Kedatangan Belanda ke Nusantara (Hindia Belanda, sekarang: Indonesia) bukan semata terdorong pencarian rempah-rempah tapi juga kejayaan dan keinginan mewartakan Injil – dikenal dengan gold, glory, gospel (3G). Untuk tujuan tersebut, Belanda mendirikan VOC – Vereenigde Oost-Indische Compagnie – dan memerintah Cornelis de Houtman untuk memimpin misi VOC ke Hindia Belanda agar hasil bumi dapat sepenuhnya dikelola.
Pada tahun 1600 Albert Cornelisz Ruyl adalah salah satu pegawai VOC yang ditugaskan ke Hindia Belanda. Semangat 3G juga telah tertanam dalam setiap pegawai VOC. Di sela-sela tugas dan pekerjaannya, Ruyl melihat peluang untuk melakukan pewartaan Injil masih terbuka lebar. Namun Firman Tuhan dalam Bahasa Melayu yang dijadikan media utama untuk menyampaikan Kabar Baik kepada penduduk pribumi belum tersedia. Untuk itu, hatinya tersentuh dan tergerak serta menyediakan waktunya untuk melakukan pekerjaan penerjemahan Alkitab. Kitab pertama yang diterjemahkannya adalah Injil Matius.
Tahun 1612, Ruyl sudah selesai mengalihbahasakan seluruh Kitab Injil Matius ke dalam Bahasa Melayu. Masih butuh waktu untuk mencetak dan menerbitkannya. Ruyl bahkan mendorong rekan-rekan sekerjanya untuk patungan membiayai semua ongkos penerbitannya. Baru pada tahun 1629, setelah tujuh belas tahun terbilah Injil Matius dalam Bahasa Melayu. Menurut catatan Lembaga Alkitab Inggris (BFBS- British Foreign Bible Society): “Injil Matius Ruyl adalah terbitan pertama kali dalam sejarah, bahwa kitab dalam Alkitab yang diterjemahkan dan dicetak dalam sebuah bahasa bukan bahasa Eropa, khusus sebagai sarana pewartaan Injil”. Kemudian Ruyl juga menerjemahkan Kitab Injil Markus, yang dicetak dan diterbitkan di Belanda pada tahun 1638.
Memang belum banyak yang tahu, Ruyl yang menjadi pelopor pekerjaan penerjemahan Alkitab di Indonesia. Dia bukanlah utusan zending. Dia bukanlah penginjil, apalagi pendeta. Dia hanyalah pedagang, yang sangat identik dengan tukang cari utung. Namun untuk pekerjaan ini, Tuhan bisa pakai siapa saja. Ruyl sudah dipakai sebagai alatNya untuk melakukan tugas pewartaan Kabar Baik. Anda pun bisa dipakai Tuhan sebagai alatNya. Tapi apakah kita mau menyambut uluran tanganNya? [3FQ]