LAI Bersinergi Memancarkan Cahaya Hidup

title

Meski peringatan hari “Soempah Pemoeda” yang menggelorakan Roh Persatuan Indonesia jatuh pada hari minggu 28/10/2018, namun Sabtu 27/10/2018 LAI sudah mendahului mempraktikkan Roh Persatuan dalam bentuk diskusi dan membangun sinergi. LAI beserta 12 mitra kerjanya berkumpul bersama mengadakan ‘Sarasehan Pelayanan dan Kesaksian di Era Digital’ untuk mengeksplorasi bentuk-bentuk sinergi dalam karya bersama di Indonesia.

Sebagai tindak lanjut dari beberapa kali diskusi dengan berbagai pihak yang selama ini bergerak secara sendiri-sendiri, maka disepakati untuk duduk bersama, berbagi informasi dan mengidentifikasi bentuk kerjasama yang efektif dari semua mitra dengan komitmen yang sama: “menyebarkan kabar baik di Indonesia.” Diawali kebaktian singkat yang dipimpin Pdt Anwar Tjen, PhD. Kepala Departemen Penerjemahan LAI yang mengajak merenungkan Firman Tuhan tentang perlunya perjumpaan-perjumpaan dalam kerangka menyebarkan kabar baik.
Berikutnya presentasi tentang “Mewujudkan Alkitab Untuk Semua” oleh Sekum LAI, disambung sharing pengalaman dari Ev. Stefan dari Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) Ungaran Jawa Tengah, Pak Agus dari Yayasan Cahaya Hidup, Pak Harry dari Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia, dan Pdt Agus Wiyanto dari Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) Jemaat Cempaka Putih.

Setelah presentasi dari lima pihak di atas diperoleh tiga kalimat kunci: (1) Kami memiliki komitmen yang sama: “Menyebarkan Kabar Baik”, (2) Kami tidak sendiri, dan (3) Kami perlu bersinergi. Selanjutnya disepakati untuk menindaklanjuti sarasehan ini dengan bentuk kerjasama konkret di bidang penerbitan pesanan khusus Alkitab, distribusi Alkitab, pewartaan kompetensi masing-masing lembaga kepada Gereja-gereja, dukungan kepada pemulihan korban bencana Sulawesi Tengah, dukungan kepada program “Satu Dalam Kasih”, penerbitan “Alkitab Parenting” serta program “Sejuta Mitra”.

Forum juga menyepakati untuk memperluas jejaring, membuat database lembaga-lembaga mitra dan mengadakan pertemuan secara reguler. Bagaimanapun “roh persatuan” telah terbukti membuahkan sinergitas di antara LAI dengan 12 mitra kerjanya.

Dalam melakukan pelayanan di era digital, LAI memiliki Departemen Pelayanan & Pengembangan Digital yang siap melayani dengan berbagai konten dan aplikasi digital yang didistribusikan melalui website serta berbagai saluran media sosial. Ternyata hal serupa juga dimiliki oleh LPMI yang bahkan siap memberikan pelatihan-pelatihan layanan digital kepada Gereja-gereja. “Video-video pendek kami dapat diunggah secara gratis di YouTube,” kata Pak Harry yang mewakili LPMI.

Meski sarasehan ini memfokuskan kepada era digital, namun Yayasan Cahaya Hidup, GKMI dan GPdI serta LAI mendeteksi masih banyak dibutuhkan berbagai varian produk-produk cetak untuk segmen khusus terutama di daerah desa dan pelosok negeri.

Hal ini juga didukung oleh peserta sarasehan. “Kami akan mendukung distribusi Alkitab ke pelosok negeri yang dilakukan oleh LAI,” kata Pak Johan dari Gereja Reform Injili Indonesia (GRII) yang juga mendukung pemenuhan produk cetak. “Kami bergerak di pelayanan anak, maka tahun depan kami ingin turut berkontribusi dalam ‘launching’ produk Alkitab Parenting LAI,” ungkap Pak David dari Gereja-gereja Baptis Indonesia (GGBI) yang juga menunjukkan dukungannya kepada pengadaan produk cetak. “Kami memiliki tiga produk cetak favorit yang selalu kami distribusikan ke berbagai wilayah negeri,” kata Pak Agus dari YCH.

