PBA Parigi Moutong 2018

Sekilas Tentang Kabupaten Parigi Moutong
Secara yuridis, Kabupaten Parigi Moutong berdiri pada 2002 dengan luas 5.089, 91 km2 dan Parigi sebagai ibukota. Terletak sekitar 65 km dari Palu dan memanjang kearah utara, kabupaten ini tidak hanya berbatasan dengan kabupaten lain di Sulawesi Tengah tetapi juga dua provinsi lain di Sulawesi, yaitu: sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Buol, Kabupaten Toli-Toli dan Provinsi Gorontalo; di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Poso dan Provinsi Sulawesi Selatan. Sebelah barat berbatasan dengan Kota Palu dan Kabupaten Donggala. Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Tomini. Secara topografi, Parigi Moutong berada di hamparan pegunungan dan perbukitan yang membentang sepanjang pantai dari utara sampai selatan memiliki ketinggian rata-rata 15-375 m di atas permukaan laut. Daerah berbukit dan bergunung terutama berada di bagian barat dan utara. Adapun dataran rendah dan landai banyak ditemukan di bagian tengah hingga timur, berbatasan dengan laut. Topografi yang didominasi pegunungan dan perbukitan dengan tanaman dan pepohonan lebat serta berbatasan dengan Poso maka Parigi Moutong juga tak jarang menjadi bagian dari operasi Tinombala yang bermaksud menangkap teroris di bawah jaringan Santoso yang diberitakan telah mengambil korban sejumlah penduduk kabupaten ini.

Di Parigi Moutong terdapat beragam suku yang berasal dari Sulawesi Tengah sendiri, diantaranya adalah Kaili, Lauje, Tajio, Tialo, dan Bolano, selain pendatang dari provinsi lain, yaitu Bali, Jawa, Manado, dan banyak suku lainnya. Adapun gereja-gereja yang berada di Parigi Moutong adalah antara lain adalah Gereja Kristen Sulawesi Tengah, Gereja Protestan Injili Donggala (GPID), Bala Keselamatan, Gereja Pantekosta di Indonesia, Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, Gereja Pantekosta Serikat Di Indonesia, Gereja Katolik (Keuskupan Manado), Gereja Firman Allah, Gereja Bethel Indonesia, dan Gereja Sidang Jemaat Allah.

Program PBA di Kabupaten Parigi Moutong
Direncanakan program PBA di Parigi Moutong akan menjangkau sekitar 1.100 orang buta aksara yang terutama berusia 15 – 60 tahun di Kecamatan Tinombo, Palasa, dan Bolano Lambunu, sebagai 3 kecamatan dengan angka buta aksara paling banyak di Kabupaten Parigi Moutong. PBA ini akan diselenggarakan bekerja sama dengan gereja-gereja, yaitu Gereja Protestan Indonesia di Donggala, Gereja Kristen Sulawesi Tengah, Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, dan Gereja Pantekosta di Indonesia. Terbuka kemungkinan bahwa dalam pendataan peserta, mitra gereja ini akan bertambah.

Adapun hasil yang diharapkan adalah:

  • Pada akhir program terdapat 75% (+ 825 orang) dari 1.100 peserta yang telah dapat membaca, secara khusus membaca Alkitab, di samping menulis, dan berhitung sederhana.
  • Dengan kemampuan membaca dan menulis tersebut, mereka dapat membantu anak-anaknya belajar, serta berperan secara aktif dalam gereja dan masyarakat.

Selain itu, untuk memastikan bahwa mereka yang sudah bisa membaca dan menulis dapat terus memiliki kemampuan ini akan dilakukan dua upaya:

  • Mendirikan 10 perpustakaan di 10 lokasi yang strategis. Perpustakaan akan dikelola oleh jemaat/paroki dan terbuka untuk umum.
  • Merekomendasikan kepada Gereja dalam hal ini jemaat dan paroki yang terlibat agar membuat program yang melibatkan kemampuan membaca peserta, antara lain memberi kesempatan kepada warga belajar ini untuk membaca Alkitab, dalam ibadah maupun kegiatan lainnya.

Anggaran
Dengan peserta 1.100 orang yang terbagi dalam 70 kelompok dan 82 personil (terdiri atas 80 tutor, 10 koordinator wilayah, 1 pimpinan lapangan, dan 1 staf administrasi keuangan) dan kegiatan belajar berlangsung selama 9-10 bulan, yang didahului dengan dua bulan persiapan, maka anggarannya adalah:

ITEM ANGGARAN
Alkitab Rp 87.500.000,-
Materi & alat peraga, alat tulis & perlengkapan di kelas Rp 147.550.000,-
Perpustakaan Rp 154.120.000,-
Biaya Personil (Pimpinan Lapangan & Staf Keuangan) Rp 132.000.000,-
Biaya Personil (Tutor, Korwil) Rp 334.350.000,-
Dokumentasi, Pondokan & Sekretariat Rp 67.025.000,-
Pelatihan & Pertemuan Tutor Rp 230.955.000,-
Evaluasi Rp 96.260.000,-
Survei & Sosialisasi Rp 49.060.000,-
Pelayanan Umum LAI Rp 129.882.000,-
TOTAL Rp 1.428.702.000,-

 

Ringkasan Program

Bekerja sama dengan gereja-gereja terkait, pendataan peserta dan persiapan akan berlangsung selama 2 bulan. Definisi buta aksara adalah mereka yang sama sekali tidak bisa membaca karena tidak pernah sekolah atau putus sekolah dan mereka yang pernah sekolah tetapi sekarang tidak bisa membaca lagi. Ditargetkan, 1.000 orang buta aksara yang terutama berusia 15 – 60 tahun warga Kabupaten Parigi Moutong akan belajar selama 9-10 bulan. Peserta yang terdata akan dibagi dalam sekitar 70 kelompok, yang terdiri atas 10 – 15 orang per kelompok.

    • Personil

Personil dalam program ini adalah:
Tutor yang akan mengajar dan dipilih per kelompok. Tutor ditentukan oleh masing-masing gereja.Koordinator wilayah, yaitu personil yang mendampingi sekitar 10 kelompok yang lokasinya berdekatan. Koordinator wilayah biasanya adalah pendeta atau pastur setempat.Pimpinan Lapangan ditunjuk oleh LAI untuk menjalankan PBA di daerah ini dan berstatus kontrak. Yang bersangkutan akan tinggal di lokasi selama 12 bulan, yaitu sejak pendataan peserta sampai penutupan program.Staf Administrasi yang berasal dari lokasi proyek dan dikontrak selama 10-11 bulan untuk membantu pimpinan lapangan dalam hal administrasi dan keuangan.

    • Proses Belajar

Program ini akan berlangsung selama 9 – 10 bulan, diawali dengan Pembukaan dan Pelatihan bagi Tutor dan Koordinator Wilayah. Adapun bahan-bahan pelajaran yang dipakai antara lain 12 buku seri yang diterbitkan khusus oleh LAI untuk program ini; terdiri atas jilid 1–3 (mengenal huruf dan angka) serta jilid 4-12 (memahami cerita-cerita Alkitab). Ada berbagai alat peraga yang disiapkan untuk menarik minat dan mempercepat penyerapan materi pelajaran. Materi lain yang diajarkan adalah yang menyangkut keterampilan sehari-hari yang diperlukan, yaitu bagaimana membuat tanda tangan, membaca petunjuk obat, memahami dan membuat kuitansi dan nota, membaca resep masakan, dan lain sebagainya.

    • Pengawasan dan Pembinaan

Mekanisme pengawasan diselenggarakan melalui kunjungan pimpinan lapangan ke kelompok dan rapat per bulan untuk seluruh tutor dan rapat wilayah. Pembinaan bagi tutor dilaksanakan 3 kali, yaitu pada bulan I, III, dan VI pelaksanaan program.

    • Evaluasi

Dalam rangka menilai hasil belajar dan efektivitas program, akan dilaksanakan 2 kali evaluasi, yaitu pada bulan ke-4/5 dan 9. Evaluasi I akan menilai kemampuan membaca peserta. Pada saat yang sama juga berlangsung jajak pendapat terhadap tutor dan koordinator wilayah mengenai pelaksanaan program untuk perbaikan. Adapun evaluasi II akan menilai kemampuan peserta memahami suatu bacaan dalam bahasa Indonesia.

    • Penutupan dan Tindak Lanjut

Pada akhir program, warga belajar yang dinyatakan telah dapat membaca akan menerima sertifikat kelulusan dan Alkitab. Akan dipilih 3 – 5 kelompok terbaik yang menerima hadiah, baik peserta maupun tutor dan koordinator wilayahnya. Mereka semua akan menghadiri penutupan program dan menerima hadiah serta piagam.

PBA Sumba Barat 2017

Program Pembaca Baru Alkitab (PBA) adalah program pemberantasan buta aksara yang berbasis Alkitab. Program ini telah dilaksanakan oleh LAI secara rutin setiap tahun sejak tahun 2004 sampai sekarang, atas pertimbangan masih banyak umat kristiani yang tidak bisa membaca Alkitab karena buta aksara. Walaupun tersedia Alkitab, tetapi jika tidak bisa membacanya maka sia-sia. PBA diselenggarakan bekerja sama dengan gereja-gereja setempat, baik Protestan, Pentakosta, maupun Katolik.

