Bekerja Sama Mewujudkan Alkitab Untuk Semua

HUT 65 LAI

Tahun 2019 adalah Tahun Yubelium (peringatan ulang tahun yang khusus) bagi umat Kristen di Indonesia dan secara khusus bagi Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). Pada tahun 2019 LAI akan merayakan ulang tahun yang ke 65. LAI akan merayakan semua peringatan di atas sambil mengucap syukur untuk kemitraan yang terus terbina dengan gereja-gereja dan lembaga-lembaga Kristiani. Kemitraan dalam bidang penerjemahan Alkitab, produksi-penerbitan, penyebaran Alkitab, maupun keterbacaan Alkitab melalui program Pembaca Baru Alkitab, Seminar-seminar, serta Paket Wisata alkitab.

Semua perayaan tersebut akan dilaksanakan LAI bersama dan di tengah-tengah Gereja di Indonesia. Hal ini merupakan bentuk kesinambungan dan komitmen dari kemitraan yang bertujuan agar LAI dan Gereja-gereja dapat melangkah bersama ke masa depan.

Perayaan pada tahun 2019 tersebut sekaligus menjadi momen untuk mengingat setiap hari yang telah dilalui dalam kemitraan dan kebersamaan antara LAI dan gereja-gereja selaku anugerah dari Tuhan semata. Hari-hari tersebut tak jarang menjadi waktu-waktu yang tidak mudah untuk dilewati, pun tidak ringan untuk dijalani. Tetapi, kini semuanya menjadi bagian dari momen untuk berefleksi dalam rangka mengucap syukur atas masa lalu, merayakan masa kini, sembari menatap dengan sungguh semua yang baru yang terbentang di masa depan. Dengan demikian, merayakan kelahiran dan peringatan menjadi momen untuk juga meletakkan dan menguatkan harapan akan keberlanjutan.

Adapun keberlanjutan hampir selalu identik dengan generasi muda, karena itu pada tahun perayaan kali ini LAI menetapkan sasaran utama perayaan dan peringatan ini adalah bagi mereka yang berusia < 35 tahun dan para adiyuswa. Sejumlah kegiatan akan diadakan di Jakarta dan di 4 wilayah perwakilan LAI dalam kebersamaan dengan umat Kristiani di Indonesia. Seluruh kegiatan akan dilaksanakan selama Februari–Desember 2019,  dengan penyelenggara oleh panitia maupun melalui kegiatan-kegiatan departemen dalam kemitraan bersama gereja dan lembaga-lembaga Kristiani.

 

TEMA

“Bekerja Sama Mewujudkan Alkitab Untuk Semua” (Efesus 4:16).

SUBTEMA

“Meningkatkan Kecintaan Umat Kristiani Terhadap Lembaga Alkitab Indonesia”

KEGIATAN

Adapun kegiatan utama HUT 65 LAI diselenggarakan melalui lima bentuk aktivitas, yaitu:

  1. Praise & Worship di Jakarta, Sabtu, 25 Mei 2019
  2. Penyusunan & Penerbitan Buku: Buku Inspirasi Generasi (9 Februari 2019 ) & Buku Mewujudkan Alkitab Untuk Semua (Mei 2019)
  3. Seminar Alkitab : Seminar Alkitab & Pameran Budaya Dayak (GPA LAI & Grha Oikumene PGI, Jumat-Sabtu, 22-23 Februari 2019), Revisi Alkitab TB 2
  4. Ibadah dan Perayaan
    • Ibadah Syukur HUT 65 dan Apresiasi Mitra LAI, Britama Arena, Mahaka Square, Jakarta Utara, Sabtu, 9 Februari 2019
  5. Bible Engagement/Perjumpaan dan Pertautan dengan Alkitab
    • Jambore Alkitab Nasional Anak & Remaja, Batu Tapak, Cidahu, Sukabumi, 4-7 Juli 2019
    • Pekan Alkitab (Balikpapan, Tarakan, Tanjung Selor & Berau, September 2019 dan Kediri, Malang, Tulung Agung, & Magelang, November 2019)

Selain semua kegiatan di atas, terdapat kegiatan-kegiatan lain yang juga menjadi bagian dari rangkaian perayaan tetapi yang penyelenggaraannya dilakukan oleh departemen teknis terkait, misalnya: perayaan Hari Doa UBS (9 Mei 2019), Hari Doa Alkitab (9 September 2019), peluncuran terbitan, seminar dan diskusi.[]

Tuhan, Banyak Hal Dalam Kehidupan Yang Membuat Marah, Geram, dan Kehilangan Kesabaran. Tolong Kami Membiarkan Emosi Itu Hanya Pada Hal Yang Pantas Mendapatkannya.