Forum sarasehan ini menegaskan bahwa LAI adalah milik semua Gereja dari berbagai interdenominasi dan interkonfesi yang berperan sebagai “logistik” Alkitab dan bagian-bagiannya. Sinergitas sangat diperlukan dalam melangkah ke depan. Tantangan di bidang sumberdaya manusia, keuangan dan berbagai peran spesifik akan lebih ringan ditanggung bersama.
Karena sarasehan ini terwujud atas kerjasama LAI dengan Yayasan Cahaya Hidup, maka tidaklah berlebihan bila dikatakan LAI bersinergi memancarkan cahaya hidup. Salam Alkitab Untuk Semua.[]

Sigit Triyono (Sekum LAI)

Antusiasme GPdI Mendukung Pelayanan LAI

 

“Bagaimana kami Hamba-hamba Tuhan dapat terlibat langsung dalam penyebaran Alkitab ke daerah-daerah terpencil? Mengingat GPdI itu ibarat Bank BRI yang tersebar di pelosok negeri,” tanya Pdt Hesra Sembiring, salah seorang peserta Forum Tatap Muka Nasional (FORTAPNAS) Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) di Ungaran hari ini (19/9/2018).

“Kalau LAI sudah melaksanakan mandat layanan di bidang Alkitab (penerjemahan, produksi dan penerbitan, penyebaran dan upaya agar Alkitab menjadi panduan hidup umat) hemat saya GPdI tidak perlu lagi melakukan duplikasi. Kita harus mendukung LAI dengan memperkuat pelayanannya dan kita kerjakan hal-hal yang belum dilakukan LAI,” ungkap Pak Eko Nugroho, pendiri dan CEO Dreamlight World Media, yang juga salah satu narasumber dalam acara FORTAPNAS GPdI yang dihadiri para Pengurus Biro Media Cetak dan Elektronik GPdI 17 Provinsi.

“Apakah LAI dapat menjadi narasumber untuk sessi-sessi yang berhubungan dengan penerjemahan Alkitab di Sekolah Teologi GPdI di Salatiga?,” tanya Pdt G.A. Panjaitan, MTh. Ketua I Sinode GPdI yang juga Penasihat Panitia FORTAPNAS GPdI.

Pertanyaan dan pernyataan di atas menandakan antuasiasme para pengurus GPdI yang tersebar di 32 Provinsi di Indonesia dalam mendukung layanan LAI. Semangat ini membuat Tim LAI yang hadir di Ungaran (saya, Pdt Anwar Tjen, PhD – Kadep Penerjemahan, Pak Saefudin – Kadep Penyebaran, Sdr Indra dan Sdr Arif – staf Penyebaran) merasa semakin bertambah antusias untuk melangkah ke depan.

Apalagi saat LAI (saya dan Pak Anwar) mengakhiri sesi presentasi dengan mengajukan 4 pertanyaan berhadiah (berhubungan dengan Alkitab dan LAI) mampu dijawab dengan sangat lancar oleh banyak peserta. Pertanda mereka memberikan atensi yang sangat baik terhadap presentasi LAI.

LAI yang melayani seluruh Gereja interdenominasi dan interkonfesi di Indonesia sangat membutuhkan dukungan antusiasme dari seluruh hamba-hamba Tuhan dan jemaat Gereja yang dilayani. Antusiasme dalam hal mendoakan, memberi masukan-masukan, mewartakan, mendonasikan berkatNya dan mendukung aspek-aspek teknis layanan LAI. Semua ini mestinya menjadi suatu keniscayaan, mengingat tugas LAI merupakan mandat yang diberikan oleh seluruh Gereja-gereja di Indonesia.

Dengan antusiasme yang sama, maka pertanyaan Pdt Hesra Sembiring di atas saya jawab dengan semangat: “Sangat bisa Pak, dan dengan senang hati LAI menyambut partisipasi dan kontribusi para hamba Tuhan GPdI untuk bersama-sama menyebarkan Alkitab di pelosok negeri. Aspek teknisnya kita bisa diskusikan lebih lanjut.”

Saya juga menyampaikan persetujuan serta apresiasi kepada Bapak Eko Nugroho atas ide dan dukungan yang sangat luar biasa kepada LAI. Kelanjutan MOU yang sudah ditandatangani beberapa bulan lalu antara LAI dengan Dreamlight World Media semakin kongkret dan terukur. Sedang dijalankan bersama berbagai bentuk program di bidang penerbitan buku, pendidikan Alkitab, pengembangan aplikasi-aplikasi dan pembuatan program-program televisi.

Permintaan Pdt G.A. Panjaitan di atas, langsung kami jadwalkan di awal November 2018 dimana Pdt Anwar Tjen akan memberikan seminar setengah hari tentang penerjemahan Alkitab di STT Salatiga. Respon yang cepat, dan kongkret dalam semangat saling memberdayakan.

Bila antusiasme dalam level yang sama juga melanda Gereja-gereja lain di Indonesia dalam kemitraan dengan LAI, maka dahsyatlah dampak yang akan dituai bagi perwujudan Alkitab Untuk Semua di negeri ini. Salam Alkitab Untuk Semua.

Sigit Triyono (Sekum LAI)