan dan Donasikan BerkatNya untuk mendukung pelayanan mewujudkan Alkitab Untuk Semua. Setidaknya mendoakan pelayanan LAI setiap pagi, siang dan malam dengan khusuk, itu sudah ekspresi seorang Mitra LAI yang setia.
“Ada kawan pekerja Indonesia yang sering mengajak berdiskusi tentang KeKristenan dengan saya. Di sini kan bebas berdiskusi apa saja. Kalau di Indonesia kan lebih sulit,” Kata Wiwik, pekerja asal Blitar salah satu pekerja yang menemani perjalanan saya dari Tin Hau ke Yuen Long yang butuh satu setengah jam perjalanan. Apa yang diungkapkan Wiwik menandakan adanya keterbukaan untuk saling mengerti dan memahami keyakinan orang lain. Sebuah kondisi yang sangat menggembirakan karena ada peluang dialog antar iman.
Sebagai pekerja yang menjadi tulang punggung keluarga di kampung, baik yang sudah menikah maupun yang belum menikah, persoalan yang dihadapi tidaklah mudah. Bagi yang sudah menikah berpisah dengan suami dan anaknya sangat membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit. Bagi yang belum menikah, rata-rata kesulitan mendapatkan jodoh karena sangat terbatas pergaulannya. “Laki-laki bagi para pekerja Indonesia di Hong Kong ibarat seperti pangeran yang menjadi rebutan,” kata Ruth, pekerja dari Ponorogo, karena saking terbatasnya jumlah pekerja laki-laki di Hong Kong.
Firman Tuhan yang tertulis di dalam Alkitab sungguh-sungguh menjadi kabar baik bagi para pekerja migran Indonesia karena memberikan kekuatan, penghiburan, dan pengharapan sejati manakala menghadapi berbagai persoalan dan beban hidup berat di negeri orang. Di sisi lain, mereka juga sangat rindu berbagi kabar baik di perantauan maupun berkontribusi bagi saudara-saudaranya di pelosok negeri.
Di hari minggu pekan pertama bulan Oktober 2018 LAI memiliki koordinator Mitra LAI dan calon-calon Mitra LAI di Hong Kong yang siap mendoakan, mewartakan dan mendonasikan berkat-berkatNya bagi perwujudan Alkitab Untuk Semua. Salam Alkitab Untuk Semua.[]
Sigit Triyono (Sekum LAI)