LAI dan Generasi Milenial

 

 

Sigit Triyono (Sekum LAI) tengah memberikan sambutannya kepada 200-an pemuda-pemudi milenial yang hadir dalam Ibadah Hari Doa Alkitab LAI 2018 di GPA Lt.10 Jl Salemba Raya 12 Jakarta
Tadi malam (14/9/2018) saya memberikan sambutan pada acara kebaktian Hari Doa Alkitab (HDA) untuk kaum Milenial di Gedung Pusat Alkitab Jl Salemba 12 Jakarta Pusat. Sehari sebelumnya saya membawakan satu sesi “sharing” di hadapan peserta Kongres GMKI XXXVI di Bogor, dimana pesertanya adalah para mahasiswa Kristen dari seluruh wilayah Indonesia (ada 93 cabang dan 10 calon cabang GMKI se Indonesia).
 Dua forum di atas dihadiri oleh generasi milenial Kristen dari berbagai interdemoniasi dan interkonfesi  Gereja. Generasi yang sangat sibuk dengan gadget di tangan dan sangat fasih ber-sosial media. Secara umum di dunia ini jumlah anak muda seperti mereka sekitar 30% dari seluruh penduduk dunia. Di Indonesia, dalam beberapa tahun ke depan mereka akan menjadi tulang punggung negara sehubungan dengan “bonus demografi” dimana anak-anak milenial mendominasi angkatan kerja.
Mandat yang diberikan Gereja-gereja di Indonesia kepada Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) dalam hal (1) penerjemahan, (2) produksi dan penerbitan, (3) penyebaran dan, (4) upaya menjadikan Alkitab sebagai pedoman hidup umat, diharapkan juga dapat menjangkau mereka.  Generasi  milenial atau generasi “zaman now” memiliki pikiran, perkataan dan perilaku yang sungguh berbeda dengan generasi “jadul” seperti saya. Pendekatan yang dilakukan untuk melibatkan mereka dalam arak-arakan bersama di berbagai program layanan LAI juga harus berbeda.
Dari diskusi dan tanya jawab dengan para peserta di dua forum di atas, ternyata aspirasi dan minat mereka untuk dapat terlibat dalam program-program LAI sangat tinggi.  Mereka sangat mengapresiasi terdahap apa yang sudah dilakukan LAI selama 64 tahun melayani umat di Indonesia. Mereka juga bersedia untuk berperan aktif sesuai dengan kapasitas kemudaan mereka terutama dalam penyebaran Alkitab ke pelosok negeri dan upaya menjadikan Alkitab sebagai pedoman hidup.
Mereka juga menyadari bahwa pekerjaan LAI adalah pekerjaan berjangka sangat panjang mengingat peluang penerjemahan Alkitab ke berbagai bahasa daerah masih sangat banyak, juga dalam hal penyebarannya. Untuk itu mereka melontarkan beberapa ide yang dapat membantu LAI melangkah ke depan.
Dalam acara kebaktian HDA dimana peserta diberi kesempatan menyampaikan berbagai usulan dan komitmen, mereka antara lain melontarkan beberapa ide: (1) akan memilih program yang fokus, misalnya menyebarkan sepuluh ribu Alkitab, (2) menggerakkan donatur melalui media sosial untuk pengadaan Alkitab, (3) mengajak komunitas-komunitas muda untuk terlibat dalam pekerjaan ini, (4) ikut aktif dalam pengiriman Alkitab ke pelosok negeri, (5) siap menjadi nara sumber sesuai dengan kompetensinya untuk pekerjaan yang ada hubungannya dengan LAI.
Dari kongres GMKI XXXVI yang dibuka resmi oleh Presiden Joko Widodo, aspirasi yang muncul dari peserta adalah tentang perjuangan mengaktualisasi nilai-nilai Alkitab dalam kehidupan berbangsa di negeri ini. Anggota dan para senior GMKI tetap berjuang mewujudkan nilai-nilai “tinggi iman, tinggi ilmu dan tinggi pengabdian”, di tengah tantangan keberagaman bangsa Indonesia dan berbagai tantangan kemajuan teknologi. “Ut Omnes Unum Sint” masih tetap menjadi doa bersama tiada henti.
Idiom-idiom di era digital: “Mission possible, why not?”, “F4: Friendship, Fellowship, Food, Fun”  menjadi magnet tersendiri untuk menggandeng generasi milenial. Dengan demikian mereka akan masuk dalam langkah bersama Sejuta Mitra LAI yang terus menghidupi gerakan DWD: Doakan, Wartakan dan Donasikan berkat-berkatNya, untuk mewujudkan Alkitab Untuk Semua. Salam Alkitab Untuk Semua.
Sigit Triyono (Sekum LAI)