Yohanes 9: 24-28

title

Marah adalah salah satu emosi jiwa manusia yang berasal dari Allah. Kebijaksanaan dalam menggunakannya membuatnya menjadi begitu bernilai.

Berulang kali memberi jawaban yang sama atas pertanyaan yang sama pula, membuat mantan orang buta ini begitu kesal kepada para pemimpin Yahudi. Sehingga jawaban-jawabannya kali ini mendapatkan penegasan khusus dan mungkin sedikit ketus. Kedegilan hati para pemimpin itu mendapatkan respon yang serius dan kegeraman.

Sahabat Alkitab, kemarahan dalam diri kita dapat timbul karena ada sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang kita pikirkan, bayangkan, harapkan, atau dapatkan. Ini adalah hal yang wajar karena Allah sendiri menyatakan amarah-Nya ketika manusia tidak hidup seturut dengan kehendak-Nya, hanya Ia tidak berdosa dalam kemarahan-Nya. Kita boleh marah untuk sebagai respon atas pelanggaran terhadap kebenaran dengan tujuan untuk memperbaiki. Namun emosi yang Allah berikan itu harus dipergunakan dengan sangat bijak dan penuh hikmat, agar kita sendiri tidak jatuh dalam dosa karenanya, dan agar kemarahan itu membawa perubahan yang baik atau meluruskan jalan yang bengkok. Kemarahan itu harus murni dalam tujuannya, dilakukan pada tempat dan waktu yang tepat, serta dengan porsi yang tepat pula.

Selamat Pagi, disaat kita memang pantas untuk marah mintalah kepada Allah untuk menjaga hati kita agar tidak berdosa dengan melewati batas yang seharusnya.

Salam Alkitab Untuk Semua

Tuhan, Keterbatasan dan Kelemahan Adalah Tanah Subur Bagi Ketakutan. Tolong Kami Mengatasinya, Sehingga Hidup Kami Melimpah Dengan Damai Sejahtera,

Yohanes 9: 18-23

title

Mengapa takut jika Roh yang ada dalam kita jauh lebih besar daripada roh yang ada dalam dunia, dan kepada kita tidak diberikan roh ketakutan.

Satu orang buta telah dicelikkan matanya oleh Yesus, setelahnya beberapa orang menjadi buta oleh kebodohan dan kedegilan hatinya sehingga tidak dapat melihat pekerjaan Allah yang telah dinyatakan. Mereka adalah para pemimpin agama Yahudi saat itu. Tidak cukup dengan kesaksian dari mantan orang buta itu dan karena kebutaan hati mereka, para pemimpin itu memanggil bapak dan ibunya untuk memastikan apakah anak mereka itu memang buta sejak lahirnya. Karena takut, mereka hanya memberi jawab seadanya lalu melemparkan kembali kepada anak mereka. Mereka memang bukanlah siapa-siapa jika dibandingkan dengan status dan kuasa yang dimiliki oleh para pemimpin agama Yahudi.

Sahabat Alkitab, banyak kali kita takut untuk memberikan suatu pendapat atau melakukan koreksi terhadap sesuatu atau kepada orang tertentu karena keterbatasan kita dari segi usia, tingkat pendidikan, jabatan, atau status sosial. Sekalipun kita jelas melihat sebuah kesalahan dan kekeliruan sementara kita memiliki solusi untuk kita, namun ketakutan membuat kita menyimpan semuanya itu dalam hati. Kita terkurung oleh rasa rendah diri yang kita ciptakan sendiri, padahal Tuhan yang menciptakan kita memandang sama kepada semua orang, dan kepada kita yang telah menerima anugerah Allah, tidak diberikan roh ketakutan, tetapi Roh yang besar yang berani untuk menyatakan dan menyuarakan kebenaran. Roh yang Tuhan berikan mampu untuk membuat kita bekerja dan melakukan sesuatu melewati batas-batas diri kita sendiri. Jika kita menahan sebuah kebenaran dan menyembunyikannya, maka akan menghilangkan damai sejahtera dalam diri kita.

