Malaikat itu berkata kepada wanita-wanita itu, “Janganlah takut! Aku tahu kalian mencari Yesus yang sudah disalibkan itu. Ia tidak ada di sini. Ia sudah bangkit seperti yang sudah dikatakan-Nya dahulu. Mari lihat tempatnya Ia dibaringkan. Sekarang, pergilah cepat-cepat, beritahukan kepada pengikut-pengikut-Nya, ‘Ia sudah bangkit, dan sekarang Ia pergi lebih dahulu dari kalian ke Galilea. Di sana kalian akan melihat Dia!’ Ingatlah apa yang sudah kukatakan kepadamu.”
(Matius 28:5-7)
Pagi-pagi benar, aku dan Maria Ibu Yakobus, juga Salome pergi menjenguk ke kubur guru. Kami ingin membalurinya dengan rempah-rempah dan minyak, sebab saat Ia hendak dikuburkan, kami sama sekali tidak bisa melakukannya karena sebentar lagi memasuki hari Sabat.
Dalam perjalanan ke sana, terjadi gempa bumi yang cukup hebat. Kami pun bergegas, mempercepat langkah kaki ke sana, pikirku, “Jangan-jangan terjadi sesuatu dengan kubur Yesus karena gempa yang hebat itu.” Benar sekali, dari kejauhan ada yang tampak aneh, batu penutup kubur telah terguling, kubur itu terbuka. Hatiku semakin was-was, semakin kucepatkan langkahku, dan betapa terkejutnya aku ketika menengok ke dalam, tubuh Yesus tidak ada lagi. Hatiku sangat sedih, tidak cukupkah penderitaan yang guru alami, hingga matinya pun ada orang yang mengambil jasad-Nya. Segera kami berlari pulang dan memberitahukan ini kepada murid-murid yang lain.
Aku kembali lagi ke kubur itu, kali ini bersama Petrus dan beberapa murid lainnya. Kami mencari di dalam dan di luar kuburan itu, tetapi tidak juga kami menemukan jasad-Nya. “Siapakah yang tega mencuri jasad guru kami?” Petrus dan yang lainnya pergi menyampaikan kepada semua murid tentang hilangnya jasad guru. Hanya aku yang tinggal sendiri, berdiri di depan kuburan itu. Dalam kebingungan dan kesedihanku, aku mendengar suara yang menyapaku, “Ibu, mengapa menangis?” Lalu aku berkata, “Tuhan saya sudah diambil, dan saya tidak tahu Ia ditaruh di mana.” Saat itu, aku benar-benar tidak mengenali suara itu, mungkin itu adalah tukang kebun yang berjaga di situ. Lalu aku berkata lagi kepadanya, “Pak, kalau Bapak yang memindahkan Dia dari sini, tolong katakan kepada saya di mana Bapak menaruh Dia, supaya saya dapat mengambil-Nya.” “Maria!” Aku mengenali suara yang memanggilku, ini pasti suara guru. Aku segera berbalik dan ingin segera memeluk-Nya, tetapi, “Jangan pegang Aku, karena Aku belum naik kepada Bapa. Tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku, dan beritahukanlah kepada mereka bahwa sekarang Aku naik kepada Bapa-Ku dan Bapamu, Allah-Ku dan Allahmu.”
Belum sempat aku berbicara dan melihat-Nya dengan lebih jelas, namun Ia tidak ada lagi. Ia menghilang dalam pandanganku begitu saja. Maka pergilah aku menyampaikan tentang apa yang aku lihat dan apa yang aku dengar kepada semua orang. “Guru telah bangkit, Yesusku hidup. Aku telah melihat kebangkitan-Nya dan mendengarkan suara-Nya.”