“Saya kalau membaca Alkitab dalam bahasa Jawa, rasanya lebih meresap ke lubuk hati yang paling dalam,” kata sobat saya yang tinggal di Yogyakarta. “Kadang-kadang ada kata dalam bahasa Batak yang tidak bisa dibahasa-Indonesiakan, sehingga Alkitab dalam bahasa Batak jauh lebih mendalam maknanya,” ungkap seorang sobat yang tinggal di Medan. Ibu setiap orang selalu menyatu dalam jiwanya sepanjang masa. Begitu juga ternyata “bahasa Ibu” atau bahasa daerah memiliki kekuatan tersendiri dalam penghayatan spiritualitas seseorang. Bagi orang yang setiap hari berkomunikasi dengan bahasa daerah dan hanya sekali-sekali berkomunikasi dengan bahasa Indonesia atau bahasa lain, maka Alkitab dalam bahasa daerahnya pastilah sangat menolong dalam penghayatan spiritualitasnya. Bahasa Ibu yang sudah pernah digunakan dalam beberapa tahun perjalanan hidup seseorang sama sekali tidak pernah dapat dilupakan, meski sudah ditinggalkan berapa puluh tahun. “Usia saya 67 tahun, saya lahir dan besar di Solo sampai usia 18 tahun, selanjutnya saya merantau di Jakarta. Walau sudah 49 tahun di Jakarta, tetap saja kalau mengungkapkan perasaan hati dan menghayati firman Tuhan terasa jauh lebih mantap dalam bahasa Jawa,” kata seorang sobat warga Gereja Kristen Jawa Tangerang.
Salah satu misi Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) adalah menerjemahkan, memproduksi, menerbitkan dan menyebarkan Alkitab dan bagian-bagiannya ke dalam sebanyak mungkin bahasa, dalam beragam bentuk dan media, serta dengan harga yang terjangkau. Dalam perjalanan 64 tahun pelayanannya, LAI sudah memproduksi bagian-bagian Alkitab dalam 77 bahasa daerah di Indonesia dan Alkitab Perjanjian Lama serta Perjanjian Baru dalam 33 bahasa. Menurut Badan Pusat Statistik 2010 ada 1.211 bahasa daerah, 300 kelompok etnis dan 1.340 suku bangsa di Indonesia. Bila mengacu pada data tersebut maka sungguh LAI membutuhkan dukungan doa khusus, segala daya dan kekuatan dari semua pihak.
Triyono Sigit