Gelora kobaran api yang membara, seketika redah oleh sejuknya aliran air.
Siapapun bisa dengan mudah menyulut api, tetapi siapakah yang olehnya dapat menaklukkan geram dan kemarahan? Hanya orang-orang yang mampu bertutur dengan ramah yang dapat melakukannya. Siapapun tahu, api tidak dapat dipadamkan dengan api.
Sahabat Alkitab, kadang yang membuat kemarahan menjadi semakin berlipat-lipat adalah karena ketidakmampuan kita untuk menahan ego. Jika sudah begitu muaranya adalah pertikaian, percideraan, bahkan pembunuhan. Kedua pihak akan hangus menjadi arang. Amsal berkata, “Dengan jawaban yang ramah, kemarahan menjadi reda; jawaban yang pedas membangkitkan amarah.” Belajarlah kepada Yesus yang sekalipun tidak berdosa, Ia dihina, diludahi, disesah, disalibkan, namun tetap dapat berkata, “Bapa, ampunilah mereka! Mereka tidak tahu apa yang mereka buat.” Jangan membalas jahat dengan jahat, karena jika kita melakukannya berarti kita sedang membangun lingkaran kejahatan.
Selamat Pagi. Jika ada tokoh yang dari-Nya kita patut belajar tentang keramahan, maka Dia adalah Yesus. Belajarlah pada-Nya, sebab Ia lemah lembut. Kiranya di Jumat yang Agung ini kita kembali merenungkan sengsara Yesus agar kita tahu bagaimana cara mensyukuri pengorbanan-Nya.