Selamat Pagi. Beranilah menyerukan kebenaran dan kebaikan kepada semua orang, selebihnya biarkan Allah yang bertindak dan menolong kita.

Salam Alkitab Untuk Semua

Lilin Adven

Lilin Adven

title

Dalam tradisi kekristenan lilin dan Natal sudah merupakan satu kesatuan yang sukar untuk bisa dipisah lagi. Rasanya kalau kita merayakan Natal tanpa adanya lilin berarti ada sesuatu yang kurang. Sebenarnya tidak ada satu ayat pun dalam Alkitab yang mengkaitkan antara lilin dan Natal. Bagi umat Kristen, lilin itu merupakan simbol dari kelahiran Yesus yang membawakan terang ke dalam dunia ini. Lilin dapat membawa terang untuk melawan kegelapan. Terang selalu menguasai kegelapan dan tidak pernah ditelan oleh kegelapan, betapa pun kecilnya terang itu. Lilin itu ikhlas berkorban membakar dirinya sendiri agar dapat menjadi terang. Tanpa pengorbanan, sulit menjadi terang. Lilin melambangkan keberanian untuk memberikan terang. Mereka yang berada di dalam kegelapan pada suatu saat pasti akan membutuhkan terang.

Umat kristiani sering menyalakan lilin sambil berdoa. Lilin yang menyala melambangkan suatu kurban yang dilakukan sekaligus dengan mempersembahkan doa dan menerima kehendak Tuhan. Lilin dalam dekorasi Lingkaran Adven Krans pada umumnya terdiri dari lima lilin. Setiap minggu yang dilewati dinyalakan satu lilin, selama empat minggu berturut-turut. Simbol warna lilin yang digunakan adalah tiga lilin warna ungu sebagai lambang penyesalan dan pertobatan. Satu lilin merah melambangkan sukacita. Sedangkan lilin besar yang di tengah berwarna putih melambangkan lilin Kristus. Lilin ini baru dinyalakan pada hari Natal.[]

Sumber: Rasid Rachman. Hari Raya Liturgi. (Jakarta: BPK-Gunung Mulia; 2009).

Ahok & Alkitab

title

Gara-gara status facebook seorang Pendeta yang menceriterakan film "A Man Called Ahok" saya jadi teringat PR yang belum selesai. Hasil wawancara saya dengan Pak Ahok bulan lalu di Mako Brimob belum final saya olah menjadi salah satu artikel sebuah buku kesaksian. Saya jadi ingin menonton film tersebut untuk mendapat tambahan informasi tentang Pak Ahok.

Saya berkenalan dengan Pak Ahok sejak 2010 dimana saat itu dia masih sebagai anggota DPR-RI. Saat itu saya dan kawan-kawan di GKI Kwitang Jakarta sedang menyiapkan buku "Berpihak kepada yang tersisih dan terpinggirkan - Mengenang Pdt Dr Daud Palilu" dan menetapkan Pak Ahok sebagai salah satu kontributor tulisan, karena kepedulian dan konsistensinya berjuang untuk rakyat.

Dalam acara peluncuran buku di atas pada 2011 Pak Ahok bilang: "Saya tidak mau basis pemilih saya sebagai politisi hanya mengandalkan anggota Gereja. Saya mau melayani semua, jadi saya harus didukung oleh semua." Buat saya pernyataan itu suatu ekspresi kejujuran dan keberanian. Betapa tidak, biasanya kebanyakan politisi Kristen justru bicara yang menekankan aspek primordialisme untuk mendongkrak popularitasnya.

Kemarin sore (20/11/2018) mumpung sedang libur, saya mencari bioskop yang memutar film "A Man Called Ahok" dan dapat giliran nonton pukul 21.15 WIB. Bagi saya, sesudah menonton film tersebut, manfaat yang didapat adalah bisa menjadi penguat atas banyak informasi yang saya dapat langsung dari Pak Ahok maupun dari tulisannya.

Saya semakin paham bahwa "obsesi" dia masuk ke dunia politik adalah sebuah "panggilan jiwa" yang tak tertahankan demi rakyat. Idiomnya "BTP - Bersih, Transparan dan Profesional" adalah suatu tekad perjuangan demi keadilan dan kesejahteraan bersama.

