Info Biblika: Terjemahan Modern & Masalah Teks: Sebuah Contoh Tentang NIV

Beberapa waktu lalu, LAI mendapat pertanyaan dari pembaca yang menggunakan salah satu terjemahan  dalam bahasa Inggris, yakni New International Version. Ada dua hal yang dipersoalkan: Pertama, penerbitnya Harper Collins adalah penerbit yang menerbitkan Satanic Bible dan The Joy of Gay Sex. Kedua, dalam versi elektronisnya NIV menghilangkan 45 ayat lengkap dan mengganti 64.575 kata dalam Alkitab, termasuk istilah-istilah kunci seperti TUHAN, Kalvari, dan Roh Kudus. Sebagai pembaca Alkitab, tentu wajar bila terjemahan berpengaruh seperti NIV menghadirkan pertanyaan krusial terkait kesahihan dan ketepatannya.
Penjelasan berikut ini terutama merespons kedua persoalan tersebut secara singkat.
PERTAMA, terkait penerbitnya dapat dicatat secara singkat bahwa di Amerika Serikat, para penerbit sekuler juga dapat menerbitkan Alkitab. HarperCollins milik Rupert Murdoch telah mengakuisisi Zondervan penerbit NIV sebelumnya. Dalam “aturan main” di sana, bisa saja Alkitab diterbitkan oleh penerbit yang menerbitkan pula buku-buku yang bertentangan dengan ajaran Alkitab seperti Satanic Bible dan The Joy of Gay Sex. Situasi seperti itu, syukurnya, tidak terjadi di Indonesia ini. Di tanah air kita, untuk urusan Alkitab, gereja-gereja, baik Protestan maupun Katolik, mempercayakan penerjemahan dan penyebarannya  kepada Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) yang juga mendapat mandat dari kementerian agama NKRI. Bagi kita di Indonesia, urusan Alkitab bukan semata-mata urusan bisnis penerbitan tetapi terutama menyangkut kepercayaan umat pembaca Alkitab dan ketepercayaan penyediannya.
KEDUA, mengenai penghilangan ayat-ayat dan penggantian puluhan ribu kata dalam terjemahan modern seperti NIV, patutlah diketahui para pembaca Alkitab bahwa terjemahan-terjemahan modern memanfaatkan penemuan-penemuan ribuan naskah kuno yang semakin lengkap dan sahih seperti Naskah-Naskah Laut Mati (sejak 1947). Prinsipnya adalah keterbukaan untuk semakin mendekatkan isi Alkitab pada teks-teks sumbernya sejauh dapat ditemukan. Tentu saja, ini tidak berarti bahwa terjemahan-terjemahan sebelumnya sangat keliru. Dapat dipastikan, tidak ada ajaran Alkitab yang sentral menyangkut Tuhan kita dan keselamatan mengalami perubahan oleh karena penemuan naskah-naskah tersebut. Namun, kejujuran pada kebenaran mengharuskan keterbukaan pada temuan-temuan ini sehingga bagian-bagian tertentu diperjelas dan dipertajam terjemahannya.
Itu sebabnya terjemahan-terjemahan utama dalam bahasa modern, termasuk Alkitab Terjemahan Baru (TB LAI), dengan jujur menandai ayat-ayat tertentu atau bagiannya dengan tanda kurung bila tidak didukung naskah-naskah terkuno dan terbaik. Ada juga yang menghilangkannya dari teks utama tetapi mencantumkannya dalam catatan kaki seperti yang dilakukan oleh NIV, NRSV, ESV, dan terjemahan lainnya. Contoh terkenalnya adalah doksologi “Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya” pada akhir Doa Bapa Kami (Matius 6:13). Dalam Alkitab TB LAI, bagian ini ditandai dengan kurung (bandingkan New King James Version yang memuatnya tetapi dalam catatan kakinya toh diakui bahwa naskah-naskah kuno lain tidak memuat tambahan tersebut).
Jadi ayat-ayat yang katanya dihilangkan dari NIV dalam versi elektronisnya (seperti Mat 17:21; 18:11; 23:14) adalah teks-teks yang tidak terdapat dalam naskah-naskah yang terkuno. Berdasarkan usia dan kualitas naskah, tambahan ini sebenarnya dapat dihilangkan. Namun, karena telah menjadi tradisi yang diteruskan turun-temurun, sebagian seperti NKJV dan TB-LAI tetap mencantumkannya.  Rupanya dalam versi elektronis, NIV tidak mencantumkannya dalam teks utama, namun isinya masih dapat dibaca dalam catatan kaki (termasuk dalam versi elektronisnya).
KETIGA, terkait dengan kata-kata yang dihilangkan (seperti Jehovah, Calvary, Holy Ghost), sebenarnya istilah-istilah yang sudah arkais ini  tidak dihilangkan sama sekali dalam terjemahan-terjemahan Inggris modern. Orang berbahasa Inggris modern pun tidak akan menggunakan kata-kata ini lagi kecuali dalam liturgi yang sengaja dikuno-kunokan. Dalam email versi Indonesia yang disebarkan, padanan Indonesianya  (“TUHAN, Kalvari, Roh Kudus”) sangat mengaburkan masalah pokoknya. Dalam NIV, misalnya, Jehovah diganti dengan LORD padanan untuk YHWH (bnd. TUHAN dalam Alkitab TB; juga “LORD” dalam NRSV, ESV, NJKV); Calvary menjadi Skull (untuk bukit Golgota); Holy Ghost menjadi Holy Spirit.
Kata-kata seperti Jehovah atau Holy Ghost muncul ribuan kali dalam Alkitab, sehingga kesan perubahan berjumlah besar memang dapat dimengerti, walaupun belum tentu terkait dengan isi atau substansinya.
Semoga penjelasan singkat ini bermanfaat.
Alkitab Untuk Semua
 Pdt. Anwar Tjen, Ph.D, Kepala Departemen  Penerjemahan LAI