Sekilas Tentang Kabupaten Parigi Moutong
Secara yuridis, Kabupaten Parigi Moutong berdiri pada 2002 dengan luas 5.089, 91 km2 dan Parigi sebagai ibukota. Terletak sekitar 65 km dari Palu dan memanjang kearah utara, kabupaten ini tidak hanya berbatasan dengan kabupaten lain di Sulawesi Tengah tetapi juga dua provinsi lain di Sulawesi, yaitu: sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Buol, Kabupaten Toli-Toli dan Provinsi Gorontalo; di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Poso dan Provinsi Sulawesi Selatan. Sebelah barat berbatasan dengan Kota Palu dan Kabupaten Donggala. Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Tomini. Secara topografi, Parigi Moutong berada di hamparan pegunungan dan perbukitan yang membentang sepanjang pantai dari utara sampai selatan memiliki ketinggian rata-rata 15-375 m di atas permukaan laut. Daerah berbukit dan bergunung terutama berada di bagian barat dan utara. Adapun dataran rendah dan landai banyak ditemukan di bagian tengah hingga timur, berbatasan dengan laut. Topografi yang didominasi pegunungan dan perbukitan dengan tanaman dan pepohonan lebat serta berbatasan dengan Poso maka Parigi Moutong juga tak jarang menjadi bagian dari operasi Tinombala yang bermaksud menangkap teroris di bawah jaringan Santoso yang diberitakan telah mengambil korban sejumlah penduduk kabupaten ini.
Di Parigi Moutong terdapat beragam suku yang berasal dari Sulawesi Tengah sendiri, diantaranya adalah Kaili, Lauje, Tajio, Tialo, dan Bolano, selain pendatang dari provinsi lain, yaitu Bali, Jawa, Manado, dan banyak suku lainnya. Adapun gereja-gereja yang berada di Parigi Moutong adalah antara lain adalah Gereja Kristen Sulawesi Tengah, Gereja Protestan Injili Donggala (GPID), Bala Keselamatan, Gereja Pantekosta di Indonesia, Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, Gereja Pantekosta Serikat Di Indonesia, Gereja Katolik (Keuskupan Manado), Gereja Firman Allah, Gereja Bethel Indonesia, dan Gereja Sidang Jemaat Allah.
Program PBA di Kabupaten Parigi Moutong
Direncanakan program PBA di Parigi Moutong akan menjangkau sekitar 1.100 orang buta aksara yang terutama berusia 15 – 60 tahun di Kecamatan Tinombo, Palasa, dan Bolano Lambunu, sebagai 3 kecamatan dengan angka buta aksara paling banyak di Kabupaten Parigi Moutong. PBA ini akan diselenggarakan bekerja sama dengan gereja-gereja, yaitu Gereja Protestan Indonesia di Donggala, Gereja Kristen Sulawesi Tengah, Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, dan Gereja Pantekosta di Indonesia. Terbuka kemungkinan bahwa dalam pendataan peserta, mitra gereja ini akan bertambah.
Adapun hasil yang diharapkan adalah:
- Pada akhir program terdapat 75% (+ 825 orang) dari 1.100 peserta yang telah dapat membaca, secara khusus membaca Alkitab, di samping menulis, dan berhitung sederhana.
- Dengan kemampuan membaca dan menulis tersebut, mereka dapat membantu anak-anaknya belajar, serta berperan secara aktif dalam gereja dan masyarakat.
Selain itu, untuk memastikan bahwa mereka yang sudah bisa membaca dan menulis dapat terus memiliki kemampuan ini akan dilakukan dua upaya:
- Mendirikan 10 perpustakaan di 10 lokasi yang strategis. Perpustakaan akan dikelola oleh jemaat/paroki dan terbuka untuk umum.
- Merekomendasikan kepada Gereja dalam hal ini jemaat dan paroki yang terlibat agar membuat program yang melibatkan kemampuan membaca peserta, antara lain memberi kesempatan kepada warga belajar ini untuk membaca Alkitab, dalam ibadah maupun kegiatan lainnya.