Dalam film di atas tidak ada sama sekali disinggung soal Alkitab. Bahkan tak tampak simbol-simbol keKristenan sama sekali. Tapi nilai-nilai yang tersurat dalam dialog maupun yang tersirat dalam visual sungguh sangat Alkitabiah, khususnya tentang kasih yang tulus kepada orang kecil.

Saat saya jumpa bulan lalu, secara mendalam Pak Ahok mengungkapkan intensitas dia membaca Alkitab. Sebelum di penjara, dia setidaknya sudah 25 kali selesai membaca Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu. Tiap lima tahun dia ganti Alkitab baru karena yang lama sudah habis dicorat-coret.

Terlepas dari ketidaksempurnaan Pak Ahok sebagai manusia biasa, namun dia sudah terbukti berjuang secara total untuk kebaikan negeri ini. Pelajaran dan didikan dari Papanya sangat mendominasi semangat perjuangannya. Kekuatan utamanya diakui datang dari Tuhan yang diungkapkan melalui pembacaan Alkitab secara konsisten.

Apabila Alkitab menjadi pedoman hidup bagi umat Tuhan, maka kekuatan itu sungguh nyata dan terus memberi pengharapan. Salam Alkitab Untuk Semua.

Sigit Triyono (Sekum LAI)

Menyampaikan Kabar Baik ke Pedalaman Sintang

title

membagikan Alkitab dukungan Satu Dalam Kasih (SDK) Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) kali ini begitu melelahkan buat saya, dibandingkan perjalanan-perjalanan SDK sebelumnya yang pernah saya ikuti. Rasanya tidak ada waktu yang cukup untuk membagikan Firman Tuhan di wilayah Sintang, Kalimantan Barat yang amat luas ini. Tidak kenal pagi, siang, dan malam, Tim SDK LAI terus bergerak membagikan Kabar Baik kepada Gereja-gereja dan umat Kristiani di wilayah pedalaman Sintang.

Meskipun sudah naik mobil, speed boat, sepeda motor, dan jalan kaki tapi perjalanan ini sangat melelahkan bagi saya. Karena kelelahan dan demam, saya terpaksa istirahat 1,5 hari dan menuntaskan perjalanan SDK ke Sintang sampai hari ini, Jumat, 9 November 2018untuk kembali ke Pontianak. Sementara rekan-rekan Tim SDK LAI masih harus menyerahkan dan menyelesaikan administrasi dan besok 10 November baru kembali ke Jakarta.

Menurut saya sebenarnya perjalanan SDK LAI ini menyenangkan, karena kita ada di tengah-tengah alam ciptaan Tuhan yang ada di Bumi Kalimantan. Kita dapat menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Kita dapat langsung bertemu dan bertatap muka dengan jemaat-jemaat Kristiani di pelosok-pelosok wilayah Sintang. Kita juga dapat bertemu dengan para Pendeta yang mempunyai semangat pelayanan yang tinggi, karena disamping mereka harus membangun dan menguatkan jemaatnya, para Pendeta ini juga terpaksa harus berladang sekedar mencukupi kebutuhan hidupnya. Karena memang jemaat-jemaat ini penuh dengan keterbatan, baik ekonomi jemaat maupun penerimaan gereja dari persembahan.

Bagi saya pribadi, perjalanan SDK LAI ini baik untuk penyegaran dan pertumbuhan Rohani. Karena kita bisa bertemu langsung dengan jemaat penerima bantuan Alkitab program SDK LAI yang telah didukung oleh jemaat perkotaan. Kemarin saat kami berkunjung ke Kayan, di daerah Tebidah, banyak jemaat anak-anak, remaja, dan pemuda yang bersekolah di SMP dan SMA. Mereka membantu mengangkat ratusan dus Alkitab untuk sampai ke Gerejanya. Melihat banyaknya orang muda di Kayan ini, Pendeta Hoseas, berkata: “Kalimantan masih terbuka luas kesempatan untuk memberitakan Kabar Baik. Ladang sudah menguning. Kita masih membutuhkan banyak para pekerjanya. Mereka, orang muda inilah calon pekerja-pekerja di Ladang Tuhan, karena Alkitab yang mereka rindukan kini sudah dapat dipelajari.” Inilah secuil kisah perjalanan SDK LAI ini di Sintang. Semoga dapat menjadi berkat bagi kita semua.[Ernanto]

