Ya’ahowu!! Demikianlah sapaan hangat yang bergema dari Nias. Sapaan tersebut kurang lebih berarti sapaan persaudaraan dalam damai yang khas digunakan sebagai salam pertemuan penduduk Nias. Nias merupakan nama bagi sebuah pulau yang terletak di sebelah barat bagian utara Pulau Sumatra. Dengan luas kurang lebih 5.500 km2, Nias adalah pulau yang terbesar di antara 131 gugusan pulau kecil yang tersebar di sekitarnya. Nias juga merupakan nama suku yang menjadi penghuni pulau tersebut, yang kini bahkan masih memiliki jejak-jejak kebudayaan zaman megalitikum. Sebagai sebuah sistem ketahanan lokal, desa-desa di pulau ini pada umumnya terdapat di bagian dalam pulau yang sulit dijangkau. Pulau Nias dibagi menjadi empat kabupaten dan satu kota: Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Utara, dan Kota Gunungsitoli, dengan jumlah penduduk sekitar 800.000 jiwa yang mayoritas beragama Kristen. Pekerjaan utama masyarakat Nias adalah bertani, mulai dari pertanian padi sawah hingga pertanian produk-produk perkebunan. Sampai saat ini, sebagian besar penduduk yang bertani masih menggunakan teknologi pertanian yang sangat tradisional serta kesulitan memanfaatkan teknologi pertanian modern. Selain bertani, sebagian masyarakat Nias juga menjadi nelayan untuk bertahan hidup.
Sebenarnya penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Nias sudah dilakukan pada pertengahan abad ke-19 dan diterbitkan pada tahun 1913. Alkitab yang umur penerjemahannya sudah satu abad inilah yang menggugah hati dan benak gereja-gereja di Nias yang menggunakan Alkitab bahasa Nias sebagai sarana peribadahan dan pembinaan iman anggota jemaat mereka.
Berbagai perkembangan di dalam bahasa Nias yang telah terjadi selama kurun waktu satu abad menjadi penyebab utama sulitnya Alkitab bahasa Nias dipahami oleh para penuturnya di masa kini. Kegundahan yang dirasakan para pengguna Alkitab bahasa Nias inilah yang mengundang kerinduan LAI untuk mengadakan revisi Alkitab bahasa Nias.