Sinode Gereja Kristen Sulawesi Barat bekerja sama dengan Kartidaya melakukan tugas penerjemahan Alkitab agar Gereja dan umat kristiani Kalumpang di Sulawesi Barat dapat membaca Firman Tuhan dalam bahasa ibu mereka. Sinode GKSB meminta LAI untuk menerbitkannya. Sembari Konsultan Penerjemahan LAI memeriksa naskah terjemahan yang dihasilkan sebelumnya, LAI mengajak gereja-gereja dan umat kristiani untuk menggalang dukungan bagi penerbitan Alkitab Perjanjian Baru dalam bahasa Kalumpang.
Agama dan Kepercayaan
Pada zaman dahulu masyarakat Kalumpang adalah animisme, mereka memiliki kepercayaan yang disebut “ma’dewata” atau “kepercayaan terhadap dewa-dewa” (dewa matahari, dewa bulan, dewa air, sewa gunung, dll.). Masyarakat berjumpa dengan Injil pada tahun 1932 melalui para misionari dari zending Belanda. Pada zaman penjajahan Belanda seorang utusan zending, A. Bikker datang ke Kalumpang memperkenalkan ajaran dan iman Kristen kepada masyarakat dan berhasil mendidik putra-putri penduduk Kalumpang menjadi pengikut Kristus, dan di antara mereka ada yang menjadi guru Injil. Walaupun suku Kalumpang saat ini pada umumnya pemeluk agama Kristen Protestan, namun di sisi lain masih ada sebagian masyarakat yang mengawinkannya dengan kepercayaan lama (animisme). Memperhatikan hubungan kehidupan antar umat beragama di daerah ini sangat baik, dimana mereka saling menghargai antara pemeluk agama yang satu dengan yang lain. Hal ini terbukti dari kehidupan mereka, di mana dalam satu keluarga ada berbagai agama.
Masyarakat Kalumpang mempertahankan hidup berdampingan secara damai dengan memegang ikrar “mesa kada ipotuo, pattan kada ipomate” atau “satu hati kita hidup dan banyak perbedaan kita mati.” Hal ini terlihat dimana dalam acara-acara keagamaan dapat dihadiri oleh mereka yang menganut kepercayaan lain dan mereka melakukannya dengan senang hati. Walaupun sudah sekian lama masyarakat Kalumpang telah menjadi Kristen, tetapi pemahaman terhadap Injil masih lemah. Hal yang sangat menonjol adalah para pemimpin dan warga jemaat sangat kurang mengerti bahasa Indonesia dengan baik, karena pada umumnya pemimpin jemaat tamatan SD dengan tingkat pemahaman bahasa Indonesia yang rendah, sehingga mereka kesulitan memahami Alkitab dalam bahasa Indonesia. Seiring dengan adanya terjemahan Alkitab di beberapa bahasa daerah, maka masyarakat Kalumpang pun merindukan adanya Firman Tuhan dalam bahasa ibu sendiri, supaya dapat memahami dengan baik maksud yang disampaikan dalam Firman Tuhan tersebut. Dalam setiap ibadah, para pemimpin ibadah berusaha untuk menyampaikan Firman Tuhan dalam bahasa daerah untuk menolong jemaat memahaminya, dan bahkan berusaha untuk menerjemahkannya secara lisan dari pembacaannya.
Program Penerjemahan
Menyikapi kondisi jemaat dan kerinduan masyarakat untuk memiliki Firman Tuhan dalam bahasa sendiri, maka pada tahun 2003 Sinode GPSS (sekarang: Gereja Kristen Sulawesi Barat, GKSB) telah membentuk tim penerjemah dan bekerja sama dengan Kartidaya, melalui pelatihan prinsip-prinsip penerjemahan. Program penerjemahan baru berjalan sejak tahun 2007, dan mulai memperkenalkan bahan terjemahan kepada masyarakat hingga saat ini. Bahan draft dipakai dalam setiap persekutuan ibadah di rumah tangga dan persekutuan kategorial. Untuk menerbitkan Perjanjian Baru dalam bahasa Kalumpang, Sinode GKSB bekerja sama dengan Lembaga Alkitab Indonesia. Namun sebelum Alkitab tersebut diterbitkan, maka Konsultan Penerjemahan LAI akan memeriksa kembali naskah terjemahan yang ada. Sementara proses pemeriksaan naskah terus berjalan, LAI mengajak seluruh umat kristiani untuk menggalang dukungan bagi penerbitan Perjanjian Baru Kalumpang ini.
Anggaran Penerbitan | |
Editing | Rp. 18.560.000,- |
Pencetakan | Rp. 290.000.000,- |
Ongkos Kirim | Rp. 20.000.000,- |
Peluncuran dan Distribusi | Rp. 12.303.225,- |
Sosialisasi | Rp. 37.282.500,- |
Pelayanan umum LAI | Rp. 37.814.572,50 |
Total Biaya | Rp. 415.960.297,50 |
Usaha dana yang telah dicapai per 31 Oktober 2017 sebesar Rp. 101.195.281,-
Jadi total dana yang masih dicari sebesar Rp. 314.765.016,50