Lembaga Alkitab Indonesia Sebagai Lembaga Pelestari Bahasa Daerah di Indonesia

D0K. ANTARAFOTO

title

Ada dua tugas mulia Lembaga Alkitab Indonesia [LAI] yang merupakan mandat dari negara Republik Indonesia, yaitu: (1) Pembinaan mental spiritual bagi warganegara yang beragama Kristen Protestan dan Katolik, dan (2) Pelestari bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Secara konkret mandat pertama diwujudkan dalam hal penyediaan Alkitab atau Kitab Suci dan bagian-bagiannya yang dibutuhkan dalam setiap pembinaan warga Gereja-gereja di Indonesia.

Dalam hal pelestari bahasa-bahasa daerah di Indonesia tampak jelas dari pekerjaan LAI yang menerjemahkan Alkitab ke dalam berbagai bahasa daerah di Indonesia. Selama 64 tahun LAI menjalankan pelayanannya, Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang bahasa aslinya bahasa Aram, Ibrani dan Yunani sudah diterjemahkan ke dalam 33 (tiga puluh tiga) bahasa daerah di Indonesia. Sedangkan untuk Alkitab Perjanjian Baru tanpa Perjanjian Lama, sudah diterjemahkan oleh LAI ke dalam 81 (delapan puluh satu) bahasa daerah di Indonesia.

Menurut survei yang dilakukan LAI, masih ada setidaknya 132 (seratus tiga puluh dua) bahasa daerah yang dapat menjadi prioritas untuk penerjemahan Alkitab karena kebutuhan umat yang mengharapkan dapat membaca, merenungkan, dan menghayati isi Alkitab dalam bahasa ibu mereka. Sedangkan menurut data pemerintah, jumlah bahasa daerah di Indonesia setidaknya berjumlah 742 (tujuh ratus empat puluh dua) bahasa daerah.

Bahasa adalah salah satu ekspresi budaya masyarakat. Pengunaannya secara konsisten dalam komunikasi dan literasi sehari-hari akan menjamin eksistensi bahasa tersebut. Tantangan beratnya, dalam era serba global dan digital, penggunaan bahasa daerah menjadi terdesak oleh bahasa “lain” yang lazim digunakan dalam komunikasi keseharian masyarakat. Semakin banyak generasi muda terutama yang di perkotaan berkomunikasi dengan masyarakat secara heterogen dan tidak menggunakan bahasa daerahnya, maka akan semakin menjauhkan mereka dari bahasa daerahnya.

Salah satu cara melestarikan bahasa-bahasa daerah adalah dengan cara membuat banyak dokumen dalam bahasa-bahasa tersebut. Dengan banyaknya dokumen maka akan tersedia alat yang “tangible” yang dapat digunakan untuk mempelajari bahasa tersebut, selain tentu melalui para penutur bahasa. Di samping itu, penggunaan bahasa daerah dalam ekspresi budaya masyarakat juga akan menjamin lestasinya bahasa tersebut. Misalnya penggunaan bahasa daerah dalam upacara-upacara adat, dalam penamaan-penamaan anak, tempat, makanan, dan benda-benda lain, serta penggunaan secara rutin dalam acara-acara keagamaan. Akan sangat menguatkan lagi apabila juga selalu digunakan dalam proses belajar mengajar di sekolah-sekolah.

Alkitab dalam bahasa daerah sudah terbukti sangat besar kontribusinya dalam melestarikan bahasa-bahasa daerah. Setiap ibadah Gereja, minimal diadakan seminggu sekali, yang menggunakan Alkitab bahasa daerah akan menjadikan umat semakin paham bahasa daerahnya. Bila ini dilakukan secara konsisten maka pengguna bahasa daerah juga akan terus bertambah oleh karena anak-anak, generasi bergenerasi akan tetap paham bahasa daerahnya.

