Tetapi jawab Ayub kepadanya: “Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya. (Ayub 2:10)
Oportunis adalah orang yang menganut paham oportunisme. Oportunisme adalah suatu aliran pemikiran yang menghendaki untung / kebaikan hanya demi diri sendiri atau kelompoknya. Dalam hal tertentu, wajar dan perlu orang berpikir untung rugi, misalkan dalam berdagang, memilih pekerjaan, dan seterusnya. Namun akan rusak, jika kalkulasi untung rugi terutama secara materi diterapkan dalam hal berteman, urusan adat, pelayanan bahkan hubungan dengan Tuhan. Berteman dengan seseorang saat dia kaya, waktu miskin lalu ditinggal. Selalu mendekat dengan seseorang saat dia punya jabatan, saat pensiun dilupakan. Itu satu ciri oportunis. Dalam hidupnya Ayub pernah mengalami situasi buruk, ditimpa berbagai bencana, kemalangan dan sakit penyakit. Dalam situasi seperti itu Ayub tetap berusaha menjadi orang saleh, dia tidak meninggalkan Tuhan. Lalu istrinya marah dan kepadanya: “Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!” (ayat 9). Jawaban yang luar biasa dari Ayub. Apakah kita hanya mau menerima yang baik saja dari Allah, tetapi tidak mau yang buruk?
Satu teladan keteguhan iman. Ayub bukan oportunis. Ilmu manajemen mengajarkan kita banyak logika dan termasuk hitungan untung rugi. Kita perlu hikmat menerapkan itu dalam terang firman Tuhan. Karena jika semua hal dalam hidup ini kita lakukan dengan kalkulasi untung rugi, maka itu bisa jadi berhala dalam hidup kita. Ketaatan kepada Tuhan melebihi kalkuasi untung rugi. Itu yang Tuhan Yesus lakukan di kayu salib. Pengorbanan karena kasih. Jangan jadi oportunis. Mari belajar kepada teladan Tuhan Yesus.[us]