Shellabear: Belajar Bahasa Untuk Menerjemahkan Alkitab Melayu

William Girdlestone Shellabear lahir dari keluarga bangsawan di Inggris. Sepertinya keluarga-keluarga bangsawan di Inggris, pendidikan militer adalah sebuah kewajiban yang harus diikuti, termasuk oleh Shellabear. Setelah lulus dari akedemi militer, tahun 1885 Shellabear ditempatkan menjadi perwira di Gosport, Portsmouth, Inggris. Shellabear juga diperbantukan menjadi salah satu pengajar di London Missionary Society (LMS). Kebenaran di Gosport berdiri LMS, sebuah tempat pelatihan dan pendidikan bagi persiapan menjadi calon penginjil yang akan dikirim ke wilayah-wilayah jajahan, termasuk Hindia Belanda. Di LMS inilah, Shellabear banyak berhubungan dengan calon-calon misionaris LMS, bahkan ia bertemu dengan calon istrinya.

Setelah setahun bertugas di Gosport, Shellabear kemudian ditugaskan ke Singapura sebagai komandan pasukan orang-orang Melayu untuk menjaga keamanan pelabuhan di Singapura. Hampir semua prajuritnya adalah orang Melayu, sehingga Shellabear memerlukan penerjemah. Tidak puas dengan dengan perantara penerjemah, Shellabear belajar Bahasa Melayu dengan seorang pribumi. Sekarang kemampuannya berbahasa Melayu semakin baik. Dengan dibantu beberapa anggota Gereja Methodis, Shellabear mulai menerjemahkan Sepuluh Perintah Allah, Khotbah Yesus Di Bukit, dan beberapa lagu dari Nyanyian Rohani ke dalam Bahasa Melayu.

Tekadnya ingin menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Melayu sudah semakin kuat, dengan tekad bulat di tahun 1890 Shellabear berhenti dari dinas ketentaraannya dan bekerja sebagai seorang misionaris utusan Gereja Methodis dan merintis pendirian percetakan dan penerbitan Alkitab dan buku-buku rohani di Singapura. Percetakan dan telah tumbuh menjadi penerbit yang besar. Pada tahun 1891, percetakan milik Shellabear berhasil mencetak Injil Matius dalam bahasa Melayu dengan memakai aksara Latin. Percetakan tersebut juga mencetak Alkitab dalam pelbagai bahasa, termasuk bahasa Jawa, Bugis, Tionghoa, serta berbagai dialek Tionghoa dalam aksara Latin.

Dalam waktu yang bersamaan, Shellabear bersama Uskup Hose dari Gereja Anglikan dan W.H. Gomes dari The Society for Propagation of the Gospel  ditunjuk oleh Lembaga Alkitab Inggris untuk menjadi Tim Penerjemah Alkitab Bahasa Melayu. Dalam waktu yang tidak terlalu lama Injil Matius diselesaikan oleh Tim Penerjemah ini dan dicetak pada tahun 1897. Pada tahun 1899, penerbitan milik Shellabear ditugaskan kembali dari lembaga Alkitab untuk menjadi penerbitan utama Perjanjian Baru dalam bahasa Melayu.

Untuk memperbaiki bahasa Melayunya, Shellabear pindah dari Singapura ke Malaka dan banyak bergaul dengan sastrawan dan budaya Melayu. Terjemahan Perjanjian Baru diselesaikannya pada tahun 1904 dan dicetak pada tahun 1910. Menanggapi permintaan Lembaga Alkitab untuk merevisi Perjanjian Lama terjemahan Klinkert, Shellabear membuat terjemahan baru yang diselesaikannya pada tahun 1909 dan diterbitkan dalam huruf Arab (Jawi) pada tahun 1912. Baru pada tahun 1927 – 1929, dicetaklah edisi huruf Latin, satu berdasarkan ejaan bahasa Inggris untuk disebarkan di Semenanjung Malaka, dan yang lain berdasarkan ejaan bahasa Belanda untuk disebarkan di Kepulauan Indonesia. Walau terjemahan Shellabear tidak banyak dipakai di Indonesia, terjemahan ini diterima baik dan merupakan terjemahan yang umum di Semenanjung Malaka dan Singapura.[]