Mandat pelestari bahasa-bahasa daerah ini, disamping mandat pembinaan mental spiritual bangsa, menjadi alasan yang sangat kuat bagi LAI untuk beraudiensi dan kemudian mengundang Bapak Presiden RI untuk hadir dalam acara ulang tahun ke 65 LAI pada tanggal 9 Februari 2019. Dalam acara ulang tahun ini LAI berharap akan mendapatkan pengakuan, syukur-syukur mendapatkan penghargaan dari Pemerintah RI dalam hal pelestari bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Puluhan Alkitab dalam bahasa-bahasa daerah di Indonesia yang merupakan karya terjemahan LAI menjadi bukti yang sangat kuat dan tak terbantahkan.

Keberagaman bangsa Indonesia yang sangat indah yang diekspresikan dalam berbagai macam bahasa daerah menjadi kekayaan yang harus dilestarikan dengan segala daya dan upaya oleh semua pihak. Lembaga Alkitab Indonesia masuk dalam daftar lembaga yang memiliki kepedulian di atas. Ini semua demi kita bersama, Negara Kesatuan Republik Indonesia yang “Bhinneka Tunggal Ika.” Salam Alkitab Untuk Semua.[]

Sigit Triyono [Sekum LAI]

Keberagaman Yang Menyatukan

title

Perjalanan pendistribusian Alkitab Satu Dalam Kasih (SDK) Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) di Kepulauan Kei membawa kesan tersendiri bagi saya. Bagaimana tidak, selain alamnya yang indah, kepulauan Kei juga memiliki nilai keberagaman dan toleransi yang tinggi di antara masyarakatnya.

Pendistribusian Alkitab dilakukan di Kei Kecil (Ur Pulau, Warwut, dan Ohidertawun) dan Kei Besar (Tamangil, Lahairoi Lerohoilim, Ur Ohoimejan, dan Ad). Perjumpaan tim SDK LAI dengan umat Tuhan di Kei Kecil dan Kei Besar sungguh luar biasa. Ada yang istimewa saat kami tiba di sebuah desa bernama Tamangil, kami disambut oleh tarian anak-anak sekolah dasar, bahkan saudara-saudara umat Muslim juga menyambut kedatangan kami. Semua sukacita, semua membaur jadi satu. Tidak ada perbedaan di antara umat Kristiani dan Muslim. Kami merasa diterima seperti layaknya keluarga.

Dalam perjalanan SDK kali ini jumlah peserta atau Tim SDK LAI yang ikut ada sekitar 20 orang. Mereka adalah para Mitra LAI yang berasal dari KKPD LAI Mitra Bandung, KKPD LAI Mitra Jakarta, utusan dari Yayasan BPK Penabur Jakarta, dan beberapa warga gereja di sekitar Jabodetabek, serta staf LAI, baik dari Kantor Pusat maupun Perwakilan LAI Makassar. Tim SDK LAI kali ini datang dari berbagai daerah yang berbeda, usia yang berbeda, bahkan profesi yang berbeda-beda. Namun, satu tujuan kami, yaitu untuk menyampaikan Kabar Baik. Harapan Tim SDK LAI adalah agar Alkitab yang digalang sampai ke tangan saudara-saudara yang benar-benar membutuhkan Firman Tuhan di Kepulauan Kei, sehingga mereka nantinya dapat semakin mengenal Yesus Kristus, Sang Sumber Hidup itu sendiri.

Syukur kepada Tuhan atas penyertaan-Nya sepanjang 24-30 Oktober 2018, di mana Tim SDK LAI sudah diberikan kelancaran dalam perjalanan mendistribusikan 11.720 eks Alkitab dan Bagian-bagian hasil dukungan program SDK untuk Gereja-gereja dan jemaat di Kepulauan Kei. Kiranya nama Tuhan Yesus Kristus yang terus menjadi pemersatukan keberagaman kami dalam mewartakan Kabar Baik, sehingga firman Tuhan akan terus tersebar di seluruh pelosok negeri ini. [zegyp]

LAI & 15 Destinasi Wisata Danau Toba

title

Ada desa di pinggir Danau Toba yang bernama Tongging di Kecamatan Merek Kabupaten Karo Sumatera Utara. Sebuah desa yang tenang, sejuk, damai dengan pemandangan pinggir danau yang sangat indah. Seumur-umur saya baru satu kali ini sampai ke Tongging (28-31 Okt 2018) karena ada tugas menindaklanjuti kemitraan yang saling memberdayakan antara LAI dengan GBKP. Suasana desa Tongging sungguh tidak kalah dengan suasana pinggir Danau Victoria di Tanzania Afrika yang juga pernah saya singgahi karena tugas pelayanan Gereja beberapa tahun lalu.