Secara nasional, provinsi dengan persentase buta aksara tertinggi menurut Data Biro Pusat Statistika adalah Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan Papua. Nusa Tenggara Timur dan Papua dikenal sebagai provinsi dengan jumlah umat kristiani yang cukup besar. Di Nusa Tenggara Timur, jumlah buta aksara pada tahun 2010 adalah 402.030 orang atau 8,58 % dari 4.683.827 penduduk NTT. Karena itu, LAI melaksanakan program PBA di NTT, yaitu di Kabupaten Timor Tengah Selatan (2004), Sumba Barat Daya (2014), dan Kabupaten Malaka dan Belu (2015). Untuk tahun 2016 ini, PBA akan dilaksanakan di Kabupaten Sumba Barat.

Sekilas Tentang Kabupaten Sumba Barat

Jumlah penduduk buta aksara di Kabupaten Sumba Barat adalah sekitar 10% dari penduduk, yaitu 11.816 dari 110.993 penduduk Sumba Barat. Angka-angka ini lebih tinggi dari rata-rata angka buta huruf untuk provinsi NTT dan Indonesia. Mereka umumnya tidak bisa membaca karena tidak pernah sekolah atau putus sekolah di kelas 2/3 SD dengan kondisi belum lancar membaca. Dalam suatu keluarga dengan 5-6 anggota, bisa 2-3 di antaranya tidak bisa membaca, yaitu bapak dan atau ibu, serta anak pertama.

Secara administratif, Sumba Barat terdiri atas 6 kecamatan dengan total luas daratan 737, 42 km2. Angka terbesar penduduk berusia 15 – 59 tahun yang buta aksara terdapat di Kecamatan Loli (3.216 orang) dan Lamboya (2.448 orang). Dari segi agama, mayoritas penduduk kabupaten ini memeluk agama Kristen (Protestan dan Katolik), dan menjadi anggota gereja a.l. : Gereja Kristen Sumba (GKS), Katolik (Keuskupan Weetabula), Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI), Gereja Betel Indonesia (GBI), dan Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI). Selain itu ada yang beragama Islam dan Marapu. Yang terakhir ini adalah agama mula-mula sebagian besar penduduk Sumba. Walaupun tidak tercatat secara resmi, tetapi Marapu masih dipraktikkan oleh sejumlah penduduk di seluruh Pulau Sumba.

Marapu sendiri adalah kepercayaan animis yang dianut oleh nenek moyang orang Sumba dan saat ini masih bertahan walau sudah banyak yang beralih pada agama Kristen. Penganut Marapu percaya bahwa roh atau arwah leluhur tetap memberi perhatian kepada keturunannya. Untuk mempertahankan relasi yang baik dengan para leluhur ada sejumlah upacara yang perlu diselenggarakan. Dalam Marapu ada sosok imam yang menjadi perantara antara leluhur dan keturunannya. Seorang imam tidak hanya memimpin upacara adat tetapi juga menyembuhkan orang sakit, membaca masa depan, mendeteksi alasan kegagalan panen, dll. Seseorang menjadi imam karena menunjukkan kualitas, a.l. bijaksana, jujur, dan memiliki reputasi yang baik dalam masyarakat. Selama berjam-jam imam akan memimpin upacara adat sembari menuturkan syair dan rapalan yang semuanya telah dihapal. Kemampuan dan penguasaan detail seperti ini dianggap sebagai talenta yang dianugerahkan kepadanya oleh leluhur, karena tidak ada buku dan aturan tertulis. Karena tidak membutuhkan keterampilan membaca maka ada saja imam yang buta aksara.

PBA di Sumba Barat
Direncanakan program PBA akan menjangkau sekitar 1.000 orang buta aksara yang terutama berusia 15 – 60 tahun di Sumba Barat. Adapun hasil yang diharapkan adalah :

  • Pada Desember 2016 terdapat 75 % (+ 750 orang) dari 1.000 peserta yang telah dapat membaca, secara khusus membaca Alkitab, di samping menulis dan berhitung sederhana.
  • Dengan kemampuan membaca dan menulis tersebut, mereka dapat membantu anak-anaknya belajar, serta berperan secara aktif dalam gereja dan masyarakat.

Selain itu, untuk memastikan bahwa mereka yang sudah bisa membaca dapat terus memiliki kemampuan ini akan dilakukan 2 upaya :

  • Mendirikan 8 perpustakaan di 8 lokasi yang strategis. Perpustakaan akan dikelola oleh jemaat/paroki dan terbuka untuk umum.
  • Merekomendasikan kepada Gereja dalam hal ini jemaat dan paroki yang terlibat agar membuat program yang meloibatkan kemampuan membaca peserta, a.l. memberi kesempatan kepada warga belajar ini untuk membaca Alkitab, dalam ibadah maupun kegiatan lainnya.

