
Indonesia adalah negeri keempat terbanyak penduduknya di dunia dan berada di kawasan Asia Pasifik. Dalam masyarakat yang sudah mengglobal, pergumulan Indonesia juga menjadi pergumulan negara-negara di kawasan Asia Pasifik, termasuk pergumulan yang tengah dihadapi oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). Mengingat selama ini sudah terjalin sinergisitas di bidang kealkitaban di kawasan ini menjadikan LAI tidak sendirian. Asia Pacific Affinity Alliance (AAA) di bawah United Bible Societies (UBS) adalah forum persekutuan antar lembaga Alkitab yang sudah eksis dan Tuhan pakai untuk memberkati Asia Pasifik.
Forum rapat tahunan AAA (yang keenam) di Taipei, 26-28 April 2018 dihadiri oleh 18 dari 21 Negara Anggota (minus Papua Nugini, Sri Lanka dan Selandia Baru). Rapat tiga hari yang sangat padat ini telah berhasil melakukan pembahasan secara marathon untuk persoalan seperti (1) mengidentifikasi masalah dan mencari solusi yang dihadapi di masing-masing anggota AAA, (2) diskusi tentang kemitraan bersama dalam pelayanan Alkitab untuk Republik Rakyat Cina (RRC), (3) berbagi pengalaman di bidang penerjemahan, produksi, dan distribusi Alkitab, serta (4) berbagi ide untuk melangkah bersama ke depan.
Saya mencatat setidaknya ada empat pergumulan bersama dan utama yang terus membutuhkan sinergisitas di antara anggota AAA, yaitu: (1) Pekerjaan Penerjemahan Alkitab. Hampir semua anggota AAA masih terus melakukan penerjemahan Alkitab ke dalam berbagai macam bahasa, bahkan sudah berkembang sampai ke bahasa isyarat. (2) Pengembangan Digital. Semua anggota AAA masih terus berupaya menjalankan visi-misi lembaga Alkitab melalui media digital di tengah masyarakat yang sedang berubah. (3) Keterbacaan Alkitab. Jumlah umat Kristen dan Katolik di semua negara anggota AAA adalah minoritas di masing-masing negaranya. Upaya untuk memastikan Alkitab dibaca, direnungkan dan dihayati oleh umat sangatlah penting sehingga melalui upaya ini diharapkan akan memberi dampak signifikan bagi negerinya masing-masing. (4) Pengelolaan dan kepeminpinan lembaga. Adanya kasus anggota AAA yang dihentikan sementara keanggotaannya dari UBS memerlukan solidaritas konkret dari angggota AAA yang lain.
Forum rapat telah menyetujui empat catatan pergumulan di atas dan merekomendasikan agar Global Management Team – United Bible Societies (GMT-UBS) menindaklanjuti lewat dukungan program-program konkret. Di samping itu, masing-masing peserta juga sepakat untuk melanjutkan komunikasi yang intens sebagai tindaklanjut dan konsekuensi menjalankan keempat rekomendasi di atas.
Sebagai peserta yang baru pertama kali mengikuti forum rapat tahunan ini, saya sangat tertolong dalam memahami masing-masing lembaga Alkitab se-Asia Pasifik dan berbagai peluang serta tantangan yang dihadapinya. Saya juga banyak belajar tentang perjuangan yang tidak mudah dalam melayani umat. Secara khusus saya belajar bagaimana Lembaga Alkitab Australia terus berjuang menghadirkan Kabar Baik bagi Gereja dan umat kristiani di benua Kanguru, meskipun kenyataannya jumlah umat kristiani di Australia sedang mengalami penurunan dari 74% di tahun 1991 menjadi 52%, di tahun 2017 lalu.
Rapat tahunan ini sungguh sangat menolong saya memberikan ide-ide jalan keluar dari berbagai pergumulan internal serta memperkokoh komitmen bersama di kawasan Asia Pasifik. Dinamika dan terkadang perdebatan dalam rapat membuat saya semakin dikuatkan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab pelayanan yang tidak mudah.
Di sela-sela rapat saya juga memperoleh kesempatan untuk menjalin persahabatan dengan para Sekretaris Umum dari lembaga-lembaga Alkitab Asia-Pasifik, yaitu: Australia, Banglades, Kamboja, Hongkong, India, Jepang, Korea, Laos, Malaysia, Mongolia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Lewat forum ini saya juga berkenalan dengan Presiden UBS serta anggota GMT dan tentu dengan panitia lokal Taiwan Bible Society. Indahnya persaudaraan untuk saling berbagi demi karya-karya terindah di bumi ini. Salam Alkitab Untuk Semua.
Sigit Triyono (Sekum LAI)