Di satu pagi yang cerah 29/10/2018 saat saya berolah raga jalan kaki menyusuri pinggir danau Toba, saya meilhat papan pengumuman dengan judul “Visitor Information”. Terpampang disana sebuah peta yang dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Karo yang menerangkan tentang “Lake Toba Geopark” dengan 4 “Geoarea” dan 15 “Geosite” yang menghasilkan “Lake Toba Spectacular View”. Begitu luasnya wilayah “Geopark” ini, sehingga keseluruhan wilayahnya bernaung di bawah 7 Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, yaitu: (1) Kabupaten Tapanuli Utara, (2) Kabupaten Karo, (3) Kabupaten Simalungun, (4) Kabupaten Toba Samosir, (5) Kabupaten Humbang Hasundutan, (6) Kabupaten Samosir, dan (7) Kabupaten Pakpak Dairi.

Dalam hati saya bergumam: “pantaslah Pemerintah Pusat mengalokasikan dana trilyunan rupiah untuk pengembangan wisata di kawasan Danau Toba, ini karena begitu luasnya wilayah ini yang empat tahun lalu masih banyak infrastruktur belum tersedia.” Saat inipun saya lihat pembangunan infrastruktur masih giat dibangun di sana-sini.

Di dalam peta di atas Desa Tongging adalah “Geosite” nomor satu dari 15 “Geosite” yang ada. “Geosite adalah situs sejarah alam yang berhubungan dengan sejarah semesta, bumi dan manusia. Situs ini terbuka untuk kegiatan periwisata. Setiap situs geologi atau situs bentangan alam yang mengandung unsur keragaman geologi penting adalah ‘Geosite’. ‘Geosite’ dapat dijabarkan sebagai singkapan batuan atau bentangan yang menunjukkan nilai tingi sebagai warisan bumi. Situs itu mungkin ditemukan di tempat lain, tetapi secara umum sulit ditemui.” Demikian bunyi keterangan tentang “Geosite” di papan “Visitor Information” desa Tongging.

Saat saya berbincang dengan Pak Dermando Purba pemilik “Anugerah Tongging Hotel” dimana saya dan rombongan GBKP menginap, saya bertanya secara khusus: “Mengapa di kamar hotel ini tidak tersedia Alkitab Pak? Padahal standar internasional setiap hotel mestinya menyediakan Kitab Suci agama apapun sebagai kelengkapan pelayanannya.” Sambil tersennyum Pak Purba yang sudah sepuluh tahun mengelola hotelnya berujar: ”Saya pernah mendengar ada pembagian Alkitab gratis dari Gideon Internasional, tapi katanya diprioritaskan ke Sekolah-sekolah, jadi kami tidak dapat jatah itu.”

Lalu saya tawarkan bantuan untuk menghubungi Gideon International agar dikirim Alkitab cuma-cuma untuk semua kamar hotelnya. Pak Purba dengan semangat mengatakan: “Terima kasih Pak, saya tunggu bantuan Bapak.” Dan tidak lama sesudah saya bincang-bincang dengan Pak Purba, saya langsung Whatshap Pak Ridwan Naftali Koordinator Gideon International. Saya memberitahu tentang kebutuhan Alkitab di “Anugerah Tongging Hotel” lengkap dengan alamat dan peta lokasinya. Alhasil Pak Ridwan akan segera menindaklanjutinya agar segera ada yang mengirim Alkitab kesana.

Dengan akan dibangunnya hotel-hotel dan bertambahnya kunjungan wisatawan di Kawasan Danau Toba yang terdiri atas empat “Geoarea” dan limabelas “Geosite”, maka kebutuhan “supplay” Alkitab untuk diletakkan di setiap kamar Hotel menjadi sangat besar. Ini peluang tak terbantahkan, terutama bagi The Gideon International.

Lembaga Alkitab Indonesia selalu siap mendukung segala upaya distribusi Alkitab di pelosok negeri. Dengan harapan semakin banyak umat akan bertemu dan berinteraksi dengan Allah serta mengalami hidup baru di dalam Kristus. Salam Alkitab Untuk Semua.

