Alkitab Di Era Digital

“Apa LAI tidak bisa mengeluarkan maklumat agar umat Kristen tidak menggunakan Alkitab Digital?” tanya seorang pendeta beberapa waktu lalu sehubungan dengan maraknya pemakaian Alkitab digital di kalangan anak muda.

Pertanyaan lain: “Apa jaminannya kalau Alkitab digital jumlah pasal, ayat, dan kata-katanya tidak ada yang hilang? ”

Sobat lain bertanya: “Siapa yang menjamin umat yang membuka Alkitab melalui hapenya tidak sedang meng up date status media sosialnya?”

Sobat lain berujar: “Selama ini saya sangat nyaman dengan Alkitab Digital yang ada di hape saya. Meski saya tidak tahu Alkitab itu diterbitkan oleh siapa. Sejauh ini teksnya sama dengan Alkitab cetak.”

Banyak yang resah, khawatir, kurang nyaman dan bahkan ada yang menolak adanya Alkitab digital. Namun tidak sedikit yang senang dan nyaman dengan Alkitab digital.

Ada banyak juga yang diam-diam menggunakan Alkitab digital dan tidak mau tahu segala polemik yang timbul.

Secara umum menyikapi berbagai pertanyaan, keresahan dan ketidak-relaan terhadap Alkitab digital, saya hanya bisa menjawab begini: “Misi LAI yang pertama adalah menerjemahkan, memproduksi, menerbitkan, dan menyebarkan Alkitab dan bagian-bagiannya dalam sebanyak mungkin bahasa, dalam beragam bentuk dan media, serta dengan harga yang terjangkau. ”

Di satu sisi masih banyak umat yang kurang nyaman dengan Alkitab digital, tapi di sisi lain ada banyak pihak yang menyediakan produk Alkitab digital yang tidak bekerjasama dengan LAI, meski teksnya berasal dari teks terjemahan LAI.

Ini menandakan kita dalam era “co-existence” dimana era cetak dan era digital eksis secara bersamaan.

Untuk produk-produk cetak bisa dikatakan selama ini LAI menjadi pemimpinnya. Tapi di produk digital, LAI agak tertinggal.

Puji Tuhan, tahun ini LAI sudah memiliki Departemen Layanan Digital yang bertanggungjawab men”support” sekaligus men”lead” LAI di bidang digital. Produk-produk cetak baik teks maupun gambar ditransfer ke dalam bentuk digital.

Sejak 2012 LAI sudah memproduksi Alkitab Digital Plus. Namun baru Februari lalu LAI menerbitkan Alkitab Digital LAI versi Android yang dapat diunduh di PlayStore.

Versi iOS nya masih dalam proses penyempurnaan. Tidak lama lagi akan diterbitkan juga.

Bagaimana menjamin keaslian teks terjemahan yang berasal dari LAI? Logo LAI yang berupa tulisan Lembaga Alkitab Indonesia melingkari buku terbuka adalah jaminannya. Bila tak ada logo tersebut, maka umat perlu berhati-hati.

Minggu lalu di Semarang saya berjumpa dengan seorang praktisi media digital yang sudah melahirkan berbagai macam produk digital selama belasan tahun. Dia menawarkan bantuan kepada LAI dalam bentuk digitalisasi produk-produk Alkitab untuk Anak dan Remaja. Juga akan memfasilitasi LAI untuk masuk ke jaringan televisi.

Gayung bersambut, untuk memenuhi aspirasi generasi milenial yang tidak bisa dibendung menggunakan teknologi digital, tak ada pilihan lain bagi LAI kecuali masuk ke sana tanpa harus meninggalkan dunia cetak.

Bagaimanapun masih banyak generasi pra milenial yang masih khusuk dengan produk cetak, terutama di daerah yang masih susah sinyal hape.

Tuhan terus memberkati umatNya di era apapun. Salam Alkitab Untuk Semua.

Sigit Triyono (Sekum LAI)