Anggaran
Dengan peserta 1.100 orang yang terbagi dalam 70 kelompok dan 82 personil (terdiri atas 80 tutor, 10 koordinator wilayah, 1 pimpinan lapangan, dan 1 staf administrasi keuangan) dan kegiatan belajar berlangsung selama 9-10 bulan, yang didahului dengan dua bulan persiapan, maka anggarannya adalah:
ITEM | ANGGARAN |
Alkitab | Rp 87.500.000,- |
Materi & alat peraga, alat tulis & perlengkapan di kelas | Rp 147.550.000,- |
Perpustakaan | Rp 154.120.000,- |
Biaya Personil (Pimpinan Lapangan & Staf Keuangan) | Rp 132.000.000,- |
Biaya Personil (Tutor, Korwil) | Rp 334.350.000,- |
Dokumentasi, Pondokan & Sekretariat | Rp 67.025.000,- |
Pelatihan & Pertemuan Tutor | Rp 230.955.000,- |
Evaluasi | Rp 96.260.000,- |
Survei & Sosialisasi | Rp 49.060.000,- |
Pelayanan Umum LAI | Rp 129.882.000,- |
TOTAL | Rp 1.428.702.000,- |
Ringkasan Program
Bekerja sama dengan gereja-gereja terkait, pendataan peserta dan persiapan akan berlangsung selama 2 bulan. Definisi buta aksara adalah mereka yang sama sekali tidak bisa membaca karena tidak pernah sekolah atau putus sekolah dan mereka yang pernah sekolah tetapi sekarang tidak bisa membaca lagi. Ditargetkan, 1.000 orang buta aksara yang terutama berusia 15 – 60 tahun warga Kabupaten Parigi Moutong akan belajar selama 9-10 bulan. Peserta yang terdata akan dibagi dalam sekitar 70 kelompok, yang terdiri atas 10 – 15 orang per kelompok.
-
- Personil
Personil dalam program ini adalah:
Tutor yang akan mengajar dan dipilih per kelompok. Tutor ditentukan oleh masing-masing gereja.Koordinator wilayah, yaitu personil yang mendampingi sekitar 10 kelompok yang lokasinya berdekatan. Koordinator wilayah biasanya adalah pendeta atau pastur setempat.Pimpinan Lapangan ditunjuk oleh LAI untuk menjalankan PBA di daerah ini dan berstatus kontrak. Yang bersangkutan akan tinggal di lokasi selama 12 bulan, yaitu sejak pendataan peserta sampai penutupan program.Staf Administrasi yang berasal dari lokasi proyek dan dikontrak selama 10-11 bulan untuk membantu pimpinan lapangan dalam hal administrasi dan keuangan.
-
- Proses Belajar
Program ini akan berlangsung selama 9 – 10 bulan, diawali dengan Pembukaan dan Pelatihan bagi Tutor dan Koordinator Wilayah. Adapun bahan-bahan pelajaran yang dipakai antara lain 12 buku seri yang diterbitkan khusus oleh LAI untuk program ini; terdiri atas jilid 1–3 (mengenal huruf dan angka) serta jilid 4-12 (memahami cerita-cerita Alkitab). Ada berbagai alat peraga yang disiapkan untuk menarik minat dan mempercepat penyerapan materi pelajaran. Materi lain yang diajarkan adalah yang menyangkut keterampilan sehari-hari yang diperlukan, yaitu bagaimana membuat tanda tangan, membaca petunjuk obat, memahami dan membuat kuitansi dan nota, membaca resep masakan, dan lain sebagainya.
-
- Pengawasan dan Pembinaan
Mekanisme pengawasan diselenggarakan melalui kunjungan pimpinan lapangan ke kelompok dan rapat per bulan untuk seluruh tutor dan rapat wilayah. Pembinaan bagi tutor dilaksanakan 3 kali, yaitu pada bulan I, III, dan VI pelaksanaan program.
-
- Evaluasi
Dalam rangka menilai hasil belajar dan efektivitas program, akan dilaksanakan 2 kali evaluasi, yaitu pada bulan ke-4/5 dan 9. Evaluasi I akan menilai kemampuan membaca peserta. Pada saat yang sama juga berlangsung jajak pendapat terhadap tutor dan koordinator wilayah mengenai pelaksanaan program untuk perbaikan. Adapun evaluasi II akan menilai kemampuan peserta memahami suatu bacaan dalam bahasa Indonesia.
-
- Penutupan dan Tindak Lanjut
Pada akhir program, warga belajar yang dinyatakan telah dapat membaca akan menerima sertifikat kelulusan dan Alkitab. Akan dipilih 3 – 5 kelompok terbaik yang menerima hadiah, baik peserta maupun tutor dan koordinator wilayahnya. Mereka semua akan menghadiri penutupan program dan menerima hadiah serta piagam.