Berapa puluh tahun lalu LAI telah menerbitkan Alkitab bahasa Yali Ninia (Selatan): “Allah Wene Fano Wene”. Seiring dengan pertumbuhan jemaat penutur bahasa Yali Ninia, maka Alkitab bahasa Yali Ninia minta dicetak ulang. Berkat dukungan gereja-gereja dan umat kristiani di kota-kota besar, kerinduan mereka untuk memiliki Alkitab bahasa Yali Ninia sudah terwujud.
Istilah Yali adalah nama-nama yang digunakan oleh Suku Dani, salah satu suku besar di daratan Papua, untuk suku tetangga mereka di sebelah timur dan timur laut. Kampung-kampung Suku Yali itu terletak di lembah-lembah curam dan sulit dijangkau. Daerah itu sangat terpencil, penghuninya tidak terdiri dari satu kelompok yang memiliki satu ciri khas saja, tapi beragam. Mereka hidup terpisah oleh keadaan geografis yang cukup menghambat komunikasi. Orang Yali tidak menamakan dirinya sendiri Yali. Jadi Yali dan Yalimu sebenarnya berarti tetangga kita di sebelah timur (istilah relasi). Karena gereja dan pemerintah selalu memakai istilah Yali dan Yalimu untuk mereka maka akhirnya mereka sendiri menerima nama itu dan sekarang menyebut diri Yali. Yalimu (negeri atau tempat tinggal orang Yali) terletak antara 1390 15’ 30’’ LS dan 4004’2’’ LS. Daerah itu diapit oleh empat sungai besar yaitu Sungai Ubahak di sebelah timur, kemudian Sungai Yalubi, Sungai Sibi dan di sebelah barat Sungai Pondeng. Jumlah penduduk Suku Yali sekitar 49.000 jiwa. Oleh suku tetangganya yaitu Suku Dani, orang Yali disebut sebagai “pemakai ikat pinggang rotan” (sabiyap). Berbeda dari tetangganya, laki-laki Yali memakai ikat pinggang kuning, terbuat dari rotan yang dililit puluhan kali sekeliling tubuh mereka hingga menutupi bagian tengah tubuh mereka. Bagian bawah sebelah muka ditahan oleh koteka dengan benangnya, bagian belakang tergantung hingga lipatan lutut.
Secara linguistik, bahasa Yali termasuk dalam rumpun bahasa Dani dan memiliki 4 dialek, yaitu: dialek Ninia (sebelah selatan Lembah Baliem), dialek Angguruk (sebelah barat), dialek Apahapsili (tengah utara), dan dialek Pass Valley (sebelah barat). Walaupun ada perbedaan dialek, namun penduduk di daerah ini bisa berkomunikasi langsung tanpa hambatan. Tempat tinggal orang-orang Yali menyebar di dataran tinggi antara 1000 hingga 2000m. Sesuai lingkungan hidup mereka, rata-rata orang Yali hidup sebagai petani atau berladang. Selain itu mereka juga beternak babi dan memelihara anjing yang membantu mereka dalam berburu. Itu sebabnya, hidup mereka sangat tergantung kepada hasil-hasil ladang seperti singkong, keladi, pepaya, sayur-sayuran dan hasil ternak atau perburuan mereka. Namun karena keterbatasan infrastruktur dan transportasi menyebabkan kendala yang cukup besar bagi mereka untuk memasarkan hasil bumi atau peternakan mereka ke kota untuk dijual. Dalam keterbatasan dan kesederhanaan inilah umat Tuhan di Yali ditantang terus dapat hidup dalam terang Firman Tuhan. Beberapa tahun yang lampau LAI telah menerbitkan Allah Wene Fano Wene, Alkitab dalam bahasa Yali Ninia atau Yali Selatan. Menyadari betapa besarnya peran Alkitab dalam pertumbuhan iman jemaat Tuhan di Yali Ninia, umat Tuhan di sana mengharapkan agar Alkitab dalam bahasa Yali Ninia ini dapat dicetak ulang. Banyak dari mereka yang rindu untuk memiliki dan membaca Firman Tuhan dalam bahasa mereka. Namun cetakan lama Alkitab bahasa Yali Ninia tersebut sudah tidak tersedia lagi.
Harapan dan kebutuhan ini kiranya menjadi undangan yang dapat menggerakkan kita untuk memberi berbagai dukungan, baik doa, daya, maupun dana, dengan satu harapan: lebih banyak umat Tuhan di Yali Ninia yang dapat membaca Firman Tuhan dalam bahasa mereka sendiri, sehingga semakin banyak dari mereka yang memperoleh kesempatan disapa oleh Firman Tuhan yang menuntun mereka kepada hidup baru yang kekal di dalam Tuhan Yesus Kristus.
Anggaran Penerbitan | |
Pencetakan 5000 eksemplar | Rp. 272.500.000,- |
Ongkos Kirim | Rp. 35.250.000,- |
Sosialisasi | Rp. 30.775.000,- |
Peluncuran dan Distribusi | Rp. 9.232.500,- |
Dukungan Pelayanan LAI | Rp. 34.775.750,- |
Total Biaya | Rp. 382.533.250,- |