Jika tidak ada satupun di dunia ini yang terluput dari pandangan TUHAN dan setiap langkah kita diawasi-Nya, maka itu berarti dalam setiap waktu, di mana pun, dan dalam keadaan apa pun, Dia adalah Immanuel.
Benar kata Paulus, melanjutkan perjalanan akan sangat berbahaya bukan hanya pada muatan tapi juga pada nyawa mereka. Angin ribut mengamuk dengan hebatnya membuat para awak sulit mengendalikan kapal. Bahkan bagi mereka sama sekali tidak terlihat matahari dan bintang karena pekatnya awan badai di atas mereka. Dengan terpaksa mereka membuang muatan kapal dan membiarkan kapal itu berlayar mengikuti angin. Apa yang terjadi telah membuat mereka kehilangan harapan sama sekali untuk selamat.
Sahabat Alkitab, bagi kita yang tidak pernah mengalami pengalaman berlayar seperti yang dialami Paulus saat itu, cukup dengan membayangkannya saja pun sudah bisa menimbulkan ketakutan. Kalimat “Akhirnya lenyaplah harapan kami untuk selamat” dituliskan secara jujur oleh Lukas untuk menggambarkan perasaan mereka saat itu, tidak terkecuali Paulus. Saat badai hidup menerpa dengan begitu hebatnya, siapa pun dapat saja putus harap. Karena itu mari kita terus berdoa dan meminta kepada Tuhan agar dalam segala keadaan, Ia memampukan kita untuk memandang dengan mata yang tertuju kepada TUHAN, bahwa Ia ada bersama kita untuk melewati badai itu.
Selamat Pagi. Hendaklah setiap kita melekat dengan erat kepada TUHAN, agar ketika badai itu datang kita akan tetap berpaut dan berharap kepada-Nya.
Salam Alkitab Untuk Semua