Sigit Triyono (Sekum LAI)

Membagi Kasih di Kepulauan Kei Kecil dan Kei Besar

title

Ini pertama kali saya mengikuti program SDK LAI (Satu Dalam Kasih) Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). Program ini mendistribusikan Alkitab bagi jemaat-jemaat di P. Kei hasil sumbangan donatur. Beberapa kali saya hanya mendengar cerita dari pak Sigit Triyono. Cerita tentunya berbeda dengan kenyataan yang sesungguhnya.

Sebelum berangkat saya tdk pernah mencari tahu bagaimana jemaat Ur Pulau, jemaat Tamangil dan lainnya. Karena berangkat atau tdk masih belum bisa saya pastikan, walaupun saya bertekad untuk ikut tapi kalau bergerak saja sakit apa bisa dengan tekad saja?

Akhirnya di last minute, saya bisa memastikan ikut pergi. Jadi saya tidak bisa membayangkan bagaimana medan pelayanannya di sana. Perjalanan Jakarta-Ambon- Tual sebuah perjalanan yang biasa.

Sesampai di sana sudah malam. Kami dibagi untuk tinggal di beberapa rumah jemaat. Istilah kerennya "live in". Inipun bukan masalah buat saya. Saya bisa menikmati hidup bersama dengan mereka.

Ini perjalanan spiritual.

Perjalanan iman yang tdk bisa didapatkan di tempat lain. Ketika saya disana, justru saya yg banyak diberkati oleh semua yg saya hadapi, yaitu:
1. Masyarakat di sana masih asli, belum terkontaminasi perubahan jaman yang menggilas karakter asli mereka. Kepolosan dan ketulusan mereka saya rasakan.
2. Memberi dari kekurangan mereka. Ini pelajaran kedua yang saya dapatkan. Mereka bukan jemaat yang kaya maka mereka dibantu dalam memiliki alkitab. Tapi mereka menyiapkan makanan yang luar biasa untuk dinikmati bersama jemaat. Mereka memberikan apa yang ada pada mereka. Bukan dari kelebihannya.
3. Belajar dari peserta yang kebanyakan usianya di atas 60 tahun. Saat mau berangkat terselip juga keraguan, mampukah saya? Satu dari peserta yang saya kenal. sudah berusia di atas 60 tahun. Itu yang menguatkan saya untuk semakin bertekad ikut ke sana. Tapi bukan itu saja. Ada peserta yang berusia 82 tahun. Namun semangat mereka dalam melayani luar biasa. Mereka tidak mengeluh dan pantang menyerah dalam menjalani medan pelayanan yang harus ditempuh. Mungkin banyak orang yang memilih pesiar di kota kota besar apalagi dalam usia senja. Tapi mereka memilih ikut mendistribusikan alkitab dengan biaya sendiri. Tidak murah juga biayanya. Nanti ditulisan lainnya saya akan posting tentang beberapa peserta yang menginspirasi saya di FB saya.
4. Sukacita bersama. Melihat mereka antusias mempersiapkan acara, dan bernyanyi dengan sukacita membuat kita yang datang turut bersuka cita. Mereka juga menerima dengan penuh sukacita, itu juga sukacita kami semua.
5. Toleransi yang nyata. Saat kami membagikan di salah satu jemaat Tamangil, kami disambut tarian penyambutan. Yang menari anak anak dari saudara kita kaum muslim. Mereka menari di tengah terik matahari. Bahkan penabuh rebana nya guru mereka yang menggunakan hijab. Sebuah pemandangan yang sudah langka di bumi pertiwi. Yang disambut orang Kristen yang menyambut orang muslim. Luar biasa sekali.

Terima kasih Tuhan yang mengijinkan saya mengikuti perjalanan kali. Terima kasih untuk kesempatan yang Tuhan berikan. Banyak berkat yang luar biasa yang saya terima yang menambah dan menguatkan iman percaya saya.

Mari kita berbagi berkat unt saudara kita. Menengok keluar karena di sana masih banyak yang membutuhkan pertolongan kita.
LAI salah satu lembaga yang bisa kita pakai untuk menyalurkan berkat. Salam Alkitab Untuk Semua.

Jatibening, 31 10 2018

Catur Rini Cahyadiningsih