Selain masalah pendanaan, ada banyak tantangan dalam menerbitkan Firman Tuhan dalam bahasa daerah, diantaranya ada sulitnya mencari tenaga penerjemah yang kompeten. Seperti tantangan Sinode Gereja Masehi Injili di Timur (GMIT) dalam menghadirkan Firman Tuhan dalam bahasa Sabu. Namun tantangan ini dapat diatasi berkat dukungan Anda, sehingga Kabar Baik Bergambar bahasa Sabu dapat diterbitkan.
Bahasa Sabu adalah bahasa yang dituturkan oleh orang Sabu yang mendiami Pulau Sabu. Pulau ini merupakan bagian dari Kepulauan Sabu yang terdiri dari Pulau Sabu, Raijua, dan Dana. Menurut penuturan orang Sabu leluhur mereka berasal “dari laut yang jauh sekali tempatnya”. Sejak tahun 2008 Pulau Sabu yang oleh masyarakatnya dikenal sebagai Rai Hawu telah berstatus kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan nama Kabupaten Sabu Raijua. Pulau indah yang tersembunyi dengan luas 460,47 km2 memiliki penduduk sekitar 92.713 jiwa. Karena tingkat mobilitas yang tinggi orang Sabu menyebar ke seluruh Nusa Tenggara Timur seperti Kupang dan sekitarnya, Pulau Timor, Ende-Flores, Waingapu-Sumba, Melolo-Sumba serta Reo-Flores. Di tanah perantauan mereka tetap menuturkan bahasa daerah mereka. Bahasa Sabu (Hawu atau Sawu) terdiri dari lima dialek, yaitu Seba (Heba), Mesara (Mehara), Timu (Dimu), Liae, dan Raijua. Bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia, Malayo-Polinesia Tengah, dan Bima-Sumba. Berdasarkan data tahun 1997, diperkirakan ada 110.000 penutur bahasa Sabu dan tidak sedikit di antaranya berada di luar Pulau Sabu. Karena masih banyak orang Sabu yang belum bisa berbahasa Indonesia, bahasa Sabu menjadi alat komunikasi sehari-hari yang utama. Bahasa ini memainkan peranan penting dalam kehidupan berbudaya masyarakat Sabu. Seperti banyak masyarakat lainnya di Indonesia, orang Sabu masih mempertahankan adat istiadat yang khas. Di antaranya adalah upacara adat dan sastra lisan yang mereka warisi dari leluhur secara turun temurun dan telah membentuk kepribadian masyarakat Sabu. Hingga kini masyarakat Sabu masih mempertahankan kepercayaan asli yang dikenal dengan nama Jingitiu. Menurut data kependudukan pada tahun 2016, tercatat sebanyak 87 persen masyarakat Sabu memeluk agama Kristen Protestan dan 2 persen lagi Katolik. Sejarah mengungkapkan kekristenan di Pulau Sabu sudah dimulai sejak pertengahan abad ke-18 berkat dedikasi sebuah badan misi asal negeri Belanda.
Saat ini, salah satu gereja Tuhan yang melayani di sana adalah Gereja Masehi Injili Timor (GMIT). Tantangan bagi Gereja kini adalah menghadirkan Injil bagi masyarakat Sabu seraya tetap menghargai adat istiadat yang masih mereka pegang. Dengan menerbitkan Kabar Baik Bergambar dalam bahasa Sabu, kita berharap agar Injil semakin mengakar di antara anak-anak Sabu dan turut membentuk identitas dan visi mereka dalam menghadapi perubahan zaman.
Anggaran Penerbitan | |
Penerjemahan | Rp. 28.662.000,- |
Pencetakan | Rp. 340.000.000,- |
Ongkos Kirim | Rp. 25.000.000,- |
Sosialisasi | Rp. 39.366.200,- |
Peluncuran dan Distribusi | Rp. 11.809.860,- |
Pelayanan umum LAI | Rp. 44.483.806,- |
Total Biaya | Rp. 489.321.866,- |