BIMK, digital, Indonesianbiblesociety, Renunganharian, RenungankristianiSaatteduhBacagaliKitabrutCeritaalkitabRencanaTuhanHatiHambaKeberhasilanNaomiBoasTerpujilah TuhanAlkitab DigitalAlkitab Edisi StudiAlkitab finansialAlkitab UntukSemuaAlkitabkhususAlkitab Elektronik, Ayat emas alkitab, Ayat faforit, Penjanjian lama, Roti hidup, Bersyukur, studialkitabmelayaniTuhanmelayanisesamasurgaketaatanharapanimankasihsuka citalemahlembutkesabaranquoteofthedayqotdomkorang mudakatolikmudikaekatolikgembira renungan malamrenungan pagisaat teduhnasihat alkitabkuayat hafalan alkitabayatrenunganberbagikesaksian kebenaranalkitabkukabarbaikrenunganharianfirman allahsantapanrohaniallah, hikmatibadah suarakebenaranhaleluyagpibgkigmimterantuhan yesustuhan yesus baik, allah bapa, yesus kristus kristiani, prayer, berdoa, living bread, roti hidup kabar baik , kerajaan, kekasih tuhan worship, jesus loves you, jesus saves, jesusmy savior follow jesus, tanya alkitab, anak muda kristen,god 1st, son of god, healing, healthy soullifes tyle, vsco, holy bible, dailyverses, love proverbs firman tuhanhari ini, verse,bible verses,
1 Samuel 1 : 12 – 18

Manusia mudah sekali jatuh dalam dosa kesombongan, bahkan sekali pun itu adalah hal-hal yang sifatnya rohani.

Hana menyimpan kesedihan yang begitu dalam di dalam lubuk hatinya. Ia mengadukan kesedihannya itu kepada Tuhan yang mampu untuk mendengar jeritan hatinya.Komat-kamit mulutnya berdoa, tidak seorang pun yang dapat mendengarkannya. Namun ia sungguh-sungguh berdoa. Elia melihat cara Hana berdoa yang berbeda dari orang kebanyakan, sehingga ia menyangka bahwa perempuan itu sedang mabuk. Imam Eli yang seluruh hidupnya banyak ia habiskan untuk berdoa mencoba menilah Hana dari sudut pandangnya. Caranya berdoa berbeda dengan cara Hana berdoa, sehingga bagi Eli, ada sesuatu yang salah dengan perempuan itu. Pada akhirnya, penilaian imam Eli ternyata salah. Kesedihan Hana membuatnya tidak mampu lagi mengucapkan doa-doanya secara lantang.

Sahabat Alkitab, jika kita berada di posisi Imam Eli, mungkinkah juga kita akan berpikir hal yang sama?Jika “Ya”, maka cara kita menilai orang lain telah sangat keliru. Kita menjadikan diri kita sebagai ukuran benar dan salahnya seseorang. Jika sedikit saja ada yang berbeda, kita sudah menganggap bahwa orang itu pasti salah, dan secara tidak langsung kita menganggap bahwa diri kitalah yang paling benar. Apakah Allah menyukai yang demikian? Tentu saja tidak. Seburuk apa pun keadaan seseorang bukan hak kita untuk menghakimi dan memberi penilaian Apalagi jika ukurannya adalah diri kita sendiri. Di sini, firman Tuhan mengajarkan kita untuk tidak menghakimi, melainkan mengasihi dan sedapat mungkin menolong orang lain. Bukan menghinanya.

Selamat Pagi. Kekudusan itu adalah anugerah, itu adalah pemberian Allah, tidak seorang pun yang mampu untuk meraihnya sendiri. Karena itu kita tidak bisa menyombongkannya.
Yang kita bisa hanyalah berusaha sedapat mungkin untuk hidup saleh dan rendah hati. Karena itu marilah kita berdoa demikian: “Ya Tuhan, kesuksesan dan bahkan kesalehan kadang menimbulkan kesombongan, dan kesombongan kadang membuat orang menghina dan merendahkan orang lain. Engkau membenci orang-orang seperti itu.”

Salam Alkitab Untuk Semua