Ibrani, Aram, dan Yunani

Beberapa waktu lalu saya mengikuti Pemahaman Alkitab (PA) berbahasa Inggris khusus kaum Bapak di sebuah gereja di Jakarta Selatan. Narasumbernya orang Amerika dan pesertanya kebanyakan orang Indonesia yang beristerikan perempuan “bule”. Metode yang digunakan ada presentasi dari narasumber dan ada diskusi kelompok. Masing-masing peserta diberi kesempatan mengekspresikan pendapatnya atas topik yang sedang dibahas. Saat saya mengikuti PA tersebut topik yang dibahas adalah Kitab Yesaya yang diadakan 3 jam setiap senin malam dengan durasi selama satu semester (6 bulan). Di beberapa kali diskusi ada beberapa peserta yang “mengeluhkan” hasil terjemahan LAI berbasis membandingkannya dengan terjemahan dalam bahasa Inggris (entah versi yang mana). Mereka selalu mengacu Alkitab berbahasa Inggris namun juga melirik Alkitab terbitan LAI. Karena bagaimanapun bahasa Ibu mereka bahasa Indonesia. Saya sempat menjelaskan bahwa LAI menerjemahkan Alkitab sama sekali bukan dari bahasa Inggris, tapi setia pada teks asli dalam bahasa Ibrani, Aram dan Yunani.

Para penerjemah LAI terdiri atas tim ahli senior dengan pendidikan doktoral yang berkaitan dengan teologi dan ketiga bahasa di atas. Dalam pengerjaan penerjemahan selalu melibatkan para mitra yang juga sekumpulan ahli bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa daerah di Nusantara serta selalu melibatkan sebanyak mungkin gereja-gereja di Indonesia. LAI sejak kelahirannya di tahun 1954 tergabung dalam persekutuan United Bible Societies (UBS) yang berkantor pusat di London dan Geneva. Sekarang tidak kurang dari 146 Lembaga Penerjemah di seluruh dunia tergabung dalam UBS. Keanggotaan LAI di dalam UBS memungkinkan adanya standar penerjemahan yang diakui bersama oleh mayoritas lembaga-lembaga penerjemahan Alkitab di planet bumi ini. Menurut Pdt. Anwar Tjen, Ph.D. Kepala Departemen Penerjemahan LAI yang selalu meng up date metode dan ilmu penerjemahan Alkitab, memang ada beberapa kata dalam bahasa Ibrani, Aram dan Yunani yang bisa diterjemahkan berbeda oleh penerjemah yang berlatar belakang bahasa Ibu yang berbeda. Sedikit keperbedaan itu tidak menisbikan fakta bahwa mayoritas hasil penerjemahan Alkitab di seluruh dunia bermakna sama meski dalam bahasa berbeda. Intinya, tidak perlu dibesar-besarkan bila ada perbedaan karena memang fakta yang sama bisa diekspresikan berbeda dalam bahasa yang berbeda. Disinilah pentingnya belajar memahami Alkitab dengan mendengar para ahli bahasa asli Alkitab, bukan hanya bahasa Inggris.

LAI selalu terbuka pada setiap diskusi soal penerjemahan agar semua menjadi terang benderang. []

Salam Alkitab Untuk Semua.

Sigit Triyono (Sekum LAI)