Ringkasan Program

Bekerja sama dengan gereja-gereja terkait, pendataan peserta dan persiapan akan berlangsung selama 2 bulan. Definisi buta aksara adalah mereka yang sama sekali tidak bisa membaca karena tidak pernah sekolah atau putus sekolah dan mereka yang pernah sekolah tetapi sekarang tidak bisa membaca lagi. Ditargetkan, 1.000 orang buta aksara yang terutama berusia 15 – 60 tahun warga Kabupaten Sumba Barat akan belajar selama 9-10 bulan. Peserta yang terdata akan dibagi dalam sekitar 70 kelompok, yang terdiri atas 10 – 15 orang per kelompok.

Personel dalam program ini adalah :

  • Tutor yang akan mengajar dan dipilih per kelompok. Tutor ditentukan oleh masing-masing gereja.
  • Koordinator wilayah, yaitu personil yang mendampingi sekitar 10 kelompok yang lokasinya berdekatan. Koordinator wilayah biasanya adalah pendeta atau pastur setempat.
  • Pimpinan Lapangan yang ditunjuk oleh LAI untuk menjalankan PBA di daerah ini dan berstatus kontrak. Ybs akan tinggal di lokasi selama 12 bulan, yaitu sejak pendataan peserta sampai penutupan program.
  • Staf Administrasi yang berasal dari lokasi proyek dan dikontrak selama 10-11 bulan untuk membantu pimpinan lapangan dalam hal administrasi dan keuangan.

Proses Belajar

Program akan berlangsung selama 9 – 10 bulan, diawali dengan Pembukaan dan Pelatihan bagi Tutor dan Koordinator Wilayah. Adapun bahan-bahan pelajaran yang dipakai a.l. 12 buku seri yang diterbitkan khusus LAI untuk program ini; terdiri atas jilid 1–3 (mengenal huruf dan angka) serta jilid 4-12 (memahami cerita-cerita Alkitab). Ada berbagai alat peraga yang disiapkan untuk menarik minat dan mempercepat penyerapan materi pelajaran. Materi lain yang diajarkan adalah yang menyangkut keterampilan sehari-hari yang diperlukan, yaitu bagaimana membuat tanda tangan, membaca petunjuk obat, memahami dan membuat kuitansi dan nota, membaca resep masakan, dll.

Pengawasan dan Pembinaan

Mekanisme pengawasan diselenggarakan melalui kunjungan pimpinan lapangan ke kelompok dan rapat per bulan untuk seluruh tutor dan rapat wilayah. Pembinaan bagi tutor dilaksanakan 3 kali, yaitu pada bulan I, III, dan VI pelaksanaan program.

Evaluasi

Dalam rangka menilai hasil belajar dan efektivitas program, akan dilaksanakan 2 kali evaluasi, yaitu pada bulan ke-4/5 dan 9. Evaluasi I akan menilai kemampuan membaca peserta. Pada saat yang sama juga berlangsung jajak pendapat terhadap tutor dan koordinator wilayah mengenai pelaksanaan program untuk perbaikan. Adapun evaluasi II akan menilai kemampuan peserta memahami suatu bacaan dalam bahasa Indonesia.

Penutupan dan Tindak Lanjut

Pada akhir program, warga belajar yang dinyatakan telah dapat membaca akan menerima sertifikat kelulusan dan Alkitab. Akan dipilih 3 – 5 kelompok terbaik yang menerima hadiah, baik peserta maupun tutor dan koordinator wilayahnya. Mereka semua akan menghadiri penutupan program dan menerima hadiah serta piagam.

Anggaran

Dengan sekitar 1.000 peserta yang terbagi dalam 70 kelompok dan 80 personil (terdiri atas 70 orang tutor, 8 koordinator wilayah, 1 pimpinan lapangan, dan 1 staf adminsitrasi) dan kegiatan belajar berlangsung selama 9-10 bulan, dan 2 bulan persiapan, maka anggarannya adalah :

Alkitab (untuk Warga Belajar & Tutor) Rp. 79.150.000,-
Bahan Pelajaran, Alat Tulis, & Alat Peraga Rp. 123.920.000,-
Biaya personil (tutor, koordinator wilayah, pimpinan lapangan, & staf administrasi) Rp. 425.850.000,-
Dokumentasi, Pondok, Administrasi & Sekretariat Rp. 50.850.000,-
Pelatihan dan Pertemuan (3 kali Pelatihan tutor, Pertemuan Bulanan Tutor [10 kali], Pertemuan Wilayah ([8 kaliu], Pembukaan & Penutupan, Lomba- antar peserta/kelompok belajar) Rp. 187.675.000,-
Evaluasi 1 dan Evaluasi 2 Rp. 118.460.000,-
Survei Rp. 60.150.000,-
Perpustakaan di 8 Tempat Rp. 132.020.000,-
Survei Rp. 117.807.500,-
Total Biaya Rp. 1.295.882.500,-